Ricard Oh berpulang, karyanya akan senantiasa terkenang sebagai pelajaran di masa yang akan datang.
Aktor sekaligus sutradara Richard Oh dikabarkan meninggal dunia ada Kamis, 7 April 2022 pukul 19.30 WIB. Kabar ini disampaikan melalui sepenggal informasi yang disebar melalui Whatsapp yang berisi, “Telah berpulang, sahabat, koko kami, Richard Oh di RS Eka Hospital BSD, Kamis, 7 April 2022 pukul 19.30”. Itulah sepenggal informasi terkini yang di dapat.
Saat ini, rencananya jenazah akan disemayamkan dirumah duka di daerah Serpong, Kota, Tanggerang. Bersamaan dengan kabar tersebut, ada berita yang menyatakan bahwa jenazah esok pagi akan di bawa ke Kalimantan untuk di makamkan.
Richard Oh sempat mengunggah video terakhir di akun instagram pribadi miliknya, postingan tersebut memperlihat video detail mengenai pembangunan konstruksi jalanan.
Dalam unggahan itu, tak terlihat tanda-tanda kepergiannya. Hanya video dengan caption “Flyby the new Toll Road Construction (Says the toll road supervisor) – FPV FreeStyle Proxy.”
https://www.instagram.com/tv/CcC6YELu-yo/?utm_source=ig_web_copy_link
Sontak saja postingan nya yang terakhir dibanjiri oleh ucapan duka dari para kerabat, mulai dari para aktor, aktris, sahabat dan tentunya para followersnya di instagram.
Kebanyakan dari mereka juga tidak menyangka akan kepergian sang aktor, sebab beberapa masih baru bertemu dengan nya atau bakan baru akan membuat janji temu dengannya.
Richard Oh merupakan pria kelahiran 30 Oktober 1959 lalu, di usianya yang sudah senja ia sempat memberikan karya terakhirnya dengan mengarahkan salah satu film berjudul ‘Menunggu Bunda’.
Pada kesempatan media gathering untuk film tersebut, Cineverse bekesempatan untuk meliput peluncuran film yang tak disangka akan menjadi karya terakhirnya sebagai sutradara.
Dalam kesempatan itu juga, ia sempat membeberkan inspirasinya untuk film tersebut. ‘Menunggu Bunda’ adalah salah satu film yang ia buat setelah kepergian sang ibunda tercinta, kesedihan yang mendalam membawanya pada suatu karya yang amat menawan, yang menghanyutkan penonton pada kesedihan tentang seorang ibu.
Film lain yang sempat Richard sutradarai antara lain adalah ‘Koper’ (2006), ‘Melancholy is a Movement’ (2015), ‘Terpana’ (2016), ‘Perburuan’ (2019), ‘Love is Bird’ (2019).
Richard terkenal dalam beberapa peran di beberapa film besar seperti ‘Yowis Ben’, ‘Yowis Ben 2’, ‘Yowis Ben Finale’ hingga ‘My Stupid Boss’.
Tak hanya dikenal sebagai aktor dan sutradaa, Richard memulainya sebagai sastrawan, pada usia 17 tahun, Richard pernah mengikuti lomba penulisan buku yang dikelola oleh majalah Asiaweek. Meski tidak menang, cerpennya mendapat salah satu penghargaan.
Ia kemudian belajar mengenai penulisan kreatif di Universitas Wisconsin, Madison, dan UC Berkeley. Sepulang dari Amerika, ia memutuskan bekerja di perusahaan periklanan, meskipun ia ingin menulis.
Tercatat beberapa buku yang pernah ia tulis antara lain “Pathfinders of Love” (1999), “Heart of The Night” (2000), dan “The Rainmaker’s Daughter” (2004).
Peristiwa Mei 1998 menjadi titik balik dalam kehidupan Richard untuk kembali ke obsesi semula, yakni menulis. Tiba-tiba dia dapat dengan lancar menulis novel. Bahkan, novel kedua ia tulis dalam keadaan yang lebih sulit karena kesibukan mengelola toko bukunya.
Ia menerbitkan juga pernah menerbitkan “Metafora”, “Jurnal Prosa”, dan “Jakarta Review Book”, serta merintis anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa (sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award) bersama Takeshi Ichiki.
Selamat jalan Richard Oh, damai di alam sana dan karya mu akan kami kenang selalu disini untuk pembelajaran hidup yang harus terus berlanjut.