Review Shin Kamen Rider (2023)

Tribute 50 tahun Kamen Rider yang Eksekusinya Mengecewakan

shin kamen rider 04

© Toei

“I’ve been betrayed by believing in others. I want to protect people believe in my heart,” – Takeshi Hongo (Shin Kamen Rider, 2023)

Akhirnya Indonesia kedatangan juga salah satu tokusatsu yang karakternya sudah melegenda sejak lama. Buat kita yang awam dan belum mengerti istilah ini, tokusatsu adalah nama istilah Jepang yang digunakan untuk setiap film live-action atau serial televisi yang banyak menggunakan efek spesial dalam pembuatannya.

Karakter ini pertama kali diciptakan oleh seorang mangaka, Shotaro Ishinomori yang dianggap sebagai “asal” dari keseluruhan seri Kamen Rider, dan diterbitkan di Weekly Shonen Magazine. Manga ini kemudian diterjemahkan untuk Amerika dan diterbitkan oleh Seven Seas Entertainment pada 4 Januari 2022.

Serial Kamen Rider memulai debutnya pada tahun 1971, dan merupakan salah satu serial TV paling awal dari tokusatsu, dan membantu menentukan bentuknya dan berpengaruh terhadap karya serupa. Serial ini sempat diterjemahkan menjadi “Ksatria Baja” ketika pertama kali ditayangkan di Indonesia pada era 90-an.

Shin Kamen Rider merupakan adaptasi terbaru dari seri dan yang terbaru dalam proyek yang disebut “Shin Japan Heroes Universe” (terlepas dari namanya, ini bukan universe seperti halnya MCU atau DCEU).

Selain Shin Kamen Rider, ada juga Shin Godzilla yang rilis pada tahun 2016 dan Shin Ultraman pada tahun 2022. Kata “shin” ini banyak sekali artinya, dan artinya dapat dibaca sebagai “baru,” “benar,” atau “Tuhan.”

© Toei

Sinopsis

Shin Kamen Rider bercerita tentang Takeshi Hongo (Sosuke Ikematsu), yang diculik dan diubah menjadi Augment oleh organisasi teroris Sustainable Happiness Organization with Computational Knowledge Embedded Remodeling, yang disingkat Shocker.

Sebelum Takeshi Hongo dicuci otaknya, ia berhasil lolos berubah wujud menjadi Augment berbentuk belalang yang mengendarai sepeda motor sport bersama dengan rekannya Ruriko Midorikawa (Minami Hamabe).

Spider-Aug (Augment berbentuk laba-laba) mengejar mereka. Namun, Ruriko dilindungi oleh Hongo, melarikan diri ke kabin tersembunyi. Ayah dari Ruriko, Dr. Hiroshi Midorikawa mengembalikan Hongo ke bentuk manusianya di tempat itu dengan menggunakan energi prana.

Sayang, Spider-Aug bisa menyelinap masuk diam-diam dan membunuh Dr. Midorikawa dan menculik Ruriko. Hongo mengejarnya dan mengalahkan Spider-Aug dengan augmentasinya yang dijuluki Kamen Rider No.1.

© Toei

Kemudian, pasangan tersebut bertemu dengan Tachibana dan Taki, dua anggota pemerintah yang menawarkan keamanan dan informasi sebagai imbalan atas bantuan mereka dalam melenyapkan Shocker.

Ruriko mengaku bahwa Shocker merupakan organisasi jahat untuk memanipulasi manusia yang putus asa. Ruriko bahkan takut dengan kekuatannya sendiri dan tidak yakin apakah akan bertarung atau tidak.

Keduanya lantas menghadapi berbagai agen Shocker lainnya, seperti augment lain yang bertema binatang seperti Bat-Aug (Aug Kelelawar), Scorpion-Aug (Aug Kalajengking), Bee-Aug (Aug Lebah), dan Chameleon-Aug (Aug Bunglon).

Musuh mereka di Shocker ternyata adalah kakak dari Ruriko, Ichiro Midorikawa, yang merupakan petinggi Shocker. Ichiro lantas mengirim Hayato Ichimonji (Tasuku Emoto) untuk melawan Hongo.

