Selesai sudah serial horor Teluh Darah yang disutradarai Kimo Stamboel. Serial pertama yang dibesut Kimo ini hadir di Disney+ Hotstar dalam 10 episode yang dimulai dari 25 Februari 2023 dan berakhir pada 29 April 2023.
Original series dari Disney+ Hotstar ini memang terbilang unik. Tema santet yang seringkali diangkat ke layar lebar, kini masuk ke layar kaca, yang mau tidak mau membuat story telling-nya lebih dinamis dan lebih personal, karena adanya perbedaan durasi yang terpaut jauh dengan layar lebar. Setelah menyaksikan secara utuh sebanyak 10 episode ini, Cineverse patut memuji serial yang dibintangi sejumlah cast ternama seperti Lukman Sardi, Imelda Therrine, Mikha Tambayong, Deva Mahenra, dan Justin Adiwinata.
Sinopsis
Menyambung preview yang telah diulas sebelumnya oleh Cineverse, kini kita dihadapkan pada dua situasi di dua keluarga berbeda. Keluarga Pak Ahmad yang terdiri dari Pak Ahmad (Lukman Sardi) dan istrinya, Astuti (Imelda Therrine) serta dua anak mereka, Wulan (Mikha Tambayong) dan Wisnu (Justin Adiwinata). Satu lagi ada di Keluarga Pak Bondan yang terdiri dari Pak Bondan (Willem Bevers) dan anaknya, Esa (Deva Mahenra).
Lepas dari dua episode pertama yang telah direview Cineverse, kini Pak Bondan dan Pak Ahmad mati mengenaskan dengan cara yang sama. Mereka diteluh atau diguna-guna dengan rangkaian peristiwa yang belum pernah dialami kedua keluarga itu. Kelabang sempat terlihat di permukaan badan Pak Ahmad, dan menjelang kematiannya di rumah sakit, ratusan tawon keluar dari dalam mulutnya di akhir episode 3. Bu Ahmad kemudian mulai terkena hal yang sama dengan suaminya di akhir episode 4. Namun kali ini bukannya tawon, melainkan banyaknya kecoa keluar dari dalam rambutnya saat Bu Ahmad sedang mandi.
Anak Pak Bondan, Esa (Deva Mahenra) setelah kematian ayahnya dan Pak Ahmad, kemudian meminta tolong kepada Wulan untuk memecahkan peristiwa misterius ini. Esa sempat melihat video lama milik ayahnya. Ternyata Pak Ahmad dan Pak Bondan merupakan teman kerja sekantor saat mereka ada di Banyuwangi tahun 1998. Hal ini diperlihatkan saat adegan kilas balik di episode 4 yang menyiratkan kalau keduanya pernah bekerja sama dalam satu perusahaan. Di situlah pertama kali Pak Ahmad diperkenalkan Pak Bondan kepada salah satu stafnya, Bu Astuti yang kemudian menjadi istrinya nanti.
Di episode 5, Esa dan Wulan kemudian mencoba menyelidiki kematian Pak Bondan dan Pak Ahmad lewat video lawas yang disimpan Pak Bondan. Di situ ada orang terdekat yang dianggap Esa dan Wulan mencurigakan. Ternyata setelah diusut, dia adalah Ibu Rima (Ruth Marini), istri pertama Pak Ahmad yang pernah mendatangi kantor Wulan untuk meminta uang. Ibu Rima kemudian ditinggal Pak Ahmad untuk kawin lagi dengan Bu Astuti. Pada akhirnya Ibu Rima diceraikan Pak Ahmad karena terkena kanker yang cukup parah, dan merelakannya setelah melihat Wulan saat ini.
Selain Ibu Rima, nantinya akan ada karakter baru, Reno (Bizael Tanasale) yang merupakan mantan tunangan Wulan, yang bersama dukunnya, Pak Harna (Otig Pakis), gerak-geriknya makin mencurigakan di sekitar rumah Wulan.
