Berkat jasa R.A Kartini dalam mengangkat martabat wanita di Indonesia, ini sosok wanita-wanita hebat dan menginspirasi dengan karya-karyanya di industri perfilman.
Selamat Hari Kartini untuk para wanita-wanita di seluruh Indonesia! Selalu diperingati pada tanggal 21 April, Hari lahirnya pahlawan nasiona kita, R.A Kartini, selalu menjadi momen yang tak pernah terlewatkan.
Jasanya untuk negara dan kisahnya dalam membela hak para wanita tidak akan pernah dilupakan, dan masih berguna hingga jaman sekarang. Salah satunya adalah menghancurkan penghalang bagi wanita untuk berkarya.
Berkat jasanya dan kisah-kisah inspiratifnya dalam perjuangannya menyetarakan wanita, sekarang, status tersebut tentunya bukan penghalang bagi para wanita-wanita hebat untuk berkarya.
Begitu juga dengan 5 sutradara wanita Indonesia yang telah mewarnai layar kaca kita dengan karya-karya menakjubkannya, bahkan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Untuk menyambut Hari Kartini, ini 5 film garapan sutradara Indonesia yang bisa temani kalian untuk rayakan hari pahlawan kita.
1. A World Without – Nia Dinata

Nia Dinata merupakan sutradara wanita kondang yang memulai debutnya dengan film ‘Mencari Pelangi’ pada tahun 1998. Sejak itu, karya-karya lain darinya telah melanglang buana di layar kaca.
Menjadi sutradara wanita di Indonesia tak menghalanginya untuk bebas berkarya, dan mengutarakan pikirannya. Karya-karyanya adalah inspirasi bagi para wanita yang ingin memulai perjalanannya sebagai sutradara di Indonesia.
Nia Dinata merupakan sutradara yang terkenal dengan film-filmnya yang dianggap sebagai kontroversi. Dia berani mengangkat isu sensitif di Indonesia, serta menyuarakan suara para minoritas yang tak sering ditunjukkan ke layar kaca.
Film-filmnya seperti ‘Arisan!’, dan ‘Berbagi Suami’ tentunya sudah tidak perlu dibicarakan lagi, karena kali ini, kita akan membahas tentang film terbarunya di tahun 2021, ‘A World Without’ yang dapat disaksikan di Netflix.
Meskipun diwarnai dengan misteri dan fiksi, ‘A World Without’ didasarkan oleh mimpi para perempuan muda. Film ini mengikuti kisah tiga orang sahabat bernama Salina (Amanda Rawles), Ulfah (Maizura), dan Tara (Asmara Abigail).
Berlatar di masa depan, tiga perempuan muda ini merasa kesulitan dalam menemukan tujuan hidup di tengah masyarakat yang tak mendukung. Dengan mengikuti organisasi The Light yang katanya akan membantu mengubah mereka ke versi terbaiknya, para perempuan muda tersebut mencoba menemukan kekuatan dari dalam diri mereka sendiri.
2. Yuni – Kamila Andini

Setelah menghebohkan publik dengan kemenangannya untuk film ‘Yuni’ di Toronto International Film Festival 2021, Kamila Andini dengan bangga mempersembahkan kemenangannya untuk para wanita.
Dalam pidato kemenangannya, Kamila Andini mengatakan, “Ini untuk suara-suara perempuan di Indonesia yang belum didengar. Ini untuk setiap perempuan di Indonesia dan dunia yang telah berjuang, bertarung bertahun-tahun, menemukan, berusaha menemukan kebebasan mereka,”
‘Yuni’ sendiri mengangkat dan menyuarakan isu perempuan, yang cita-citanya kerap kali harus terkubur karena adat dan budaya yang ada di Indonesia. Yuni , seorang remaja di desa yang bermimpi untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi setelah lulus SMA. Namun impian itu terhalang karena adat desanya yang mengharuskannya menikah di usia muda.
3. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak – Mouly Surya

Mengawali debut penyutradaraan dengan memenangkan piala citra sebagai Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2008, Mouly Surya adalah sutradara wanita pertama yang berhasil memenangkan penghargaan tersebut, bahkan berhasil mengamankan tempatnya sebagai pemenang sutradara wanita satu-satunya berkat kemenangan keduanya dalam film ‘Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak’ tahun 2020.
Dalam film ‘Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak’, Mouly Surya mengangkat isu kebebasan dan keadilan bagi para wanita yang sering dikesampingkan di masyarakat. Marlina (Marsha timothy) adalah seorang janda di Sumba yang didatangi oleh sekelompok pria yang ingin merampas harta dan melecehkannya.
Dengan sebuah parang, Marlina berhasil menumbangkan pelaku pelecehannya. Dia ingin melaporkan hal tersebut ke pihak berwajib, tapi justru menerima tanggapan dingin dari pihak kepolisian atas kasusnya.
Ingin mendapatkan keadilan dan membuktikan kekuatannya sendiri, Marlina memulai sebuah perjalanan dalam mencari kebebasan, kekuatan, dan keadilan yang dilewati dalam empat babak.
4. Minggu Pagi di Victoria Park – Lola Amaria

Salah satu karyanya yang dia sutradarai adalah ‘Minggu Pagi di Victoria Park’. Film kedua Lola Amaria yang dia bintangi sendiri mengisahkan kehidupan para wanita di Indonesia yang berusaha meningkatkan taraf hidupnya dengan menjadi TKW di Hong Kong.
Judul ‘Minggu Pagi di Victoria Park’ sendiri diperoleh dari kebiasaan para TKW yang tinggal di daerah Hong Kong untuk saling berkumpul bersama di Victoria Park pada setiap hari Minggu. Mayang (Lola Amaria) dikirim menjadi TKW di Hong Kong untuk mencari adiknya, Sekar (Imelda Soraya) yang sudah lebih dulu menjadi TKW di sana. Sekar tidak bisa pulang karena terlilit hutang.
Rasa iri yang dimilikinya kepada adiknya membuat Mayang tidak ingin mencari keberadaannya dan menolongnya, tetapi setelah dia tahu apa yang dialami adiknya selama menjadi TKW, Mayang bertekad untuk menyayangi adiknnya seperti dulu kala, dan membantu Sekar pulang ke Indonesia.
5. Perempuan Punya Cerita – Upi Avianto

Upi Avianto adalah sutradara sekaligus penulis skenario dari film-film hit di Indonesia. Beberapa karya yang ia tulis adalah ‘Serigala Terakhir’, ‘#TemanTapiMenikah’, dan ‘Hit & Run’. Upi Avianto juga menyutradarai beberapa film, seperti ‘My Stupid Boss’, ‘Belenggu’, dan ‘Perempuan Punya Cerita’.
‘Perempuan Punya Cerita’ adalah kumpulan 4 film pendek yang berbeda dan bersdiri sendiri, dikemas dalam sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 2008, dengan mengangkat perspektif wanita dan masalah-masalah kehidupan yang sering dihadapi.
‘Perempuan Punya Cerita’ dibagi dalam empat segmen yang ditulis dan disutradarai oleh beberapa sosok wanita hebat yaitu Vivian Idris, Fatimah Rony, Upi Avianto, Melissa Karim, Nia Dinata, dan lasja Fauzia Susatyo.