Review Sonic the Hedgehog (2020)

Sonic the Hedgehog Menceritakan Tentang Sonic yang melawan Dr. Robotnik untuk menggunakan kekuatan unik Sonic dalam menguasai dunia.

sonic the hedgehog 2020

© Paramount Pictures

“I’m wet, I’m cold, there’s a fish on my head, and clearly I’m not gonna be able to do this on my own!” – Sonic the Hedgehog.

Rasanya sudah bosan banget bibir dan telinga ini setiap kali mendengar atau membicarakan film adaptasi video game.

Ya bagaimana tidak Chillers? Semenjak adaptasi video game pertama, Super Mario Bros (1993), bisa dikatakan kualitas sekaligus reputasi genre ini selalu tidak memuaskan.

Oke, oke. Mungkin judul-judul seperti: Mortal Kombat (1995) dan dua Tomb Raider pertama yang dibintangi si bibir seksi, Angelina Jolie, bisa dikatakan sebagai adaptasi yang cukup keren. Tapi selebihnya, ya begitu deh.

Bahkan Tomb Raider versi 2018 yang dibintangi oleh Alicia Vikander (The Danish Girl) pun bisa dikatakan masih “sedikit lagi” walau, kami akui adaptasi petualangan Lara Croft terbaru tersebut terlihat sudah bisa memecahkan “kutukan” genre yang kerap dipandang miring ini.

© Paramount Pictures

Retak kehancuran kian terlihat ketika di bulan Mei 2019, adaptasi game Detective Pikachu dirilis. Walau memang masih belum sempurna, tapi sekali lagi kian terlihat dan terasa bahwa genre adaptasi video game sudah mulai menemukan sinar harapannya.

Dan ketika mengetahui bahwa si maskot SEGA, Sonic the Hedgehog akan diadaptasi, tentunya besar harapan kita agar sinar harapan tersebut kian cerah.

Namun harapan tersebut tiba-tiba sedikit meredup ketika menyaksikan cuplikan trailer pertamanya yang menampilkan sosok Sonic dengan desain tampilannya yang super freaky itu.

Tapi untunglah 6 bulan setelah perilisan pertamanya, sosok Sonic akhirnya terlihat jauh lebih baik dan pantas.

Alhasil membuat harapan sekaligus keinginan kita untuk menyaksikan film arahan Jeff Fowler (Gopher Broke) ini kembali menyala.

© Paramount Pictures

Namun walau sudah menyala, tetap saja rasa was-was dan trauma tersebut masih ada. Akan tetapi setelah akhirnya menyaksikan filmnya, bisa dikatakan bahwa rasa was-was kami tersebut sukses berubah menjadi rekah sumringah lebar.

Karena Sonic the Hedgehog bisa dikatakan, adalah film video game pertama yang sukses mematahkan “kutukan” genre ini. Yap bergembiralah Chillers.

Kamipun pun awalnya juga tidak menyangka banget. Terlebih adaptasi ini layaknya seperti Detective Pikachu dan beberapa adaptasi sebelumnya, menampilkan konsep gabungan animasi 3 dimensi dan live-action yang kerap kali berakhir mengecewakan.

Tapi kerennya, tidak demikian dengan Sonic the Hedgehog. Walau ya memang menampilkan klise interaksi antara Sonic (Ben Schwartz) dan sahabat manusia barunya si sheriff kota Green Hills, Tom Wachowski (James Marsden), tapi kerennya itu semua diatur alurnya dengan sangat smooth oleh Fowler cs.

Selain mengatur pacing-nya dengan cukup cerdik, yang membuat adapatsi ini keren adalah ia dan tim terlihat peduli dengan proyek adaptasi ini. Alias, tidak sekedar asal bikin dan dapat untung saja.

© Paramount Pictures

Fowler bekerjasama dengan duo penulis naskah Patrick Casey & Josh Miller (12 Deadly Sins), benar-benar terlihat ingin memuaskan fanboy Sonic habis-habisan. Hal ini terlihat dengan  tindakan mereka yang menampilkan kepribadian dan ciri khas Sonic yang dipadu padankan dengan enak ke dalam susunan storyline-nya.

Pokoknya dijamin dari awal sampai akhir (plus adegan 2 mid credit-nya), fans service film ini sangatlah mengagumkan dan membuat kita terharu nostalgis sendiri (terlebih di adegan mid credit keduanya). Kegirangan semakin terasa dengan penampilan aktor-aktornya yang pas bahkan keren banget. Schwartz sebagai pengisi suara Sonic benar-benar terlihat dan terdengar sangat menyatu.

Alhasil, membuat kita mempercayai banget kalau misalkan karakter Sonic di dalam video game (yang klasik SEGA) kala itu berbicara, maka ia akan mengeluarkan suara yang dikeluarkan oleh Schwartz di filmnya ini. Selain itu interaksinya dengan Tom (Marsden) juga sangat keren “tek-tok” nya. Dan khusus Marsden, bisa dikatakan perannya di film ini merupakan peran terbaiknya semenjak Pangeran Edward di Enchanted (2007) dan Corny Collins di Hairspray (2007).

