“Ruben, As you know, everybody here shares in the belief that being deaf is not a handicap. Not something to fix. It’s pretty important around here. All these kids… all of us, need to be reminded of it every day.” – Joe.
Amazon mengeluarkan original movie nya yang terbaru, yaitu “Sound of Metal”. Film ini bercerita tentang Ruben (Riz Ahmed), seorang drummer yang kehilangan pendengarannya. Ia menyadari hal tersebut ketika sedang bersiap-siap manggung, dan ketika diperiksa oleh dokter, Ruben terkejut karena kemampuan mendengarnya tidak akan kembali, alias mentok dibawah 30 persen saja.
Mengetahui hal tersebut, Ruben dan kekasihnya yaitu Lulu (Olivia Cooke) datang ke sebuah komunitas tuli. Sempat terjadi perbedaan paham, akhirnya Ruben coba hidup di sana, meski ada perasaan yang masih sangat mengganjal.
Film ini memiliki banyak hal menarik. Dari segi teknis, kita akan melihat bagaimana sensibilitas sutradara dalam menyajikan kepekaan suara, yang mana juga sudah disesuaikan dengan tuntutan naratif. Seperti yang tadi sudah dibahas, Ruben akan tinggal di komunitas yang baru.

Kemudian poin berikutnya adalah mengenai naratif, di mana kepo juga buat melihat bagaimana film menampilkan sebuah komunitas tuli yang mana bisa dikatakan jarang ditampilkan secara masif dalam sebuah film Hollywood.
Ketiga adalah menyangkut Riz Ahmed sendiri. Ia wajib memiliki kemampuan drum dan juga sign language yang baik. Setelah itu, Riz juga harus bisa menampilkan pergolakan yang terjadi dalam diri Ruben itu sendiri.
Semua disajikan dengan baik oleh film karya sutradara Darius Marder ini. Secara teknis, “Sound of Metal” layak dijadikan contender untuk kategori Best Sound untuk Oscar tahun depan. Bagaimana film mengatur suara dari yang bising ke yang sunyi itu pas banget. Biasanya sound digunakan untuk menangkap kemudian mengolah suara, kali ini di banyak adegan sineas me-reduce suara tersebut lalu mengkombinasikannya dengan scene yang ada.
Perspektif dari orang tuli penting untuk dikedepankan di sini. Untuk itu cukup besar juga pemanfaatan rancangan sound agar apa yang didengarkan oleh tuli itu bisa kita rasakan sebagai penonton film. Sensibility bekerja dengan sangat baik mulai dari bagian turning point kedua. Kita bisa mendengar sekaligus merasakan dampak yang sebenarnya tuh kayak gimana, dan penempatan ini betul-betul berhasil membuat kita ada di kacamatanya Ruben.

Meski begitu, tentu saja hal ini tidak serta-merta membuat “Sound of Metal” menyajikan hal tersebut secara terus menerus. Kondisi normal tetap dipertahankan untuk membawa cerita dari awal sampai akhir. Kita tetap bisa dengar Ruben ngomong apaan, kemudian Lulu dan juga Joe (Paul Raci), yang merupakan ketua komunitas tuli nya.
Cuman, tadi kan sudah disebut ya, ada penyesuaian berupa kombinasi shot yang menunjukkan seberapa bedanya audible antara kondisi satu dengan kondisi lain. Nah, secara sinematik film menggambarkan hal itu secara efektif.
Memanfaaatkan jarak, biasanya jika kameranya menunjukkan keintiman seperti lewat medium close-up atau close-up shot, maka yang terdengar adalah suara dari perspektif tuli. Namun ketika shot berpindah jadi lebih keluar (medium shot, long shot), maka suara yang terdengar menjadi normal.
Cerita mengenai seorang yang menjadi tulis sendiri digali dengan cukup baik. Ruben, sebagai penderita tuli yang baru saja merasakan tuli, akan menjalani hari-hari penuh kekurangpuasan. Secara gitu, dia adalah seorang drummer. Musisi, yo! Hal ini tidak akan pernah dilepas oleh “Sound of Metal” dalam membangun konfliknya. Nah di proses ini lah kita bisa meliat luxury dari komunitas tuli yang memberi warna baru sekaligus menguatkan ceritanya.

Mulai dari hal yang paling esensial yaitu mindset, hingga hal-hal kecil seperti jangan menutupi mulut ketika berbicara mereka tampilkan di sini. Selain itu, unsur humanis juga semakin kuat dengan arahan yang tidak meromantisir.
Maksudnya adalah, kompleksitas karakter Ruben membuat tidak semudah itu konflik dapat diselesaikan. Lalu, ini mengingatkan kita pada konsep di mana masalah diselesaikan oleh diri sendiri, tidak tergantung orang lain.
Meski begitu, terdapat beberapa kelamahan di film ini. Yang paling berasa adalah “Sound of Metal” belum cukup menampilkan sebesar apa perkembangan role dari Ruben di komunitas tersebut. Yang ada hanya lah sebuah dialog yang diucapkan oleh Joe, dan jelas sekali itu belum cukup mendukung.
Pada tahap konfrontasi, film cenderung lebih berat ke proses adaptasi Ruben. Belum sampai di titik karakter ini sudah berada di posisi yang, let’s say, memiliki pengaruh. Lalu sisanya adalah terdapat satu pertanyaan kecil yang mengganjal terkait upaya Ruben untuk bisa mendapatkan keinginannya.

Hal ini tidak berhubungan sama sekali dengan character’s arc nya dia, karena berdasarkan eksposisi dan masalah yang Ruben hadapi, memang berat sekali beban yang Ia hadapi. Jadi diperlukan sebuah adegan yang gong untuk bisa memutarbalikkan itu, dan beruntung, film memilikinya.
Chef’s kiss patut dikirimkan untuk penampilan Riz Ahmed. Soalnya, kita bukan hanya disajikan performance sang aktor yang hanya sekedar bisa bahasa isyarat dan juga bisa bermain drum dengan baik saja. Riz berhasil mengombinasikan hal itu dengan bagaimana ia mengolah rasa sebagai karakter Ruben.
Nah, kombinasi ini sangat dibutuhkan sekali, dan Riz selalu berhasil menampilkannya secara spot on. Kredit juga patut diberikan kepada para aktor tuli yang menjadi karakter pendukung. Mereka berhasil mempersembahkan akting yang baik, sehingga kita bisa lebih masuk dan mengetahui seberapa hebatnya teman-teman tuli dalam membangun dan memelihara mindset positif dalam kesehariannya.
Kenyataan pahit yang harus dialami seorang manusia. Tapi bukan berarti gara-gara itu kita jadi menyerah begitu saja. Secara subtle value tersebut ditampilkan lewat emosi yang bergerak dalam kesunyian yang hakiki. But then again, kita dapat melihat sesuatu yang lebih luas karena ini bukan hanya soal telinga saja.
Director: Darius Marder
Cast: Riz Ahmed, Olivia Cooke, Paul Raci, Mathieu Amalric, Lauren Ridloff
Duration: 120 Minutes
Score: 8.0/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Sound of Metal
'Sound of Metal' menceritakan kehidupan pemain drum yang makin menjadi-jadi saat pendengarannya mendadak hilang