Simak Reaksi Awal ‘Morbius’ dari Para Kritikus

Reaksi awal terhadap ‘Morbius’ menunjukkan bahwa film spin-off Spider-Man terbaru dari Sony ini tidak membuat penonton terkesan.

 

Berdasarkan reaksi awal, film yang dipimpin Jared Leto hampir secara universal menyorot penonton, dengan beberapa kritikus menunjuk ke plot “berantakan” dan “membingungkan” serta CGI film yang sudah ketinggalan zaman. Masalah lain yang dicatat oleh pengulas adalah adegan post-credit sceneMorbius’, yang oleh seorang kritikus disebut

“beberapa adegan post-credit terburuk yang pernah kalian lihat.”

Beberapa pujian untuk film ini terutama ditujukan untuk penampilan menyenangkan Matt Smith sebagai antagonis, Milo. Namun, reaksinya tidak semuanya buruk, dengan pengulas lain memuji kinerja “memuaskan” dari Leto dan perlakuan film terhadap genre horor.

Reaksi awal ini muncul setelah laporan baru-baru ini bahwa kritikus yang menghadiri pemutaran awal ‘Morbius’ sebagian besar kecewa dengan film ketiga di Spider-Man Universe Sony, dengan banyak yang menganggapnya “membosankan dan tidak diperhitungkan.”

Leto berperan sebagai Dr. Michael Morbius, seorang ilmuwan yang menderita penyakit darah langka. Selama pencariannya untuk penyembuhan, ia mencoba pengobatan tidak konvensional yang memberinya kekuatan vampir seperti kekuatan manusia super, kelincahan, dan ekolokasi.

@ Sony Pictures

Karakter tersebut diciptakan oleh Roy Thomas dan Gil Kane dan memulai debutnya sebagai musuh Spider-Man di “The Amazing Spider-Man #101”. Morbius kemudian menerima serial komiknya sendiri, “The Living Vampire”, di mana karakternya menjadi lebih anti-hero dan main hakim sendiri daripada penjahat biasa.

Trailer untuk film tersebut menyertakan beberapa referensi ke Spider-Verse yang lebih luas, termasuk poster Spider-Man dan cuplikan Michael Keaton sebagai Adrian Toomes/Vulture, karakter yang pertama kali ia mainkan dalam film Marvel Cinematic Universe, ‘Spider-Man: Homecoming’.

Sebagian besar easter eggs ini telah dipotong dari suntingan terakhir ‘Morbius’, dan satu-satunya penampilan Keaton adalah di salah satu urutan post-credit scene. Spoiler untuk adegan-adegan ini sudah online, dan mereka menunjukkan kesimpulan berantakan yang bertentangan dengan kontinuitas yang dibangun di dalam ‘Morbius’ itu sendiri.

Meskipun beberapa kritikus meluangkan waktu untuk memuji Smith, aktor tersebut tetap membingungkan di ‘Morbius’. Karakter Milo adalah teman masa kecil Morbius dan menderita penyakit darah langka yang sama. Karakter tersebut dikatakan mengambil inspirasi dari penjahat Marvel Comics “Loxias Crown/Hunger”, tetapi bahkan Smith tidak yakin, dengan mengatakan bahwa naskahnya tidak menjelaskan banyak tentang latar belakang Milo. “Ini semua agak membingungkan bagi saya,” kata Smith.

Namun, buat penonton di Indonesia, tak usah risau dengan ucapan kritikus tersebut. Perlu diingat juga kalau selera penonton di negara kita sama sekali berbeda dengan yang ada di Amerika. Film bertema superhero atau antihero yang kurang diterima publik Amerika sekalipun masih bisa diterima dengan baik di sini, contohnya seperti ‘Eternals’ yang tayang di Indonesia pada 10 November 2021, bisa bertahan lama hingga sebulan lebih di jaringan bioskop Indonesia.

Exit mobile version