Memasuki episode 6, serial ini kian menarik saja. Munculnya karakter baru Pak Ridho (Kiki Narendra) dan anaknya Atik (Shenina Cinnamon) kian merumitkan alur cerita dengan rangkaian kisah yang dipendam Pak Ridho di masa lalunya tersebut. Pak Ridho yang sempat mendatangi kediaman Pak Ahmad, terkejut bukan main setelah mengetahui kalau Pak Ahmad telah meninggal dunia, dan pulang dengan ketakutan. Atik pun dibuat bingung oleh ayahnya karena sedikitpun ia tidak mau bercerita tentang masa lalunya tersebut.
Episode 6 ini memang paling menarik, karena satu per satu karakter jahat mulai terbuka pelan-pelan. Contoh saja, tukang kebun yang baru saja di rumah Pak Ahmad, Harun (Hingka Moedra) ternyata menyimpan misteri terpendam yang tampaknya baru bisa terlihat oleh Wisnu. Sayangnya, Wulan tidak percaya begitu saja, karena Wisnu masih mengonsumsi obat saat melihat kejadian tersebut, yang mengakibatkan Harun dihajar habis-habisan oleh Wisnu.
Di penghujung episode ini, Bu Ahmad terpaksa mengakhiri hidupnya karena gangguan teluh yang terus menerus mengganggunya. Ia menancapkan gunting di kepalanya sendiri saat sedang di kamar mandi, yang mengakibatkan Wulan dan Wisnu menangis histeris melihat kejadian tersebut.
Episode ke-7 hingga seterusnya kita akan melihat siapa Harun dan Pak Ridho itu sebenarnya. Peran mereka teramat penting dan berkaitan satu sama lain, terlebih dengan peristiwa yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998 silam. Dan jawaban siapa kedua orang itu, akan menuntun kita kepada aktor intelektualnya yang akan dimunculkan di episode 9 hingga 10.
Serial horor dengan plot dan twist berlapis hingga akhir
Setelah di 2 episode pertama kita disuguhkan suasana kekeluargaan yang hangat, memasuki episode berikutnya, eskalasi mulai meningkat secara perlahan. Kengerian diperlihatkan sedikit demi sedikit namun konstan. Menariknya adalah beberapa kilas balik penting dimasukkan seperti misalnya kejadian di Banyuwangi pada tahun 1998. Kejadian ini teramat penting karena misteri kematian Pak Ahmad dan Pak Bondan berawal dari kota itu. Latar belakang ini lantas dikaitkan dengan pembantaian dukun santet yang benar-benar terjadi pada Februari hingga September 1998. Kematian banyak orang di masa itu memang menimbulkan teror bagi masyarakat setempat. Pembunuhan yang lantas mayatnya dibuang di tengah sawah atau di sungai bukan menjadi rahasia umum lagi di saat itu.
Namun, ada pula adegan kilas balik tentang masa lalu Wulan kenapa ia tidak mau menikah dengan Reno yang sebenarnya tidak terlalu penting, namun itu ikut diceritakan untuk memperdalam karakter Wulan ke depannya dan juga sebagai pembuka kisah kenapa Reno dan Pak Harna (Otig Pakis) akhirnya mau membantu Wulan dan keluarganya.
Semua adegan kilas balik diselipkan mengisi alur linear yang terus saja berjalan, agar kita mengerti permasalahan apa yang sebenarnya dialami Keluarga Pak Ahmad dan Pak Bondan. Memang episode 6 hingga selesai sangatlah menarik, karena karakter demi karakter yang muncul, mulai membuka tirai kejahatan yang selama ini disembunyikan selama 20 tahun itu. Di episode 9 dan 10 lapisan ini mulai terbuka, banyak dari kita yang akan terkejut saat tahu siapa yang ada di belakang semua itu. Semua itu dikemas rapi dan dijelaskan dengan detil tanpa ada plot hole yang mengganggu.
Akting dan elemen teknis yang cukup memukau
Dari awal saja, penonton akan terpukau oleh opening-nya yang menunjukkan kalau film ini sarat dengan ilmu hitam. Pembukaan ini diikuti oleh adegan kunci saat Esa berada di atap rumah sakit bersama ayahnya yang merasa diganggu oleh sesuatu yang tidak ia ketahui. Esa pun tak tahu apa yang diderita ayahnya, sampai pada akhirnya sang ayah menusuk matanya sendiri dengan pisau.