Namun, sebelum ia bertindak lebih jauh, Ruriko berhasil memrogram ulang Hayato Ichimonji dari cuci otak Shocker. Tak lama setelah selesai memrogam ulang, Ruriko berhasil dibunuh oleh Chameleon-Aug, dan melihat itu Ichimonji berhasil menewaskan Chameleon-Aug.

Hongo lantas pergi untuk menghadapi Ichiro, namun dia berhasil dicegat dan dikejar oleh 11 Augment Batta kembar. Namun, Ichimonji menyusul dan membantu dia. Ichimonji lanas menjuluki dirinya sebagai Kamen Rider No.2 dan menjadi partner Hongo.

© Toei

Setelah mengalahkan 11 Batta Augments, keduanya tiba untuk menghadapi Ichiro, yang berubah menjadi Kamen Rider No. 0 dengan mengambil rupa kupu-kupu. Hongo dan Ichimonji berhasil menghancurkan singgasana Ichiro, yang menjadi sumber prana Ichiro.

Saat pasokan prana terputus dan penyamarannya terganggu, Ichiro secara bertahap melemah. Hongo mengenakan topengnya kepada Ichiro agar bisa berdamai dengan roh Ruriko, yang telah mengorbankan nyawanya. Hongo akhirnya sampai pada titik penghabisan, menghabiskan semua prananya untuk mengalahkan Ichiro, dan meninggalkan Ichimonji seorang diri.

Tachibana dan Taki kemudian memberi tahu Ichimonji bahwa Hongo menginginkannya untuk melanjutkan keinginannya dan terus berjuang. Hal tersebut akhirnya diketahui Ichimonji saat menggunakan helm Hongo dan berinteraksi dengan roh Hongo yang tinggal di dalamnya. Keduanya, lantas menjadi Kamen Rider No. 2+1, melanjutkan misi mereka berdua bersama Tachibana dan Taki.

Film ini tidak dibuat untuk umum

© Toei

Buat kalian yang newbie atau awam dengan karakter Kamen Rider yang satu ini, mungkin akan sedikit bingung atau bahkan tidak mengerti sama sekali. Terlebih kalau belum pernah membaca kisah aslinya lewat manga atau menonton serialnya, sudah pasti akan merasa sulit mengikuti film yang disutradarai oleh Hideaki Anno tersebut.

Anno selain menciptakan Neon Genesis Evangelion, ia juga menyutradarai Shin Godzilla dan Shin Ultraman. Walaupun ia sudah berbuat maksimal, amat disayangkan ia tidak membuat film ini bisa ditonton orang banyak. Film ini terasa dibuat untuk penonton yang familiar dengan tema, ide, dan konsep Kamen Rider sesungguhnya.

Keseriusan Anno terlihat di film ini

Shin Kamen Rider memang memperlihatkan keseriusan Anno dalam menggarap film ini. Ia berusaha membuat ulang persis dengan versi aslinya yang rilis pada 1971, dan berhasil mempertahankan sebagian besar soundtrack dari seri aslinya juga.

Efek yang ditampilkan juga terasa fresh, dan menghibur mata. Seperti kostum augment-nya yang modern tapi nuansa retro-nya tetap ada, sepeda motor yang kini bisa bertransformasi dan melaju super cepat dengan knalpot turbonya, ataupun adegan pertarungan yang kini bisa dilakukan di angkasa.

Dilihat dari naratif ceritanya, Shin Kamen Rider berhasil menampilkan benang merah dari tiap karakter penting yang ada tanpa kehilangan bobotnya. Memang tak mudah merangkum semua adegan penting dari serial TV-nya ke dalam sebuah film berdurasi 2 jam saja.

Versi serial TV-nya total mempunyai 98 episode yang berlangsung dari tahun 1971 hingga 1973. Namun Cineverse melihat kalau Anno banyak mengambil esensi pentingnya dari 10 episode awal yang dirilis tahun 1971.

© Toei

Karakter utamanya bermain tanpa beban

Sosuke Ikematsu berhasil dalam memerankan Takeshi Hongo, tanpa ada kesulitan berarti. Beban berat menjadi karakter Hongo memang sangat riskan, terlebih lagi penilaian dari fans beratnya. Ia bahkan tidak membuat dirinya harus berusaha meniru persis aktor aslinya yang diperankan Hiroshi Fujioka. Sosuke tetap tenang, dan bisa menyesuaikan dengan adegan yang harus dimainkannya.

