Review Small, Slow but Steady (2022)

Perjuangan Seorang Petinju Profesional Tunarungu dalam Menghadapi Hidupnya

“Keiko, dalam bertinju dibutuhkan semangat bertarung. Kalau tak ada semangat, bukan hanya tidak sopan pada lawanmu, tapi itu akan berbahaya,” – Ketua Club (Small, Slow but Steady).

Hai, Cilers!

Siapa yang suka dengan film tinju? Nah, kali ini KlikFilm merilis film-film terbaru dan salah satunya berjudul Small, Slow but Steadyfilm asal Jepang yang disutradarai oleh Shô Miyake.

© Nagoya Broadcasting Network

Sinopsis

Film ini terinspirasi dari kisah dan tokoh nyata, seorang petinju yang memiliki kekurangan, karena ia tunarungu (tidak bisa mendengar-red) bernama Keiko Ogawa (

Ia berlatih di sebuah club yang sudah lama dibangun, diketuai seorang veteran (diperankan oleh 

Kemudian saat ditawarin menjadi petinju profesional, ia langsung menyetujuinya. Kekurangannya tidak dijadikan sebagai hambatan, memang pelatihannya dibedakan. Sebab Keiko tak bisa mendengar instruksi apapun. Namun, dengan matanya ia mampu memahami dan mengikuti gerakan yang diajarkan.

Keiko tinggal bersama sang adik, dan ia masih mempunyai orangtua yang tinggal berpisah darinya. Hubungan dengan adiknya memang tidak dekat, namun keduanya tetap saling menyayangi dan mendukung.

Pertandingan pertama, Keiko berhasil menang. Meskipun selama pertandingan ia hanya mengandalkan insting dan arahan wasit. Sejak kemenangan itu, Keiko giat berlatih walau harus bekerja juga. Sang ibu mengkhawatirkannya, akan tetapi tidak melarang jika Keiko tetap berkeinginan melanjutkan kegiatan tinjunya.

Sayangnya, setelah memenangkan dua pertandingan, dia mulai dihantui rasa takut. Bingung, dia lanjut berlaga di pertandingan ketiganya. Sementara itu, clubnya akan segera ditutup selamanya karena ada pembangunan lahan dan juga dampak dari pandemi. Lantas, bagaimana kelanjutan hidup Keiko dalam bertinju?

Mengalun Lembut dengan Penuh Emosional

© Nagoya Broadcasting Network

Meskipun menceritakan tentang petinju, namun film ini tidak menampilkan sesuatu yang memacu adrenalin atau deretan aksi yang mendebarkan. Sebaliknya,

Penonton dihadapkan pada kisah petinju tunarungu yang pantang menyerah, terlebih alasan ia berlatih tinju karena ingin mengosongkan pikirannya. Sewaktu sekolah Keiko kerap dirundung karena kekurangannya, dan saat dewasa ia ingin melupakan semua itu.

Film ini tak begitu banyak menampilkan dialog, semuanya bercerita melalui visual, tatapan mata, gestur, hingga sudut pengambilan gambar yang disajikan dengan ciamik. Pendekatan yang diberikan juga terasa pas, jadi penonton turut merasakan apa yang Keiko rasakan.

© Nagoya Broadcasting Network

Keiko juga manusia biasa, walau ia mempunyai tekad yang besar dan semangat serta rasa pantang menyerah yang tinggi, ia bisa merasakan takut. Usai pertandingan yang ia hadapi, Keiko memasuki fase kebimbangan.

Dirinya takut luar biasa, semua ketakutan itu tampil dengan perubahan Keiko. Mulai dari latihan yang tidak fokus, tidak lagi semangat saat melihat tinju, hingga berulang kali memikirkan ingin istirahat sejenak.

Selain itu, keterikatan Keiko dan ketua klub tinjunya juga menghantarkan perasaan emosional yang hangat. Apalagi ketika mengetahui jika ketua klubnya dalam keadaan tidak sehat dan tempat ia berlatih akan segera ditutup karena berkurangnya peserta. Rasa bimbang, dilema, dan kehilangan bersatu padu mengalun lembut sepanjang film ini disajikan.

© Nagoya Broadcasting Network

Bertutur Lewat Visual

Salah satu yang menarik dari film ini adalah minimnya dialog yang diberikan, kemungkinan karena pemeran utamanya digambarkan sebagai tunarungu. Namun, hal itu dimanfaatkan dengan baik. Penonton akan melihat bagaimana Keiko bertahan hidup, baik dari bekerja maupun berteman.

Kekurangan tidak dijadikan suatu batasan, meski sosok Keiko bukan orang yang ekspresif, akan tetapi dengan setiap tindakan yang dilakukan menyampaikan pesan yang cukup dalam.

Pekerjaan, pertemanan, hingga keluarga, semua berhubungan baik dengannya. Walaupun berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

© Nagoya Broadcasting Network

Lewat film ini, kita diajarkan untuk tetap berjalan maju dalam menjalani kehidupan. Kekurangan bukan sesuatu alasan untuk berhenti hidup. Justru dengan kekurangan yang dimiliki, bisa saja menjadi kelebihan yang belum disadari.

Keluarga Keiko pun turut memberikan dukungan penuh atas apa yang ia inginkan. Tidak ada larangan, kekhawatiran memang selalu ada. Namun, bukan khawatir atas kekurangan yang dimiliki. Melainkan khawatir atas dampak yang bisa Keiko terima.

Karena tinju bukan olahraga yang tidak menyakiti fisik, sebaliknya jika ingin menang seorang petinju harus bisa menjatuhkan lawannya terlebih dahulu.

© Nagoya Broadcasting Network
© Nagoya Broadcasting Network

Kesimpulan

Keterikatan petinju dan tempat berlatih yang cukup emosional juga memberikan perasaan sedih, sangat disayangkan akibat pandemi beberapa tempat terpaksa ditutup.

Lewat film ini, kita diajarkan untuk tetap berjalan maju dalam menjalani kehidupan. Kekurangan bukan sesuatu alasan untuk berhenti hidup. Justru dengan kekurangan yang dimiliki, bisa saja menjadi kelebihan yang belum disadari.

 

Director: Shô Miyake

Casts:

Duration: 99 minutes

Score: 7.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

Small, Slow but Steady

7.2 Score

Keiko (Yukino Kishii) adalah seorang petinju yang lahir dengan gangguan pendengaran. Tinju memang merupakan olahraga yang sulit, tetapi bagi Keiko klubnya sudah seperti keluarga. Setelah memenangkan dua pertandingan, dia mulai dihantui rasa takut. Sementara itu, klubnya akan segera ditutup selamanya.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 7
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version