“Kalau kita memang berjodoh, pastilah kita akan bersatu kembali,” – Suzzanna (Suzzanna: Malam Jumat Kliwon, 2023)
Minggu ini kita akan kedatangan sebuah film horor yang sangat diantisipasi kehadirannya pada tahun 2023 ini. Sebuah remake klasik dari Suzzanna yang sebelumnya dihadirkan pada 2018 lewat Suzzanna: Bernapas dalam Kubur.
Tetap dibintangi Luna Maya, film yang kali ini diberi judul Suzzanna: Malam Jumat Kliwon, tetap mengacu pada film horor klasik Suzzanna, yaitu Sundel Bolong yang pernah pernah rilis di tahun 1981 yang saat itu disutradarai Sisworo Gautama Putra.
Ada sejumlah hal menarik tentang film yang akan rilis di Indonesia pada 3 Agustus mendatang ini, dan Cineverse melihat betapa antusiasnya media saat screening perdana diadakan di Jakarta (29/7).
Sinopsis
Di suatu desa di Jawa Timur pada tahun 1986, tinggallah sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara, Surya (Achmad Megantara) dan Suzzanna (Luna Maya).
Surya yang berusaha mengumpulkan uang untuk melamar Suzzanna dengan bertarung, harus menghadapi kenyataan saat ia mengetahui kalau ayah Suzzanna terpaksa menyerahkan anaknya untuk dinikahkan kepada Raden Aryo (Tyo Pakusadewo), penguasa di desa tersebut karena terlilit utang.
Raden Aryo ingin menikah lagi karena ia belum mempunyai keturunan dari istri pertamanya, Minati (Sally Marcellina).
Kecewa dengan keputusan tersebut membuat Surya murka dan berniat merebut Suzzanna saat pernikahan berlangsung. Namun pengawal Raden Aryo berhasil menghadang Surya dan membuat Raden Aryo ingin memotong tangan Surya.
Tapi sebelum hal itu terwujud, Suzzanna menghadang Raden Aryo dan berjanji untuk menikah dengannya asalkan Surya tidak diganggu.
Namun, masalah belum selesai sampai di situ, Minati rupanya cemburu dengan keberadaan Suzzanna dan berusaha menyantetnya. Segala cara ia lakukan agar Suzzanna mati, dan pada Suzzanna sadar kalau ia sedang disantet, hanya saja ia tak tahu siapa yang menyantetnya.
Suatu ketika, Suzzanna yang sedang hamil besar, berbelanja ke pasar bersama pelayannya, Ratih (Taskya Namya), ia melihat Surya sedang menjadi kuli barang dan berusaha menemuinya untuk mencari tahu soal santet tersebut.
Sayangnya, malam itu juga ketuban Suzzanna pecah dan membuatnya harus bersalin. Di saat itulah dukun yang disewa Minati berhasil melakukan apa yang diminta Minati.
Saat bidan yang menolong tak bisa mengeluarkan bayi di perut Suzzanna, kandungan yang makin lama makin membesar itu mendadak berputar ke belakang, makin lama makin membesar dan hancurlah perut Suzzanna, yang membuat punggungnya bolong. Namun bayi perempuan yang dikandungnya bisa diselamatkan.
Keesokan harinya, Surya yang membawakan tasbih dan Al Quran untuk Suzzanna, kaget tak percaya saat bertemu Ratih saat ia menceritakan kalau Suzzanna telah tiada. Surya pun lantas menanyakan makam Suzzanna kepada Ratih dan dibongkarlah kuburan Suzzanna dan dibawanyalah hingga masuk ke dalam hutan.
Saat ia sedang tidur bersama mayat Suzzanna, ia mendengar iblis yang menggodanya untuk membangkitkan Suzzanna lagi dengan imbalan bayi miliknya. Karena rasa cintanya yang besar, Surya pun setuju dengan perjanjian tersebut.
Namun, apakah yang terjadi setelah Suzzanna hidup? Apakah ia akan kembali seperti sedia kala dan hidup selamanya berasam Surya? Ataukah malah ingin balas dendam terhadap orang yang selama ini menyakiti dirinya?
Narasinya menarik dengan pakem klasik yang tetap jadi andalan
Pola film remake Suzzanna dari pertama kali dibuat pada tahun 2018, memang selalu menggunakan pakem klasik film Suzzanna yang asli, “mati dan balas dendam terhadap orang yang menyakiti dirinya.”
Namun pola klasik itu tetap saja laku hingga saat ini, dan nama besar Suzzanna memang menjadi magnet untuk menarik penonton untuk datang ke bioskop dan melihat filmnya.
Kini dengan latar 1986, sama seperti halnya film Malam Jumat Kliwon dari Suzzanna pertama kali dirilis di tahun tersebut, nama Sundel Bolong menjadi daya tarik tersendiri buat penonton masa kini yang mungkin belum pernah melihat versi aslinya.