© Paramount Pictures

Disini, aktor yang juga memerankan Cyclops di franchise X-Men, sukses menampilkan range emosi yang belum pernah ia tampilkan di film-film sebelumnya. Sudah begitu, toh pada dasarnya penampilannya sebagai si sherrif Green Zone yang bimbang dengan perkembangan karirnya ke depan ini juga sangat alami. Ya pokoknya sesuai saja Marsden dengan karakternya ini.

Namun walau Schwartz dan Marsden sudah tampil keren, tetap saja ia masih kalah dengan bintang sesungguhnya dari film ini, si komedian senior gila, Jim Carrey (Liar Liar). WOW Chillers! Kami jadi curiga kalau komedian 58 tahun asal Kanada ini memanglah sudah segila itu sejak lahir. Habisnya, Carrey dalam memerankan Dr. Robotnik-nya masih dengan gaya antik lebay-nya itu.

Namun uniknya, gaya komedi over the top-nya yang legendaris itu terlihat pas banget dengan karakter Robotniknya ini. Mungkin bagi beberapa dari kamu (terlebih yang generasi sekarang), akan berkata “apa sih lebay deh”. Well, selamat berkenalan dengan Carrey ya guys!

Penampilan Carrey cs yang sudah keren itu, ditambah lagi dengan tampilan animasi dan sinematografinya yang juga enak dipandang. Walau dari tadi kami menyanyikan pujian, tapi tetap saja Sonic the Hedgehog bukanlah adaptasi video game atau film yang sempurna.

Selain plot dan pengarahannya cukup generik, terdapat aspek latar penceritaan Sonic di awal film yang sayangnya tidak dikembangkan lebih jauh atau setidaknya, memberikan dampak bagi keseluruhan petualangannya di sepanjang film.

© Paramount Pictures

Alhasil latar penceritaannya seakan seperti “throwaway” layaknya satu cincin yang kerap tertinggal atau kita malas untuk mengambilnya ketika memainkan game-nya.

Oh ya ngomong-ngomong soal cincin, seeprti yang sudah diperlihatkan di trailer-nya, tidak seperti di game yang mana cincin berfungsi sebagai nyawa dan poin, disini, cincin yang diberikan oleh pengasuhnya dari kecil, Longclaw (Donna Jay Fulks), memiliki kegunaan yang sangat berbeda.

Di film ini, cincinnya berguna sebagai media teleportasi (pindah tempat) yang bisa digunakan oleh Sonic ketika sedang mengalami bahaya. Nah aspek perubahan ini bisa menimbulkan pro-kontra. Alias, beberapa mungkin suka, sedangkan beberapa tidak suka.

Namun terlepas perubahan tersebut, tetap saja bagi kami, tidak mempengaruhi kenikmatan kami dalam menyaksikan Sonic the Hedgehog. Malah perubahan fungsi cincin tersebut, memberikan sensasi segar (fresh) tersendiri.

Pada akhirnya seperti yang kami katakan di awal, Sonic the Hedgehog tidak hanya merupakan adaptasi yang fun dan keren saja. Lebih dari itu, film ini akhirnya menjadi penyelamat reputasi buruk yang didapatkan oleh genre adaptasi video game selama ini.

© Paramount Pictures

Semoga saja dengan apa yang telah dilakukan oleh Sonic the Hedgehog, bisa memicu proyek-proyek adaptasi game-game lain selanjutnya, untuk meneruskan atau mempertahankan kualitas yang telah diterapkan oleh film ini. Amin.

Pokoknya nih bagi kamu yang sering mengaku sebagai fanboy game Sonic the Hedgehog sejak “lahir” dijamin bakal puas banget deh terlebih sekali algi, ketika melihat dua adegan mid-credit nya.

Namun kalaupun kamu awam yang mungkin hanya penasaran atau ingin “nyenengin” anak atau keponakan, tenang. Adaptasi ini masih oke kok. Dan yang terpenting, tidak akan membuat kamu kebingunan garuk kepala karena bukan seorang fanboy. Pokoknya, it is really worth your ticket price deh!

 

Director: Jeff Fowler

Starring: Ben Schwartz, Jim Carrey, James Marsden, Tika Sumpter, Donna Jay Fulks, Neal McDonough

Duration: 99 minutes

Score: 7.0/10

WHERE TO WATCH

TBA

The Review

Sonic the Hedgehog

7 Score

Walau secara keseluruhan filmnya terlihat dan terasa generik layakan adapatsi film video game lain atau film animasi / keluarga kebanyakan, tapi Sonic the Hedgehog sukses menjadi yang pertama dalam "memecahkan" kutukan film video game.Baik cerita maupun tampilannya sangat fun, colorful dan enak diikuti. Dan yang terpenting lagi, fan service yang diberikan oleh Jeff Fowler cs kepada seluruh fanboy video game klasiknya, benar-benar gokil banget. Dijamin kamu bakalan puas melihatnya!

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version