“I can’t bear the thought of being forgotten.” – Almut (We Live in Time, 2024)
Hai, Cilers!
Sebuah film drama romansa menarik hadir di tengah maraknya film blockbuster di bioskop Indonesia. Film rilisan StudioCanal yang berjudul We Live in Time ini mengisahkan Almut (Florence Pugh) dan Tobias (Andrew Garfield), yang dipertemukan dalam sebuah kecelakaan, dan mengubah hidup mereka.
Seperti apa kisah mereka selanjutnya? Simak ulasan lengkap di bawah ini!
Sinopsis
Di suatu malam, Almut yang sedang mengendarai mobilnya, menabrak Tobias yang sedang mengurus perceraiannya. Keduanya lantas berkenalan dan seiring berjalannya waktu, mereka jatuh cinta dan mulai hidup bersama.
Mereka lantas tinggal bersama, membangun keluarga hingga Almut didiagnosis kanker rahim stadium 3 yang menyebabkan profesinya terganggu. Namun, Tobias tetap sabar mendampingi Almut, bahkan mereka masih berkeinginan mempunyai anak. Apakah yang akan terjadi pada mereka nantinya?
Perspektif Menarik dari Narasi Non Linier
Dengan narasi non linier, We Live in Time memberikan perspektif menarik kepada penonton, seolah film ini memiliki banyak lapisan cerita di dalamnya.
Nyatanya, kompleksitas yang dihadirkannya bagaikan merangkai gabungan fragmen dari kedua karakter utamanya bak kilas balik yang disusun sedemikian rupa menjadi kisah yang utuh.
Memang ada sisi negatif bila kita memakai cara seperti ini. Penonton tak akan merasakan fluktuasi emosi dari awal mereka bertemu, karena kita hanya diberikan sejumlah momen penting dari Tobias dan Almut.
Akibatnya, beberapa momen penting terasa terburu-buru dan kita kehilangan kesempatan untuk bisa melihat intensitas emosi dari penggalan fragmen yang disuguhkan.
Kekurangan Minor pada Eksposisi Dua Karakter Utamanya
Salah satu hal yang terasa mengganggu di film ini adalah eksposisi dari dua karakter utamanya, khususnya tentang Almut yang tidak terjawab sepenuhnya soal perjuangannya sebagai koki.
Kita diberi tahu bahwa memasak adalah hasratnya, tetapi film ini tidak mengeksplorasi mengapa hal ini begitu penting baginya. Pengorbanan apa yang dia lakukan untuk mencapai posisinya saat ini? Hilangnya elemen ini membuat karakter Almut tidak tergali lebih dalam, terlebih untuk menyeimbangkan antara karier dan keluarganya.
Kesimpulan
Walaupun kekurangannya minor, film ini bisa menghadirkan momen menarik saat adegan kelahiran di toilet yang sangat menegangkan, dibumbui sedikit kelucuan yang terasa natural.
Chemistry antara Tobias dan Almut memang terlihat padu, terlebih menghadapi momen sulit yang dialami keduanya. Secara teknis, film ini juga mampu menghadirkan visual yang cukup baik, transisi adegannya yang mulus, sehingga penonton tak akan merasakan perbedaan lini masa yang terjadi di film ini.
Secara keseluruhan, We Live in Time mampu menghadirkan narasinya yang tidak biasa lewat kekuatan kedua karakter utamanya, sehingga film ini terasa sangat menarik diikuti hingga selesai.
Director: John Crowley
Casts: Andrew Garfield, Florence Pugh, Marama Corlett, Lee Braithwaite, Nikhil Parmar
Duration: 108 minutes
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
We Live in Time
Di suatu malam, Almut yang sedang mengendarai mobilnya, menabrak Tobias yang sedang mengurus perceraiannya. Keduanya lantas berkenalan dan seiring berjalannya waktu, mereka jatuh cinta dan mulai hidup bersama. Mereka lantas tinggal bersama, membangun keluarga hingga Almut didiagnosis kanker rahim stadium 3 yang menyebabkan profesinya terganggu. Namun, Tobias tetap sabar mendampingi Almut, bahkan mereka masih berkeinginan mempunyai anak. Apakah yang akan terjadi pada mereka nantinya?