Minami Hamabe yang berperan sebagai Ruriko memang cenderung misterius sejak awal film, dan kekakuannya mulai mencair sejak ia dilindungi Hongo. Ruriko memiliki hati yang baik dan mengerti kesulitan partnernya di setiap pertarungan yang mereka hadapi.

Tasuku Emoto yang berperan sebagai Ichimonji Hayato memang memberi keceriaan tersendiri dalam film ini. Meskipun kehadirannya baru di paruh kedua, namun ia berhasil membangun chemistry yang baik dengan Hongo dan juga Ruriko.

Aksinya menarik, sayang eksekusinya sangat mengecewakan

Membicarakan Kamen Rider sudah pasti yang ditunggu adalah bagaimana Anno mengeksekusi adegan aksinya. Bisa dikatakan untuk yang satu ini Anno berhasil. Adegan pertarungan Kamen Rider dengan sejumlah Augment memang sangat menghibur.

Terlebih Kamen Rider sekarang bisa bertarung di udara dengan kecepatan tinggi (walaupun terlihat seperti animasi). Adegan kejar-kejaran motornya juga sangat solid, motornya juga terlihat futuristik dan mengundang decak kagum.

© Toei

Di balik keunggulan film ini, ada banyak kelemahan substansial yang sangat mengganggu. Penggunaan naratif yang sulit dipahami, juga menggunakan teknik pengambilan gambar yang aneh dan cenderung eksperimental. Angle-angle yang tidak lazim, terlebih saat pertarungan sedang berlangsung.

Akibatnya adalah kita sebagai penonton akan dipusingkan dengan adegan tersebut dan membuat koreografi bagus yang seharusnya bisa dinikmati malah disia-siakan begitu saja. Hal yang sangat mengganggu lainnya adalah penempatan skoringnya yang sangat-sangat buruk. Penempatannya pun bahkan tidak koheren dengan adegan yang sedang berlangsung.

Contoh jelasnya adalah saat skoring musik bersahutan mengisi adegan, musik tersebut tiba-tiba berhenti, namun adegan perkelahian tetap berjalan dengan keheningan total. Dan hal itu berulang di beberapa adegan. What a mess!

Pace-nya juga sangat cepat. Kontinuitas dari satu adegan ke adegan lain bahkan tidak menyatu dengan baik, dan cenderung over lapping. Kalau kita sudah menonton serialnya, mungkin hal itu tidak akan menjadi masalah. Namun, kalau belum menonton, dijamin mata kita akan lelah menonton film ini hingga akhir.

Kesimpulan

© Toei

Shin Kamen Rider mungkin bisa dikatakan tidak terlalu berhasil mewujudkan hal yang diinginkan fans setianya. Tak ada kesenangan yang berarti saat menonton film ini. Anno terkesan mencoba bermain-main di film yang tidak bisa dikompromikan, terlebih film ini merupakan peringatan 50 tahun Kamen Rider.

Cineverse hanya bisa mengatakan kalau film ini ditujukan khusus untuk penggemar Kamen Rider, dan bukan untuk awam atau newbie, kecuali mereka penasaran dan ingin melihat seperti apa film yang ditunggu-tunggu sejak lama ini.

Tetap saja Shin Godzilla menjadi satu-satunya pilihan Cineverse dari ketiga Shin yang telah dibuat Anno. Di mana film ini bisa dinikmati oleh siapa saja, tanpa kecuali, bahkan untuk yang awam sekalipun.

 

Director: Hideaki Anno

Cast: Sôsuke Ikematsu, Minami Hamabe, Tasuku Emoto, Shinya Tsukamoto, Mirai Moriyama

Duration: 121 Minutes

Score: 5.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Shin Kamen Rider

5.6 Score

Shin Kamen Rider mengisahkan Takeshi Hongo yang berubah menjadi augment belalang dan harus melawan Shocker bersama Ruriko dan Ichimonji Hayato untuk melindungi umat manusia

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 5
  • Entertain 6
  • Scoring 5
  • Story 5
Exit mobile version