“This is the Substance. You are the matrix. Everything comes from you. Everything is you. This is simply a better version of yourself. You just have to share. The one and only thing not to forget: You. Are. One. You can’t escape from yourself,” – The Substance (The Substance, 2024)
Sungguh luar biasa apa yang disuguhkan Jakarta World Cinema 2024 di film pembukanya yaitu The Substance. Film ini banyak dinantikan penonton Indonesia, khususnya mereka yang mengikuti perkembangan film dunia.
Kenapa begitu? Karena film ini mendapat ulasan positif dari para kritikus dan penonton saat pemutaran perdananya di Festival Film Cannes.
Dalam festival tersebut, The Substance mendapatkan tepuk tangan meriah selama 12 menit nonstop yang membuat pemeran utamanya, Demi Moore terharu melihat respons yang diberikan.
Sinopsis
Seorang aktris ternama, Elizabeth Sparkle (Demi Moore) yang baru mendapatkan Hall of Fame di Hollywood, kian memudar namanya setelah berjalannya waktu. Di usianya yang menginjak paruh baya, ia sekarang menjadi penari utama dalam sebuah program kebugaran di layar kaca.
Namun, ia mencuri dengar kalau ia sudah ditolak oleh produsernya (Dennis Quaid) karena usianya yang dianggap sudah menua.
Saat Elizabeth dirawat karena sebuah kecelakaan mobil, dia menerima tawaran untuk menciptakan versi dirinya yang lebih muda (Margaret Qualley), untuk menggunakan zat yang dirujuk dalam judul film ini.
Namun untuk melakukan ini, sejumlah aturan harus dipatuhi keduanya, dan menjadi semakin sulit, terutama untuk versi Elizabeth muda, di mana versi mudanya ingin bertahan lebih lama dengan tubuhnya, dan mengabaikan versi tuanya yang seharusnya diberikan treatment yang sama.
Sajikan Visual Realistis yang Terasa Nyata
Coralie Fargeat yang sebelumnya menyutradarai dan menulis Revenge (2017), naik ke level berikutnya dengan The Substance yang masuk ke dalam subgenre body horror.
Sub-genre yang praktis hanya segelintir sineas saja yang mendapat pengakuan secara luas, seperti misalnya David Cronenberg lewat The Fly (1986) ataupun Stuart Gordon lewat Re-Animator (1985).
The Substance bahkan melampaui kedua film cult legendaris ini lewat visualisasinya yang mencengangkan. Semburan darah yang sangat eksplosif, potongan tubuh yang berceceran, dan berhasil menampilkan transformasi fisik lewat deformasi, atau degradasi tubuh manusia yang teramat intens.
Penggambarannya bisa dikatakan sangat ‘menggangu’ mata kita karena terlalu realistis, dan terasa nyata dilihat dari konteks permasalahan yang dialami Elizabeth.
Rasa jijik di film ini memang diperlihatkan secara over exposed menjelang konklusi, dan itu akan membuat penonton bereaksi melihat sosok Elizabeth saat tubuhnya bedeformasi.
Alur Ceritanya Mengalun dengan Sempurna
Narasinya sangat sederhana, di mana isu menjadi muda menjadi kebutuhan substansial bagi mereka yang mulai menua. Film ini memang memikirkan narasinya dengan baik, ceritanya diawali dan diakhiri dengan amat cantik.
Semua dimulai saat Hall of Fame milik Elizabeth Sparkle dibuat, ia mendapat perhatian banyak orang, dan seiring tahun berhalangan, semua meredup hingga pada akhirnya sosoknya lenyap di bawah bintangnya sendiri.
Isu inilah yang membuat film ini mempunyai sisi yang sangat menarik, terlebih dari sisi teknisnya yang sangat unggul, terutama dari sinematografi dan skoringnya.
Shot-shot menarik ditampilkan lewat close-up lekukan tubuh Sparkle muda dan tua secara detil dari atas ke bawah.
