“Kami masuk ke goa rubah untuk menangkap rubah, tapi malah bertemu harimau,” – Jeon Hae-woong (The Devil’s Deal, 2023)
Memasuki tahun politik yang kian hari makin memanas di Indonesia, membuat kita perlu belajar bagaimana dunia politik yang sesungguhnya dilakukan para politisi di dunia nyata. Tak ada kawan yang abadi, dan kawan pun dalam sekejap bisa menjadi lawan.
Begitu pula sebaliknya, lawan pun bisa digandeng untuk memuluskan ambisi masuk ke dunia percaturan politik yang keras dan penuh tipu daya. The Devil’s Deal menggambarkan dengan jelas betapa kotornya dunia politik dan bisa menyeret banyak orang hingga jajaran teratas pemerintahan.
CGV kemarin menggelar screening perdana film Korea berjudul The Devil’s Deal yang akan tayang pada 29 Maret 2023. Sang sutradara, Lee Won-tae, sebelumnya pernah membesut The Gangster, The Cop, The Devil (2019) yang tayang perdana di Cannes dan populer di mancanegara termasuk Indonesia.
Film terbarunya, The Devil’s Deal, yang mempunyai genre drama thriller berlatar politik pada tahun 1992 di Korea ini memang sangat menarik.
Selain karena dibintangi 3 aktor kenamaan Korea, alur ceritanya pun sangat relate dengan masa-masa Korea Selatan untuk pertama kalinya dipimpin oleh presiden yang berasal dari masyarakat sipil, bukan dipimpin oleh junta militer atau tentara yang beralih menjadi politisi.
Masa-masa krusial dan penting Korea ke arah demokratisasi itulah yang coba diangkat Lee Won-tae dalam The Devil’s Deal, mengingat betapa terkekangnya Korea pada waktu itu, dan ada beberapa pihak yang mencoba memanfaatkan isu pemilihan presiden sebagai batu loncatan ke dunia politik. Sejumlah individu berebut simpati publik demi memuluskan karirnya sebagai anggota majelis.
Sinopsis
Menjelang pemilihan umum 1992, Jeon Hae-woong (Cho Jin-woong), seorang anggota calon majelis di Busan, terus berlatih pidato di depan cermin agar ia bisa menghadapi masyarakat di lingkungannya dan mendapat dukungan untuk maju sebagai anggota Majelis Nasional setelah malang melintang selama 20 tahun sebagai politisi lokal.
Sikap Jeon yang berpihak pada penduduk di lingkungan proyek pengembangan lahan akhirnya membuat kesal orang yang salah. Keterkenalan Jeon memang mendapat respon positif penduduk lokal, namun hal tersebut dirasa belum cukup oleh Kwon Soon-tae (Lee Sung-min), salah satu pengusaha berpengaruh di Busan yang dianggap sebagai “king maker” oleh banyak pihak. Kwon tidak suka dengan kemunculan Jeon Hae-woong untuk terpilih sebagai kandidat resmi Partai Demokrat, dan lebih memilih calon lainnya yang belum terkenal.
Kwon Soon-tae kemudian mengatur agar Jeon dikeluarkan dari partai dan pemungutan suara. Akibatnya, Jeon Hae-woong maju sebagai calon independent tanpa partai untuk maju sebagai kandidat. Tidak butuh waktu lama baginya untuk kembali memimpin jajak pendapat. Demi mengubah situasi, Jeon mempunyai akal dan memperoleh dokumen rahasia yang berkaitan dengan rencana pembangunan kembali di daerah Busan. Karena lawannya bermain kotor, Jeon tidak ragu lagi untuk melakukan hal yang sama.
Setelah dia memperoleh dokumen rahasia, Jeon membangun aliansi dengan Kim Pil-do (Kim Mu-yeol), seorang gangster yang juga rentenir untuk menyediakan dana kampanye baginya dan tak lama ia menemukan bukti kejahatan yang dilakukan Kwon. Apakah Jeon bisa menyingkirkan Kwon selamanya atau Jeon malah gagal di tangan Kwon?
Akting dan narasi yang cukup solid
Untuk urusan akting tidak usah diragukan lagi, tiga pemain utamanya sudah malang melintang di dunia perfilman Korea. Kita juga akan disuguhkan cerita yang solid hingga akhir, walaupun ada beberapa adegan yang terkesan jumping dan perlu penjelasan lebih lanjut, The Devil’s Deal tetap mudah dipahami bahkan untuk penonton yang awam oleh dunia politik sekalipun.
Sinematografinya sangat menarik dan artistiknya detil
Dengan latar 1992, tentu butuh penyesuaian dari semua elemen artistik hingga wardrobe. Dan film ini berhasil menggambarkan elemen itu. Mulai dari kostum, mobil, bahkan area perumahan yang khas tahun 90-an digambarkan di film ini. Daerah Busan pun masih digambarkan seperti daerah yang sepi, dan terbengkalai, jauh dari pembangunan masif. Namun, di beberapa adegan, kita masih disuguhkan alam yang indah dengan balutan sunset di kejauhan.
Kesimpulan
The Devil’s Deal bukanlah film thriller Korea pada umumnya yang sering kita lihat. Di film ini dimunculkan segala intrik yang biasanya dilakukan para politisi kepada para pesaingnya atau kepada lawan politiknya. Jual beli ancaman, atau bahkan hanya gertakan sambal pun sah-sah saja dilakukan asalkan tujuannya tercapai.
Konspirasi politik semacam itu prakteknya lazim dilakukan di banyak negara di dunia, walaupun caranya berbeda-beda, namun konsekuensi yang paling ekstrem terjadi adalah matinya lawan politik. Film ini buat beberapa orang mungkin akan terasa membosankan, tapi untuk penyuka tema konspirasi politik, film ini wajib ditonton.
Akting dan narasi yang cukup solid akan membuat kita bisa menikmati film ini hingga selesai. The Devil’s Deal sudah bisa ditonton mulai 29 Maret 2023 di jaringan CGV dan Cinepolis.
Director: Lee Won-tae
Cast: Cho Jin-woong, Lee Sung-min, Kim Mu-yeol
Duration: 116 Minutes
Score: 6.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
The Devil’s Deal
The Devil’s Deal mengisahkan konspirasi politik antara Jeon Hae-woong dan Kim Pil-do untuk menjatuhkan Kwon Soon-tae yang tidak memilihnya dalam pemilu