Scream Rayakan 25th Anniversary untuk Sambut Scream Terbaru

Mengenang kembali karya memorable 'Scream' dari Wes Craven (1939-2015)

“Do you like Scarry Movie?” – Ghostface.

 

Film adalah salah satu bentuk seni, yang bisa memberikan pengaruh atau juga menjadi inspirasi bagi orang lain. Sangat jarang seseorang yang membuat film tidak terinspirasi dari film lain. Beberapa film menjadi sangat spesial karena memberikan pengaruh yang cukup besar entah itu terhadap genre film itu sendiri atau mempengaruhi film secara keseluruhan.

Disini jika kita melihat film horor dan untuk lebih spesifiknya film slasher yang menjadi sub genre film horor, maka film ‘Scream’ pantas mendapatkan penghormatan tersebut karena berhasil mendefinisikan ulang genre horor terutama film slasher ke arah baru dan modern yang kemudian menjadi fenonema budaya pop.

‘Scream’ untuk pertama kalinya dirilis pada 20 Desember 1996 dan langsung menjadi box office saat itu, film arahan Wes Craven ini terinspirasi dari kejadian nyata pembunuh berantai bernama Gainesville Reaper. Di mana pada tahun 1990, seorang pembunuh berantai menguntit dan membunuh para siswa di kota Gainesville, Florida.

© Dimension Film

Kesuksesan ‘Scream’ melahirkan serangkaian sekuel, ‘Scream 2’ (1997), ‘Scream 3’ (2000) dan ‘Scream 4’ (2011). Dan untuk sekuel terbarunya yaitu ‘Scream 5’ akan kembali tayang pada bulan Januari 2022. Hadir setelah 11 tahun dari film keempat, di mana Sidney Prescott (Neve Campbell), Gale Weathers (Courtney Cox) dan Dewey Riley (David Arquette) kembali lagi ke peran aslinya untuk melawan inkarnasi baru Ghostface.

Garis besar film Scream jika dilihat tipikal plot cerita khas film-film slasher, mengikuti seorang gadis remaja bernama Sidney (Neve Campbell) dan teman-temannya di kota kecil Woodsboro. Ketika salah satu teman sekelas mereka ditemukan terbunuh secara brutal dan segera si pembunuh juga mengejar mereka.

Plot ceritanya terbilang sederhana dengan karakter yang juga sederhana, tetapi melalui Scream, Wes Craven yang dikenal sebagai master of horor movie yang telah membuat film-film, ‘A Nightmare on Elm Street’ (1984), ‘The Last House On the Left’ (1972) dan ‘The Hills Have Eyes’ (1977) secara signifikan mengubah arus ceritanya dengan twist yang cerdas, tidak terduga dan disusun dengan baik.

Dengan plot demikian, Wes Craven mengangkat standar film horor dan utamanya genre slasher. Karena sebelum Scream, gaya slasher hanya selalu dipenuhi banjir darah dan mengandalkan jumpscare.

Scream juga menuai sukses karena dalam genre slasher di mana si pembunuh bukanlah entitas supranatural atau pembunuh yang tak terhentikan akan tetapi kisahnya tentang seorang pembunuh yang mengenakan topeng hantu dan berjubah hitam yang meneror sebuah kota kecil di California.

Di mana dia bisa menjadi teman, tetangga atau seseorang yang dekat. Misteri penjahat yang membuat semua orang di kota itu menjadi tersangka. Plot yang unik tersebut banyak memicu film bergaya serupa di antaranya, seperti ‘I Know What You Did Last Summer’, ‘Final Destination’ dan ‘Urban Legend’. Scream memakai pola who dunnit yang berarti penting untuk mempertahankan misteri siapa pembunuhnya selama mungkin.

© Spyglass Media Group

Elemen kesuksesan lainnya yang mungkin jarang diperhatikan, Scream secara realistis melihat bagaimana melarikan diri dari seorang pembunuh psikopat yang dapat melukai seseorang seumur hidup. Inti cerita Scream selalu berpusat pada karakter Sidney Prescott, yang mengalami trauma karena pembunuhan ibunya.

Alih-alih mengubur masa lalunya yang traumatis, Sidney secara bijak dan berani tidak “meninggalkan” masa lalunya tapi secara terbuka mencoba untuk menyembuhkannya. Tidak seperti pada film slasher lainnya yang biasanya berusaha mengubur dan menghindari ketakutan dan kecemasan dari masa lalunya sebagai korban.

Elemen kesuksesan Scream berikutnya datang dari casting-nya. Pada saat itu, di era 90-an atau sebelumnya, film horor dianggap sebagai film tingkat B. Dengan alasan tersebut, sering kali mereka mempekerjakan aktor atau aktris tidak dikenal atau tidak berpengalaman.

Perbedaan dalam Scream adalah keputusan untuk memilih artis terkenal untuk film tersebut, yang pertama mereka dapatkan adalah Drew Barrymore yang dikenal karena perannya dalam film ‘E.T’ (1982). Ketika Drew Barrymore terpilih, akhirnya hal itu menarik artis lainnya ke dalam proyek film ini.

© Spyglass Media Group

Kemudian para pemeran dikumpulkan dan dimainkan oleh para artis terkenal saat itu, seperti David Arquette, Neve Campbell, Skeet Ulrich, Rose McGowan dan tentu saja Courtney Cox yang terkenal lewat serial TV ‘Friends’. Faktanya, para pemeran itu telah menjadi salah satu dorongan pemasaran yang cukup besar untuk film tersebut.

‘Scream’ menandai perubahan dalam genre horor karena menampilkan artis yang sudah mapan dan sukses. Tentunya berkat casting film yang terbilang bisa dianggap membantu untuk menemukan audiens yang lebih luas dan beragam.

‘Scream’ pada awalnya dikembangkan dengan judul ‘Scarry Movie’, selain itu topeng The Ghostface yang benar-benar menakutkan karena didasarkan pada lukisan “The Scream” karya pelukis terkenal asal Norwegia, Edvard Munch.

Kemudian setelah 25 tahun berlalu, ‘Scream’ tetap menjadi saga film horor yang ikonik serta berhasil masuk ke dalam jajaran “cult movie”. Hingga tidak keraguan lagi bahwa Scream memiliki dampak besar pada genre horor dan memberikan arah baru bagi film slasher modern.

Exit mobile version