Ekspos paling terasa saat kamera mengarahkan pandangannya ke tubuh Margaret Qualley yang sangat mulus, dan kencang di bagian dada, pinggul dan selangkangan paha.
Film ini memang totally naked dalam artian sebenarnya dan tidak malu-malu dalam mempertontonkan bagian sensitif yang biasanya kena sensor kalau diputar reguler di bioskop.
Sisi Teknis yang Ciamik
Penggunaan skoring edm yang menghentak, memberikan vibes-nya seperti melihat Challengers (2024) yang menggunakan skoring serupa.
The Substance juga menampilkan editing dinamis dengan dominasi cut-to-cut yang menarik saat mengekspos versi mudanya, dan wow its totally awesome look. Demi Moore dan Margaret Qualley tampil luar biasa dan akan membuat film ini sangat berkesan bagi mereka yang telah menontonnya.
Esensi film ini memang sangat dalam, di mana seseorang yang silau akan ketenaran dan tubuh yang selalu terlihat awet muda, dibutakan oleh godaan yang sulit untuk ditolak namun berdampak fatal bagi dirinya. Dan pada akhirnya penyesalan pun rasanya sudah telat untuk dilakukan.
Film ini juga tidak sepenuhnya fiksi ilmiah. Pencipta obat misterius itu bukanlah antagonis yang sebenarnya, kita tidak tahu apa pun tentang mereka dan kita tidak akan menemukan apa pun tentang mereka.
Fokusnya selalu pada Dirinya, Elizabeth, perasaan, emosi, dan kebutuhannya, perjuangannya untuk dirinya sendiri.
Demi Moore sangat pantas mendapatkan rasa hormat atas perannya ini, atas jarak dan kesadarannya yang luar biasa.
Peran tersebut, meskipun tidak menuntut perubahan apa pun pada massa tubuh, tidak ada kostum tebal, atau mempelajari bahasa baru, sangat menuntut emosi, berani, tetapi juga mengungkapkan banyak hal tentang aktris itu sendiri (tidak hanya secara harfiah).
Di balik desain set yang sederhana dan penuh warna, di antara karakter-karakter yang dilebih-lebihkan, berkilo-kilogram gemerlap, tarian sensual, dan sedikit ketelanjangan, kita dapat melihat bahwa ini adalah film tentang masa muda, kecantikan, kebutuhan untuk diperhatikan, tetapi juga kesepian dan ketakutan.
Kesimpulan
Pada awal pemutaran perdana film, para penonton saling memandang. Haruskah kita tertawa? Bukankah itu tidak sopan? Apakah memang seharusnya seperti ini? Atau mungkin Coralie Fargeat melakukan kesalahan, salah menilai nada emosional cerita? Yah, tidak.
Semua hal dalam film ini dipikirkan dengan matang. Dari pengambilan gambar pertama yang dibuat dengan hati-hati, melalui setiap urutan Elizabeth yang mengambil ‘Substansi’, hingga akhir yang megah yang mengingatkan pada ‘The Shining’ karya Kubrick, semuanya sebagaimana mestinya. Gelombang tawa, tepuk tangan, dan teriakan acak ‘Apa yang sedang terjadi?!’ sangat tepat.
The Substance adalah karya yang berani, yang tentu saja tidak akan menarik bagi semua orang, tetapi pasti akan memberikan semua orang pengalaman yang tak terlupakan.
Buat Cilers yang ingin menyaksikan The Substance, bisa langsung datang ke CGV Grand Indonesia dan membeli tiketnya di lokasi. Info selengkapnya bisa dilihat melalui laman instagram Jakarta World Cinema Week.
Director: Coralie Fargeat
Cast: Demi Moore, Margaret Qualley, Dennis Quaid
Duration: 140 minutes
Score: 10/10
The Review
The Substance
Seorang aktris ternama, Elizabeth Sparkle (Demi Moore) yang baru mendapatkan Hall of Fame di Hollywood, kian memudar namanya setelah berjalannya waktu. Di usianya yang menginjak paruh baya, ia sekarang menjadi penari utama dalam sebuah program kebugaran di layar kaca.