Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Spies in Disguise’, Saat Mata-Mata Terbaik di Dunia Berubah Menjadi Merpati

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
December 27, 2019
in Featured, Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Pigeons are everywhere, and nobody notices them! It’s the most perfect form a spy can take!” – Walter Beckett.

Menyemarakkan Natal dan tahun baru, sebuah film animasi dirilis dengan nama-nama besar menghiasi jajaran voice actor-nya. Film tersebut berjudul “Spies in Disguise”, yang dibintangi oleh dua powerhouse Hollywood, yakni Will Smith dan Tom Holland. Bercerita tentang dua orang yang berbeda banget personality-nya, terus ketemu, habis itu mereka harus mengarungi perjalanan panjang untuk saling mengenal dan belajar.

Tentu ini bukan formula yang wow. Metode seperti ini sudah sering ditemukan, terutama di film-film keluarga, tinggal bagaimana film mengolahnya sehingga value tersampaikan dengan baik dan menghibur. Untuk urusan hiburannya sih, harusnya bisa diatasi lewat akting dari Will Smith dan Tom Holland, ya. Mereka bisa jadi karakter yang kocak. Nah tapi bagaimana denga variabel-variabel lainnya?

“Spies in Disguise” dimulai dengan sebuah prolog. Kita diperkenalkan kepada karakter utama yaitu Walter Beckett (Tom Holland). Film menjelaskan seperti apa cowok ini, apa yang menjadi kesukaannya, rasa cinta dia terhadap sang ibu dan bagaimana iti bisa memotivasinya nanti. Setelah prolog itu selesai, film lalu beranjak ke tahu di mana Walter sudah beranjak dewasa. Bedanya, point of view kini beralih ke karakter Lance Sterling (Will Smith).

Lance adalah seorang idola, layaknya mata-mata di film pada umumnya. Ia berkarisma, always dress to impress, gentle, dan tentunya ahli bela diri. Tapi Lance condong menjadi orang yang lebih senang kerja sendiri, seperti apa apa yang menjadi jargonnya, “I’m flying solo”. Dua eksposisi dari dua karakter utama ditampilkan langsung di depan. Ini tentu langkah yang tepat agar kita bisa mengerti dan juga mungkin terkoneksi langsung dengan karakter-karakter tersebut.

Bicara mengenai Walter dan Lance, unsur lintas generasi menjadi value yang bagus di film “Spies in Disguise” ini. Secara, dari angkatan saja mereka berdua sudah berbeda. Apalagi kesukaan dan pemikirannya. Yang paling kentara di sini adalah bagaimana Walter nanti masuk dan sedikit demi sedikit memberikan efek pada character’s arc Lance.

Ada beberapa poin yang lebih spesifik yang menunjukkan hal ini tapi benang merahnya, justru kalau bicara value, “Spies in Disguise” sangat ngena untuk penonton dewasa, termasuk orang tua. Sekarang zaman sudah mulai berubah. Sudah saatnya kita mendengar aspirasi-aspirasi dari generasi muda. Mungkin ada beberapa hal yang berbeda dengan cara yang sudah digunakan sejak sekian lama, namun ada kalanya kita harus adaptif terhadap perubahan. Bisa saja karena cara lama tersebut sudah tidak relevan lagi.

Untuk segi hiburannya, yang paling disorot tentu adalah bagaimana film memanfaatkan wujud baru Lance setelah kejadian heboh mengubahnya di turning point pertama. Maka dari itu, film tentu menampilkan staging dari babak ke babak agar penonton yang sudah berinvestasi pada karakter Lance semakin asik mengikuti perubahannya ini. Mulai dari rasa panik, kemudian frutasi, hingga yang lebih “advance” lagi.

Semua ditampilkan secara perlahan. Tidak lupa, film juga menggunakan ciri khas dari seekor merpati. Mulai dari yang paling basic yaitu tidak disadari oleh lingkungan sekitar, sampai yang paling sulit: membuat salah satu ciri khas burung merpati menjadi tools bagi Lance untuk mengubah egonya sendiri. Untuk bagian komedi, film dipenuhi oleh “silly jokes”. Buat penonton remaja, humor yang keluar dari Walter bisa bikin ketawa. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, jokes ini di sisi lain berada di level kemustahilan paripurna sehingga terlihat cukup untuk seru-seruan saja. Atau bisa jadi lebih parah, jatuhnya terlalu mengganggu.

Dari segi penceritaannya film ini tergolong lemah. Dari susunan plot, “Spies in Disguise” tidak memberikan sesuatu yang bisa bikin kejutan layaknya film-film spionase pada umumnya. Tidak ada twist and turns, yang ada hanya plot bercerita lempeng ke depan. Kejutan terbesar film justru menuntun penonton pada sebuah pertanyaan yang lebih besar lagi. Ini menyangkut karakter antagonis utama yaitu Killian (Ben Mendelsohn), yang teramat sulit dihentikan karena bisa mengelabui musuh lewat teknologi tertentu.

