Film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ akan segera tayang di bioskop nasional. Dibintangi oleh Marthino Lio dan Ladya Cheryl.
Setelah lama berkelana ke kancah internasional, akhirnya ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ sudah bisa kita saksikan di bioskop seluruh Indonesia mulai 2 Desember mendatang. Film garapan Edwin ini berhasil menjadi pemenang hadiah utama Golden Leopard di Festival Locarno.
‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ turut dibintangi oleh Reza Rahadian, Ratu Felisha, dan memperkenalkan Sal Priadi. Film yang diangkat dari novel penulis Eka Kurniawan ini mendapatkan klasifikasi umur 17+ dari Lembaga Sensor Film.
Film berfokus pada Ajo Kawir, seorang jagoan yang tak takut mati. Hasratnya yang besar untuk bertarung didorong oleh sebuah rahasia, ia ternyata impoten. Ketika berhadapan dengan seorang petarung perempuan tangguh bernama Iteung, Ajo babak belur hingga jungkir balik dan jatuh cinta.
Akankah Ajo menjalani kehidupan yang bahagia bersama Iteung dan, pada akhirnya, berdamai dengan dirinya?
Mengusung tema kisah cinta tragis di dunia yang maskulin, film ini menjadi pernyataan bagi Edwin mengenai toxic masculinity. Edwin yang tak hanya menyutradarai tapi juga turut menulis skenarionya bersama Eka Kurniawan mengatakan,
“Tumbuh besar di masa kejayaan rezim militer, cerita dan mitos mengenai heroisme dan kejantanan lelaki menjadi sangat familiar bagi saya. Kejantanan adalah tolok ukur kelelakian. Budaya toxic masculinity memaksa lelaki untuk tidak terlihat lemah dan masih sangat terpampang di Indonesia hari ini, di masyarakat yang seharusnya kini lebih terbuka pikirannya dan demokratis ketimbang di era 80an/90an. Saya melihat Indonesia berusaha keras mencoba untuk mengatasi rasa takutnya akan impotensi. Ketakutan yang membawa kita kembali ke budaya kekerasan yang dinormalisasi”
Ternyata film ini tidak hanya berfokus pada Ajo Kawir, ada juga menceritakan sosok Iteung, cewek yang berhasil mengalahkannya dalam beraksi laga dan memiliki nyali yang tinggi.
Sosok Iteung diperankan oleh Ladya Cheryl dengan tampilan seperti wanita badass yang bukan hanya menjadi kekasih Ajo, tetapi memiliki kekuatan yang setara dengan Ajo Kawir.

Berlatar waktu di akhir tahun 80an dan awal 90an, film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ berusaha menghadirkan estetika sinema dari era tersebut melalui banyak cara.Salah satunya adalah penggunaan seluloid.
Edwin menjelaskan, “Referensi saya tentang gambar sangat dipengaruhi oleh imaji-imaji yang terekam dalam berbagai acara TVRI seperti Flora dan Fauna, Sesame Street, hingga Si Unyil yang kebanyakan menggunakan medium pita seluloid 16mm.
Bagi saya, 16 mm adalah representasi realita sehari-hari yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan dan ingatan saya terhadap periode 80/90an. Tentu saja keinginan menggunakan pita seluloid dalam proses shooting film ini perlu didukung oleh para produser yang gigih dalam merealisasikannya.
Pita seluloid, selain harganya yang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan medium digital, di Indonesia tidak ada lagi laboratorium dan distributor pita film 16mm. Segala pengerjaan laboratorium harus dikerjakan di Jepang.
Sebuah pilihan yang tidak mudah mengingat segala sesuatunya juga harus dikerjakan dalam masa pandemi. Meiske Taurisia, dan Muhammad Zaidy selaku produser percaya bahwa setiap cerita, dan karakter dalam film harus dituturkan dengan caranya yang unik.”
Untuk “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”, Edwin melakukan kolaborasi
internasional dengan menggandeng Director of Photography, Akiko Ashizawa yang berasal dari Jepang.
Akiko biasa berkolaboasi bersama sutradara kawakan Kiyoshi Kurosawa salah satunya ‘Tokyo Sonata’ (2008) dan editor dari Thailand, Lee Chatametikool. Lee dikenal sebagai kolaborator dari sutradara terkemuka Thailand, Apichatpong Weerasethakul. Salah satunya pemenang Cannes Film Festival 2010, ‘Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives’ (2010).
Setelahnya, film ini berkeliling ke festival film berbagai negara seperti Toronto, Hamburg, Busan, London, dan masih banyak lagi. Lebih dari 30 festival disambangi oleh film ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ dan sebelum kembali pulang ke Indonesia film ini didaulat sebagai pembuka Singapore International Film Festival pada 25 November.