Yennu Ariendra memulai debut sebagai penata musik film panjang lewat film dokumenter ‘Biji Kopi Indonesia’.
Dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) ke-41 yang baru saja digelar, nama Yennu Ariendra berhasil membawa pulang Piala Citra pada kategori Penata Musik Terbaik berkat kemampuannya melakukan komposisi musik untuk film ‘Penyalin Cahaya’.
Sosok Yennu Ariendra sebelumnya dikenal sebagai solois dan pemain teater serta menjadi bagian dari sebuah band rock bernama Melancholic Bitch. Ia dikenal berkat karya-karya autentik miliknya yang biasa menyimpan nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Latar Belakang dan Kisah Menjadi Penata Musik
Yennu Ariendra dikenal pula dengan nama Y-DRA, merupakan seorang komposer, produser, musisi, serta DJ yang diketahui melakukan penampilan baik di depan maupun di belakang layar.
Terlahir di Banyuwangi menjadikan sosok Yennu Ariendra begitu dekat dengan nilai kebudayaan tradisional. Hal ini menjadi salah satu hal yang kemudian melatar belakangi gaya bermusik Yennu Ariendra yang selalu berusaha menghubungkan nilai tradisional dengan kehidupan modern saat ini.
Dirinya tergabung dalam grup teater kontemporer bernama Teater Garasi, sebuah band rock bernama Melancholic Bitch, proyek musik elektronik Amundalu, serta laboratorium musik eksperimental yang dinamai WYST (What Your Story Today).

Karirnya diawali tatkala menjadi komposer sekaligus musisi pada penampilan ‘Waktu Batu III: Deus Ex-Machina dan Perasaam-Perasaanku Padamu’ bersama Teater Garasi. Karya pertamanya ini ditampilkan di Yogyakarta, Jakarta, Singapura, Berlin, hingga Tokyo. Karya teater ini sendiri mengangkat kisah Mitologi Jawa di masa penjajahan Belanda.
Perjalanan Karir
Setahun berlalu sejak penampilan perdananya bersama Teater Garasi, Yennu Ariendra memulai debutnya pula bersama band rock Melancholic Bitch pada tahun 2005 melalui sebuah proyek yang diberi nama ‘Anamnesis’. Debut album band ini dirilis tahun 2017 dengan nama ‘Balada Joni dan Susi’ yang terdiri dari 12 lagu.
Dalam bidang teater, Yennu Ariendra terlibat dalam proyek bernama ‘MwaThirika’ dan ‘Lunang, Laki Laki Laut’ yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Puppet Theater.
Karirnya sebagai musik komposer untuk sebuah film dimulai pada tahun 2014 lewat film dokumenter berjudul ‘Biji Kopi Indonesia’. Hal yang sama dilakukannya pula untuk film ‘Nokas’ dan ‘Istirahatlah Kata-Kata’ yang dirilis tahun 2016.

Dirinya untuk pertama kalinya dinominasikan dalam ajang bergengsi Festival Film Indonesia ke-41 kategori Penata Musik Terbaik lewat film ‘Penyalin Cahaya’ atau ‘Photocopier’.
Kesuksesan di Festival Film Indonesia
Film ‘Penyalin Cahaya’ merupakan film pertama Yennu Ariendra sebagai penata musik yang berhasil membawa namanya ke ajang Festival Film Indonesia. Nama Yennu Ariendra dinyatakan menang oleh pembaca nominasi Dea Panendra dalam acara yang dihelat malam tadi itu. Film ini sendiri merupakan film keempat dalam jejak diskografinya.
Kehadiran Yennu Ariendra dengan talenta unik yang dimilikinya tentu berpengaruh tak hanya terhadap industri musik, namun juga perfilman Tanah Air.
Piala Citra kategori Penata Musik Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia yang ke-41 yang baru saja diperolehnya tentu menjadi salah satu bukti penguat bahwa kepiawaiannya sebagai penata musik akan terus berkembang dan siap meramaikan pasar industri hiburan Indonesia.