Sejarah berdarah Hunger Games dijelaskan dalam prekuel mendatang, The Ballad of Songbirds & Snakes.
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes akan mengungkapkan orang yang menciptakan ‘permainan berdarah’ ini.
Hunger Games di Panem tidak sekedar pertandingan atau permainan yang hanya untuk hiburan semata, tapi juga berfungsi sebagai alat kontrol agar distrik-distrik tetap tunduk pada kehendak dan kekuasaan Panem.
Dalam film prekuel mendatang, selain mengikuti kisah dari Corilanus Snow di usia belia, penggemar juga akan melihat bagaimana Hunger Games sangat jauh berbeda.
Casca Highbottom menciptakan Hunger Games
The Ballad of Songbirds and Snakes terjadi selama Hunger Games ke-10. Saat itu, acara tersebut sangat berbeda dengan apa yang ada dalam trilogi Hunger Games. Para peserta tidak dimanjakan dengan berbagai makanan mewah atau diarak dalam parade dengan pakaian eksentrik, tapi Hunger Games hadir dalam bentuk sederhana.
Dalam prekuel ini, kita akan diperkenalkan pada Casca Highbottom, orang yang menciptakan Hunger Games.
Bertahun-tahun sebelum para distrik memberontak melawan Capitol, Casca Highbottom masih bersekolah di Akademi Panem bersama dengan teman baiknya, Crassus Snow (ayah Corilanus). Kemudian para siswa diberi tugas sebuah proyek oleh guru mereka, Dr. Volumnia Gaul.
Tujuan dari tugas proyek tersebut adalah merancang hukuman politik bagi musuh-musuh suatu negara agar mereka tetap patuh dan tunduk kepada penguasanya.
Highbottom lalu merancang sebuah ide yang memanfaatkan naluri dasar manusia sebagai pemangsa dan mangsanya. Dengan adanya rencana tersebut musuh-musuh yang ada diharapkan akan tetap fokus kepada dirinya sendiri dan dengan demikian mereka pada akhirnya menjadi tidak berdaya untuk melawan penguasa.
Tapi kenyataannya, Highbottom tidak berencana untuk menyerahkan proyek tersebut dan kemudian ide tersebut malahan dicuri oleh teman baiknya, Crassus Snow, yang pada akhirnya menghancurkan persahabatan mereka.
Dr. Volumnia Gaul adalah orang yang mewujudkan ide Hunger Games
Setelah timbulnya Pemberontakan Pertama Distrik kepada Capitol, akhirnya ide dari Casca Highbottom benar-benar terwujud. Orang yang bertanggung jawab atas terwujudnya ide tersebut adalah guru dari Highbottom di akademi, Dr. Volumnia Gaul.
Dr. Gaul percaya bahwa Hunger Games adalah alat yang sempurna untuk mengingatkan Distrik dan Capitol akan kehancuran akibat perang. Dia juga percaya bahwa ide dari Highbottom yang memaksa anak-anak bertarung sampai mati adalah bagian dari dorongan dasar umat manusia.
Hal ini menunjukkan bagaimana anak-anak yang menurut pandangan masyarakat dipandang sebagai kelompok yang tidak berdaya dan polos berubah menjadi pembunuh keji ketika sumber daya terbatas.
Bisa dibilang, Hunger Games adalah kelanjutan dari perang itu sendiri tapi dalam lingkungan yang terkendali. Dan dengan sempurna memperlihatkan kepada dunia mengapa kendali totaliter itu menjadi begitu penting karena tanpa hal itu dunia nyata akan menjadi seperti Hunger Games itu sendiri.
Casca Highbottom tidak menyukai Hunger Games yang dia ciptakan dan tidak pernah bermaksud agar tontonan berdarah itu menjadi kenyataan. Tapi tampaknya tidak hanya Highbottom yang tidak suka pada permainan tersebut, sebagian besar warga Capitol menjelang Hunger Games ke-10 menolak untuk menontonnya.
Oleh sebab itu, Dr Gaul kemudian merekrut para mahasiswa yang sedang belajar di Capitol untuk menjadi mentor para tribute dan memberitahu para mahasiswa itu mengapa Hunger Games menjadi begitu penting.
Di antara para mentor itu, juga ada Corilanus Snow muda dan menjadi mentor dari Lucy Gray Baird dari Distrik 12. Pada awalnya Corilanus tidak menyukai Hunger Games, akan tetapi setelah Dr. Volumnia Gaul meihat bakat terpendam darinya dan membantu membimbingnya, Corilanus menjadi tersadar mengapa Hunger Games diperlukan.
Pada akhirnya, Corilanus Snow-lah yang mengembangkan inovasi-inovasi baru hingga Hunger menjadi kita kenal sekarang ini.
Itu dia sejarah berdarah dari Hunger Games. Baca berita menarik seputar film dan serial, hanya di Cineverse.