Kini di tangan Guntur Soeharyanto sebagai sutradara, beberapa peningkatan dilakukan dari semua sisi dan inilah horor ala Suzzanna terbaik yang pernah kita lihat.
Peningkatan signifikan di beberapa elemen teknis
Cineverse sendiri melihat ada peningkatan film ini secara signifikan, terutama beberapa poin menjadi catatan sendiri terhadap film remake kedua Suzzanna ini. Kehadiran lagu dari duo Melly Goeslay dan Anto Hoed yang mengisi soundtrack film ini menjadi poin plus.
Melly yang merupakan fans berat Suzzanna dari dulu memang sangat ingin terlibat dalam project film ini. Tak hanya soundtracknya, scoring-nya juga luar biasa mencekam ketimbang film sebelumnya.
Hal lainnya yang meningkat secara signifikan adalah desain produksinya yang rapi dan detil. Banyak tempat dijadikan tempat syuting dan digarap secara serius dan maksimal.
Adegan wayang kulit saat malam pengantin, suasana di rumah Raden Aryo dengan wardrobe-nya yang sesuai masa tersebut, juga adegan syukuran panen di sawah dan juga saat Suzzanna berbelanja di pasar juga terlihat sangat detil. Sinematografinya pun sangat menarik dan memanjakan mata penonton.
Hal ini memang menjadi catatan khusus, mengingat di dalam film Bernapas dalam Kubur, adegannya cenderung monoton, gelap, dan tak menarik, terlebih untuk adegan klimaksnya.
Adegan klimaksnya benar-benar luar biasa dan powerful. Salah satu yang terbaik yang pernah ada di film horor Indonesia, dan adegan di paruh ketiga film ini juga jauh lebih baik dari sebelumnya.
Satu hal lagi yang menarik adalah kehadiran Adi Bing Slamet sebagai Japra dan Opie Kumis sebagai Rojali di jajaran ice breaker. Keduanya yang berperan sebagai Hansip bersama Ence Bagus yang kini sekarang beralih menjadi tukang bakso (ketimbang menjadi tukang sate yang ikonik dengan 200 tusuk satenya), akan mengocok perut kita, karena jokes-nya jauh intens dan chemistry keduanya juga sangat menyatu.
Kesalahan aneh yang tidak terlalu fatal
Hadirnya Japra dan Rojali memang sangat menghibur. Yang amat disayangkan adalah saat yang lain menggunakan logat Jawa Timuran, mereka malah menggunakan logat Betawi kental yang malah terlihat aneh.
Hal tersebut mungkin bisa ditutupi dari performa keduanya yang luar biasa dalam menghibur penonton, dan keberhasilan mereka bisa menutupi logat Betawi yang terlihat salah tempat itu.
Satu hal yang aneh lagi adalah penggunaan irama house music saat acara pesta warga di malam hari. Bukan sesuatu yang lazim di masa tersebut lagu beraliran modern digunakan di desa.
Sebenarnya ada beberapa lagi yang menjadi perhatian Cineverse, namun dua itu saja sudah cukup mewakili beberapa keanehan di film ini.
Kesimpulan
Film ini jauh lebih menarik dari film sebelumnya, terlebih untuk elemen teknisnya yang maju selangkah lebih baik. Memang premis klasik film ini tetap digunakan dan ada beberapa kesalahan minor, tapi hal itu tidak terlalu mengganggu film secara keseluruhan.
Narasinya kini jauh lebih berkembang, dengan adegan klimaksnya yang epik, membuat remake Suzzanna bisa berbicara lebih banyak lagi. Jokes-nya pun sangat menghibur dan sangat fresh.
Kehadiran Sally Marcellina yang sudah absen 20 tahun di dunia perfilman tentunya patut kita tunggu, begitu pula hadirnya Adi Bing Slamet dan Opie Kumis yang bisa mengocok perut kita dengan maksimal.
Dengan sejumlah keunggulan yang telah disebut di atas, Cineverse memprediksi kalau film ini akan mampu mencetak rekor penonton dengan mudah nantinya saat film ini akan tayang resmi pada tanggal 3 Agustus mendatang. Kita lihat saja nanti saat film ini telah tayang di bioskop.
Director: Guntur Soeharyanto
Cast: Luna Maya, Achmad Megantara, Tyo Pakusadewo, Sally Marcellina, Taskya Namya, Opie Kumis, Adi Bing Slamet, Ence Bagus, Clift Sangra
Duration: 132 Minutes
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Suzzanna: Malam Jumat Kliwon
Suzzanna: Malam Jumat Kliwon mengisahkan Suzzanna yang dipaksa menikah dan mati disantet, dan ia menuntut balas terhadap orang yang ia benci