Review Siksa Neraka (2023)

Ketika Dosa Semasa Hidup Membuahkan Hukuman Sadis Tanpa Henti di Neraka

siksa neraka cover finale

© Dee Pictures

“Di sanalah tempat balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan dan dosa manusia semasa hidupnya,” – Ustadz Syakir (Siksa Neraka, 2023)

Minggu ini kita kedatangan film horor penutup akhir tahun yang sejak trailernya keluar saja sudah membuat kita merinding sendiri melihatnya. Bagaimana tidak, film ini terlihat sadis dengan sejumlah adegan yang membuat mata kita miris melihatnya.

Film ini, sesuai judulnya, akan memperlihatkan betapa sadisnya kehidupan di neraka. Bukan tanpa sebab, Siksa Neraka dialihwahanakan dari cergam atau cerita bergambar dari MB. Rahimsyah yang pernah Cineverse baca di awal tahun 80an.

Kini di film terbaru dari Anggy Umbara, Siksa Neraka dibuat mengikuti elemen komiknya yang membuat komik ini terkenal saat itu. Apakah alih wahana ini sesuai dengan harapan kita? Kita ulas di bawah ini.

© Dee Pictures

Sinopsis

Ustadz Syakir (Ariyo Wahab) yang mempunyai keluarga dengan empat anaknya, Saleh, Fajar, Tyas dan Azizah, mendidik anak-anaknya dengan ketat agar menjadi orang yang berguna nantinya. Keempatnya sudah diajarkan tentang baik buruknya perbuatan mereka dan apa yang terjadi bila mereka berbuat dosa, apakah akan berakhir di surga atau neraka.

Di malam hari, saat mereka akan menuju desa seberang untuk mengantarkan adik mereka mengikuti lomba menyanyi, Saleh dan adik-adiknya terseret arus sungai yang deras dan menghilang. Saleh kemudian terbangun di neraka yang selalu dibicarakan ayahnya.

Namun, di dunia nyata, pencarian terus dilakukan ayah ibu mereka. Mereka kemudian menyadari kalau anak-anak mereka ternyata tak sebaik yang mereka bayangkan sebelumnya.  Bahkan, orang-orang sekampung pun mulai membuka aib Saleh, anak tertua sang ustadz yang dikenal sudah sukses di kota besar.

© Dee Pictures

Di neraka, Saleh mencari adik-adiknya, dan melihat mereka ternyata menghadapi siksaan terberat yang pernah mereka hadapi. Karena, makin berat dosa mereka, siksaan yang harus dihadapi pun teramat berat. Apalagi keempatnya memiliki dosa-dosa yang selama ini disembunyikan dari orang tua mereka. Tapi benarkah hanya mereka yang berdosa? Adakah maksud tersembunyi dari peristiwa itu?

Tidak merefleksikan kematian sesuai syariat Islam

Jangan berharap kita melihat alam barzah atau tempat penantian arwah orang-orang yang sudah meninggal sebelum dibangkitkan kembali dalam bentuk baru. Di alam ini, manusia akan menunggu hari kebangkitan dan hari akhir.

Perlu kita ketahui ada beberapa tahapan sebelum kita masuk surga atau neraka. Setelah melewati Alam Barzah kita akan melewati Yaumul Ba’ats, Yaumul Mahsyar, Yaumul Hisab, Yaumul Mizan, dan penentuannya ada di Yaumul Shirath, atau hari di mana manusia melewati jembatan Shiraathal Mustaqiim untuk menuju ke Surga atau malah ke Neraka.

© Dee Pictures

Namun, semua penggambaran di atas tidak ada, dan langsung kita diarahkan ke neraka. Memang, penggambaran panjang seperti di atas akan membuat film terlalu bertele-tele, dan tidak akan mengenai konteks yang diinginkan, yaitu neraka.

Untuk mempermudah penonton, pengambaran langsung di neraka dirasa tepat agar kita dapat memahami film ini secara utuh tanpa ada maksud menggurui.

Visualisasi neraka yang terlihat nyata

Baru kali ini kita melihat film horor Indonesia mengeksplorasi neraka dengan sedemikian brutal dan sadis. Kemiripannya dengan komik termasuk akurat. Segala pengambaran ulang dari grafis komiknya yang sebetulnya termasuk sadis di masa itu, makin dipertegas di Siksa Neraka.

Bentuk hukuman di neraka yang dilakukan pun belum pernah diperlihatkan segila ini. Adegan memotong lidah, menghancurkan kepala, menusuk pipi hingga tembus ke pipi yang lain, atau menghancurkan diri sendiri ke dalam sungai lahar yang sedang mengalir, dan itu dilakukan berulang-ulang kali, seolah tiada akhir.

© Dee Pictures

Visualisasi yang termasuk mulus CGI nya ini akan membuat kita ngeri sendiri melihatnya.

Alur ceritanya terlalu monoton

Siksa Neraka bukanlah film horor yang menjual jumpscares seperti yang diperlihatkan dalam trailernya. Film ini bahkan dieksekusi sangat monoton, dengan perpindahan adegan dari dunia nyata dan dunia neraka, yang jujur saja terasa membosankan, karena kita sudah tahu akan seperti apa film ini nantinya.

Dialognya pun untuk beberapa karakter terasa tidak menarik, contohnya Slamet Rahardjo yang terkesan datar saja dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan sebagai sesepuh di desa itu.

Namun, lucunya Ustadz Syakir yang merupakan karakter utama, dialognya terkesan membodohi dirinya sendiri. Di satu sisi ia terlihat cerdas kepada orang-orang di kampungnya, namun di keluarganya ia malah membedakan perlakuan kepada anak-anaknya.

Ustadz Syakir digambarkan bukan sebagai sosok yang sempurna dalam mendidik anaknya. Peristiwa ini dijadikan pelajaran penting di akhir konklusi yang menegaskan kalau ia selama ini salah dalam mendidik anaknya.

© Dee Pictures

Kesimpulan

Siksa Neraka mungkin bukanlah tipikal film horor yang kamu inginkan. Tetapi keberanian Anggy Umbara menggarap film yang belum pernah ada sebelumnya ini patut diacungi jempol. Visualisasi neraka dan berbagai kesadisan yang dimunculkan di film ini seolah mengglorifikasi kesukaannya akan kesadisan yang absolut.

Hal itu tidak salah, karena Siksa Neraka juga memberi pelajaran bagi kita dalam menjalani hidup yang benar di dunia ini.

 

Director: Anggy Umbara

Cast: Ariyo Wahab, Astri Nurdin, Rizky Fachrel, Kiesha Alvaro, Nayla D. Purnama, Safira Ratu Sofya, Slamet Rahardjo, Ingrid Widjanarko

Duration: 98 Minutes

Score: 6.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

Siksa Neraka

6.2 Score

Siksa Neraka mengisahkan ketika dosa yang kita lakukan akan berbuah hukuman sadis di neraka yang seolah tanpa henti

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 7
  • Entertain 6
  • Scoring 6
  • Story 6
Exit mobile version