Salah satu elemen yang bisa dikatakan baik adalah transisi antar adegan yang sangat mulus. Transisi yang mulus dari satu adegan ke adegan lain membuat flow cerita menjadi menarik untuk diikuti, terlebih lagi dengan adanya beberapa adegan kilas balik yang membuat serial ini sarat dengan alur maju mundur yang dinamis. Alur yang dinamis ini membuat Teluh Darah tak sulit untuk diikuti siapapun.
Selain transisi, skoringnya pun juga ikut mendukung nuansa serial ini menjadi jauh lebih gelap dan mencekam. Permainan tensi yang fluktuatif dalam tiap adegan, membuat kita secara otomatis akan terbawa suasana hingga serial ini berakhir, dan tak berasa waktu cepat sekali berlalu. Ketegangan yang dihadirkan lewat sejumlah jumpscare pun terlihat alami dan tak terkesan dipaksakan. Walaupun penggambaran binatang seperti tawon, kecoa, dan kelabang masih terlihat sedikit kasar, walaupun kini mulai terlihat nyata.
Selepas episode 5, syuting mulai berpindah ke banyak lokasi, dan tak terfokus lagi di rumah Wulan. Hal ini sangat menarik, mengingat film bergenre horor biasanya terpaku di satu set lokasi saja. Kombinasi whodunit dan horor dalam serial ini membuat Teluh Darah jauh berbeda dari semua film horor yang pernah beredar di Indonesia.
Akting para pemain patut mendapat pujian khusus di serial Teluh Darah ini. Atmosfer kekeluargaan berhasil diwujudkan tanpa ada kekakuan gesture dan narasi yang biasanya seringkali muncul. Keluarga Pak Ahmad terlihat sangat bahagia tanpa perlu usaha terlalu keras dari para pemainnya. Dialognya terasa cair dan membumi, seakan kebahagiaan itu membungkus sebuah misteri besar yang belum terungkap. Jangan lupakan juga penggunaan Bahasa Osing yang fasih diucapkan para cast-nya saat syuting dilakukan di Banyuwangi. Hal ini memberi nilai plus tersendiri dan memperkuat narasi yang sudah dibangun dari awal.
Kesimpulan
Sebagai sebuah series bergenre horor, Teluh Darah berhasil membangun sebuah series yang berkualitas. Walaupun tema yang diusung bukanlah tema yang baru, bahkan cenderung pasaran, namun pendekatan lewat sisi keluarga, membuat perbedaan yang berarti. Naskahnya yang solid, adegan horornya yang mencekam, transisi adegannya yang mulus, dan dipadukan sedikit romansa, akan membuat kita tertarik mengikuti kisahnya lebih jauh. Teluh Darah juga berhasil menjadi serial whodonit horor yang bisa dikatakan berhasil hingga akhir.
Plot twist berlapis yang dibuka sedikit demi sedikit selepas episode 5 memang mengejutkan. Munculnya beberapa karakter baru akan membuat kita bertanya-tanya siapakah aktor di balik ini semua? Kenapa balas dendam baru dilakukan 20 tahun kemudian? Semua ini akan terjawab dan ending-nya ternyata akan membuat kita terhenyak lebih dalam dari yang kita sangka dari awal. Kimo berhasil dalam Teluh Darah dan Cineverse mengakui kalau series ini memang yang terbaik di genrenya dan bahkan untuk twist whodunit-nya sendiri bisa disandingkan dengan film luar sekalipun. Proficiat!
Director: Kimo Stamboel
Cast: Lukman Sardi, Mikha Tambayong, Deva Mahenra, Imelda Therrine, Ruth Marini, Otig Pakis, Kiki Narendra, Shenina Cinnamon, Willem Bevers
Episode: 10
Score: 8.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Review Teluh Darah (2023)
Teluh Darah mengisahkan kisah Keluarga Pak Bondan dan Pak Ahmad yang diteror teluh tanpa henti dan siapa di balik semua itu?