“If we don’t do anything, your PR operaration could turn into a total bloodbath. It will be carnage,” – Sophia (Under Paris, 2024)
Memasuki bulan Juni ini, Netflix merilis banyak film unggulannya, salah satunya adalah Under Paris yang memiliki judul asli Sous la Seine. Film yang dirilis pada 5 Juni ini disutradarai Xavier Gens, salah satu sutradara ternama Prancis yang membuat sejumlah serial dan film terkenal.
Kita mungkin mengenalnya lewat filmnya, Hitman (2007) yang saat itu dibintangi Timothy Olyphant dan Olga Kurylenko. Karyanya yang lain adalah Frontier(s) pada tahun yang sama, serta Mayhem! dan 3 episode serial Lupin pada tahun 2023.
Kini Xavier Gens menyutradarai film yang sebetulnya banyak dibuat akhir-akhir ini. Film dengan tema ikan hiu buas memang bukanlah sesuatu yang baru.
Sejak dimulai oleh Jaws (1975) yang disutradarai Steven Spielberg, dilanjutkan tiga sekuelnya yang kualitasnya tak sebanding dengan film pertamanya, tema ini makin berkembang pesat di sepanjang tahun 80-90an dengan sejumlah film mediocre berbujet rendah.
Hingga di akhir tahun 90an, muncullah Deep Blue Sea (1999) yang menuai sejumlah pujian dari kritikus dan penonton. Memasuki era 2000an, sejumlah film berbujet rendah bermunculan dan banyak digemari, seperti waralaba Sharknado, dan pada tahun 2016, The Shallows yang dibintangi Blake Lively muncul dengan keunikan narasinya.
Pada tahun berikutnya, 47 Meters Down (2017) hadir cukup baik dan juga menarik, disusul sekuelnya, 47 Meters Down: Uncaged (2019). Tahun berikutnya, The Meg (2018) yang dibintangi Jason Statham muncul, disusul sekuelnya Meg 2: The Trench pada tahun 2023. Kedua film ini meraih kesuksesan finansial di seluruh dunia dan membuat film bertemakan hiu pemangsa ini kian populer.
Setelah Netflix merilis Under Paris, spontan saja film ini sangat mengejutkan Cineverse. Film ini mempunyai prolog menarik dengan isu lingkungan hidup yang amat kental.
Namun, makin ke belakang, narasi yang diangkat ternyata tak beda jauh dari sekuel Jaws terdahulu, walaupun latarnya kini berpindah ke Paris di era sekarang. Sebuah plot baru tentang ikan hiu ganas yang akan kita bahas di bawah ini. Menarikkah film ini untuk ditonton?
Sinopsis
Pada tahun 2021, Sophia (Bérénice Bejo) yang merupakan seorang ilmuwan, bersama suami dan timnya, mengikuti spesimen langka hiu mako bernama Lilith, yang telah mereka beri tanda. Namun, yang mengagetkannya adalah ukurannya ternyata melebihi pertumbuhan normal, bahkan mencapai dua kali ukuran normalnya. Saat akan mengambil sample, semua timnya dibantai oleh hiu tersebut, termasuk suaminya.
Tiga tahun berselang, pada tahun 2024, Sophia sekarang bekerja di akuarium Paris sampai dia didekati oleh aktivis lingkungan Mika yang memberi tahu dia bahwa hiu yang membunuh suaminya, ternyata telah masuk ke Paris dan ada di dalam Sungai Seine.
Bagi Sophie, kehadiran Lilith di perairan tersebut tidak masuk akal dan hal terbaik adalah membawanya kembali ke laut sebelum dia dapat memakan korban karena Paris akan menjadi tuan rumah Kejuaraan Triathlon Dunia di sungai tersebut. Sophie yang dibantu kapten polisi sungai, Adil (Nassim Lyes), harus menghentikan Lilith sebelum dia kembali membantai banyak korban.
Narasinya menarik dengan plot senada dengan Jaws 2
Melihat adegan prolognya, kita disuguhkan sebuah visualisasi yang belum pernah dibuat di film bertemakan hiu. Kapal penelitian yang ada di hamparan sampah plastik di perairan Pasifik dekat Hawaii.
Namun, setelah narasi bergeser ke tengah kota Prancis, disinilah plot mulai seru, setelah mengetahui Lilith ternyata selama ini ada di Sungai Seine. Hiu yang belakangan diketahui telah bermutasi ini menyimpan bahaya besar terhadap kelangsungan banyak orang yang akan berlomba di sungai tersebut.
Alasan politis ini senada dengan apa yang dihadirkan di Jaws 2 (1978), di saat peringatan akan adanya ancaman hiu dikesampingkan, demi kunjungan turis yang besar di saat musim liburan berlangsung.
Penggunaan CGI bak film Hollywood
Salah satu momen paling menarik muncul menjelang konklusi. Sebuah eksekusi full CGI yang dikemas ala Hollywood, dan membuat kita seperti menonton film bertema disaster atau bencana alam. Efeknya terlihat nyata dan akan membuat kita terkesima, karena penggambarannya sangat masif.
Perlu diingat, Under Paris merupakan film Prancis yang notabene lebih kuat dalam bernarasi dan mengedepankan efek praktis atau minim digital, ketimbang digital yang masif. Bahkan film ini jauh lebih terlihat berkualitas ketimbang waralaba Sharknado yang bisa dikatakan sekedar hiburan belaka.
Kesimpulan
Mungkin lebih tepat kita menjuluki Under Paris sebagai ‘French Jaws’, karena kemiripan narasinya secara politis, walaupun latarnya sekarang lebih modern dan berpindah ke kota besar, bukan di pantai seperti film aslinya.
Keberanian sineas Prancis untuk membuat film dengan sentuhan Hollywood seperti ini patut diacungi jempol, walaupun narasinya terkadang tidak masuk akal. Namun, kemustahilan ini bergerak dalam sebuah landasan di mana hiu ini merupakan mutasi, yang membuat narasi ini bergerak dinamis, baik yang bisa diterima akal sehat, maupun tidak.
Walau begitu, Under Paris memang sangat menarik untuk diikuti hingga selesai. Alurnya sedikit lambat di awal, namun tidak terlalu mengganggu, malah dengan sedikit eksposisi karakter utamanya ini, kita bisa mendapatkan penjelasan bagaimana Sophia harus menghadapi rasa traumanya sekarang ini.
Akting Bérénice Bejo cukup baik, dan didukung Nassim Lyes, keduanya juga berhasil menciptakan chemistry-nya tersendiri lewat paruh kedua. Penggunaan CGI yang cukup masif menjelang konklusi memang membuat film ini terasa berbeda dan kita akan berpikir kalau film ini memang sangat serius digarap, terlebih ini bukanlah film Hollywood.
Tonton segera Under Paris eksklusif hanya di Netflix.
Director: Xavier Gens
Starring: Bérénice Bejo, Nassim Lyes, Léa Léviant, Sandra Parfait, Aksel Ustun, Aurélia Petit, Marvin Dubart, Ibrahima Ba, Daouda Keita, Anne Marivin, Stéphane Jacquot, Jean-Marc Bellu
Duration: 101 Minutes
Score: 7.2/10
WHERE TO WATCH
The Review
Under Paris
Under Paris mengisahkan ketika seekor hiu mutan memasuki Sungai Seine di tengah kota Paris dan mengancam lomba yang akan digelar di situ