Ada dua poin yang membingungkan di sini. Pertama, terkait latar belakang yang kurang jelas. Siapa Killian, kenapa dia bisa memiliki teknologi itu, semuanya masih belum terang. Kemudian yang kedua latar belakang yang menyangkut motivasi. Dalam dialognya, Killian dan Lance sebetulnya pernah diceritakan bertemu.

Tapi ya sudah, sampai di situ saja. Tak ada detail lebih yang bisa lebih memahami konflik antara dua karakter ini. Semua nampak hanya ditampilkan permukaannya saja. Sangat hitam-putih, yang mana mudah dicerna tapi kurang memiliki makna. Anak-anak akan mudah mengikutinya namun pemahaman mereka terhadap kompleksitas manusia jadi tidak berkembang.

Untuk animasinya, “Spies in Disguise” tidak memberikan sesuatu yang detail secara visual. Semuanya nampak seperti teknik animasi 3D pada umumnya. Film lebih bermain pada bentuk fisik sesosok karakter. Misalkan, Lance Sterling dibuat seperti Uus dengan kepala botaknya. Lalu ada karakter antagonis yang bernama Kimura. Looks fisik dari karakter ini dibuat layaknya Kingpin, di mana tubuhnya gempal cuma ada sedikit tambahan tato di tubuh. Tidak semua tampilan karakter terlihat oke.

Ada juga yang lebay, contohnya adalah Ears (DJ Khaled). Ia merupakan seorang agen rahasia, namun penampilannya lebih terlihat seperti anak Hypebeast. Imajinasi yang berlebihan, yang jelas ditujukan pada penonton remaja dan anak-anak. Kemudian teman-teman merpatinya Lance. Ada yang terlihat anggun, namun ada juga yang terlihat aneh, nampak bukan seperti merpati melainkan burung yang tercemplung ke selokan. Makhluk absurd berikutnya yang pernah terlihat di sebuah film animasi studio besar setelah dinosaurus yang ada di “The Good Dinosaur”.

Film spionase bergaya animasi ini tak hanya bagus untuk anak-anak, namun juga meng-courage kita sebagai penonton dewasa untuk percaya diri dan menjadi diri sendiri. Singgungan lintas generasi pun ibarat “wake up call” juga agar lebih adaptif dan menerima perbedaan. Hanya saja value tersebut dibawakan secara biasa-biasa saja. Penceritaan film ini tidak memiliki efek kejut yang berarti, bahkan alurnya cenderung bikin ngantuk sendiri.

Jokes lebih ke becandaan anak-anak zaman sekarang dan gimmick-nya sangat mustahil selain hanya untuk seru-seruan. Gak mungkin lah ngalahin penjahatnya pakai glitter, kan? Jadi jika dilihat dari perspektif hiburan seru-seruan, “Spies in Disguise” memberikan semua hal tersebut. Tapi jika kita ingin melihat lebih dari itu, jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang benar-benar baru dalam unsur-unsur pembentuk film, maka film ini masih kurang berkesan.

 

Director: Nick Bruno, Troy Quane

Starring: Tom Holland, Will Smith, Ben Mendelsohn, Masi Oka, Rashida Jones, Rachel Brosnahan, Karen Gillan, DJ Khaled

Duration: 102 Minutes

Score: 7.0/10

The Review

3 Score

Spies in Disguise menceritakan Walter Beckett (Tom Holland) dan Lance Sterling (Will Smith), dua orang berbeda sifat dan keduanya harus menyelamatkan dunia. Lance yang merupakan mata-mata yang disegani dan diidolai banyak orang ternyata harus berubah menjadi merpati. Di sini peran Walter sebagai sidekick yang gila teknologi, harus menjadi partner yang seimbang bagi Lance.

Review Breakdown

  • 7.0
Tags: Ben MendelsohnDJ KhaledKaren GillanLance SterlingMasi Okamata-matamerpatiNick BrunoRachel BrosnahanRashida JonesSpies in DisguiseTom HollandTroy QuaneWalter BeckettWill Smith
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

guardians of the galaxy

Eksklusif! Ini Detail Penting dari ‘Guardians of the Galaxy Vol. 3’

August 3, 2022
Spider-Man: No Way Home

Ini Adegan Terpenting Spider-Man Tom Holland Menurut Kevin Feige

August 2, 2022
Guardians of the Galaxy Vol. 2

‘Guardians of the Galaxy Vol. 3’ Akan Menjadi Film yang Emosional

August 1, 2022
Hot Toys Spider-Man Tobey Maguire

Hot Toys Ungkap Figur Spider-Man dari Tobey Maguire

August 1, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In