Film ‘Trees of Peace’ yang segera rilis di Netflix menceritakan kisah nyata empat wanita yang sedang bersembunyi kala terjebak di peristiwa genosida di Rwanda.
‘Trees of Peace’ menjadi film dengan cerita orisinal terbaru dari Netflix yang diangkat dari kisah nyata setelah film dan serial seperti ‘Savage Beauty’, ‘True Story’, dan ‘Showtime 1958’.
Film ini disutradarai dan ditulis oleh Alanna Brown bersama para pemerannya, yaitu Eliane Umuhire, Charmaine Bingwa, Ella Cannon, Bola Koleosho, Tongayi Chirisa dan Omono Okojie.
Brown juga turut memproduseri film ini bersama Ron Ray, Barry Levine, Mike Bundlie, Brian Baniqued, Jeff Spiegel dan Vicky Petela.
Proyek ini direncanakan sekitar sembilan tahun yang lalu ketika Brown mewawancarai seorang wanita yang mendirikan sebuah inisiatif untuk membantu mereka wanita penyintas di Rwanda. Kisah-kisah wanita ini kelak menjadi inspirasi dirinya.
Brown pun mulai menulis skrip pada tahun 2012 dan memakan waktu dua tahun hingga itu rampung. Ia kemudian menghabiskan beberapa tahun mencari studio, produser, dan produser eksekutif untuk membuatnya.
Pada akhirnya, Netflix menjadi tempat film ini dirilis setelah proses syuting dilakukan pada Oktober-November 2019, tetapi pascaproduksinya ditunda dan diperpanjang karena Covid-19 dan baru dilanjutkan pada 2020.
Four women from different backgrounds forge an unbreakable sisterhood while trapped and in hiding during the genocide in Rwanda.
Inspired by true events, director Alanna Brown’s TREES OF PEACE is on Netflix June 10. pic.twitter.com/0vk8LUH9mA
— NetflixFilm (@NetflixFilm) May 13, 2022
Sinopsis
Film ini menceritakan tentang peristiwa genosida di Rwanda terhadap kelompok etnis minoritas Tutsi oleh tentara bersenjata yang mengguncang seluruh dunia pada tahun 1994.
Kisahnya berputar di sekitar empat wanita dari latar belakang yang berbeda. Keempat wanita itu bernama Annick (Elliane Umuhire), Jeannette (Charmaine Bingwa), Peyton (Ella Cannon) dan Mutesi (Bola Koleosho) yang ketakutan dari genosida, memutuskan bersembunyi di bawah tempat persembunyian kecil di bawah area dapur.
Sementara mereka tinggal bersama, keempat wanita itu pun membentuk ikatan persaudaraan yang tak terpatahkan satu sama lain selama genosida Rwanda yang penuh darah masih terjadi.