“Siapa pun yang terlibat narkoba dan korupsi patut dibunuh dan saya ingin sampaikan kepada kalian bahwa Math Killer adalah seorang polisi,” – DSP Sheriff (Sheriff, 2024)
Tak banyak film Malaysia diputar di Indonesia. Terakhir kali kita sempat disuguhkan La Luna yang masuk gelaran Jakarta Film Week 2023, dan sempat ditayangkan juga secara reguler. Namun, di luar dugaan, Cineverse mendapat undangan screening film Malaysia yang di luar dugaan yang digelar di Jakarta pada Selasa (21/5), dan setelah ditonton ternyata film ini sangat bagus.
Merujuk dari judulnya, film dengan judul Sheriff atau di Malaysia hadir dengan judul Sheriff: Narko Integriti, ternyata bukan sekedar film aksi belaka, film ini malah cenderung memfokuskan narasinya kepada pemberantasan narkotika dengan intrik korupsi yang memang lekat juga di negeri jiran tersebut.
Sheriff yang hingga kini telah menembus lebih dari 4 juta penonton di Malaysia, disutradarai Syafiq Yusof yang sebelumnya pernah menggarap Polis Evo 3 dan Budak Flat yang keduanya dirilis pada tahun 2023. Seperti apakah film ini? Apakah pantas ditonton?
Sinopsis
Pembunuhan berantai dengan modus menebar narkotika di tubuh korbannya sedang marak terjadi di Malaysia dan polisi menyebut pembunuh itu dengan julukan Meth Killer.
Kejadian itu membuat DSP Sheriff (Zul Ariffin) yang merupakan petugas senior di Departemen Integriti menyelidiki dan mencurigai kalau pembunuhan itu justru dilakukan dari internal kepolisian.
Sheriff mencurigai salah seorang polisi yang berada di Departemen Narkotika, Inspektur Nazri (Syafiq Kyle), berada di balik pembunuhan yang ternyata mengarah ke sindikat narkoba paling berkuasa yang dipimpin Tony Ifrit (Aaron Aziz).
Namun, ASP Shazlin (Azira Shafinaz) yang merupakan kakak Nazri dan juga merupakan atasannya, meragukan hal tersebut.
Makin lama ditelusuri, Sheriff ternyata mencurigai adanya pengkhianat di Departemen Narkotika, karena sejumlah operasi yang dilakukan mereka selalu gagal mendapatkan target yang diinginkan.
Sheriff juga menemui banyak labirin yang menghalangi jalannya, bahkan nyawanya pun nyaris terancam. Apakah kecurigaan Sheriff sekarang mengarah ke banyak orang? Siapa sebetulnya pembunuh berantai itu?
Narasinya mengingatkan kita pada Infernal Affairs
Cineverse agak kaget saat selesai melihat film ini, ternyata Sheriff memilik premis senada dengan film Hongkong lawas yang amat terkenal, yaitu trilogi Infernal Affairs (2002-2003).
Film yang dibintangi Andy Lau dan Tony Leung Chiu-wai ini mempunyai narasi berliku yang hingga sekarang baru diadaptasi Hollywood lewat The Departed (2006). Tentu saja film ini hanya mencoba mengeksekusi narasinya dengan film di atas.
Cara film ini bertutur dengan rangkaian plot dan twist yang berlapis, membuat penonton akan sulit menebak siapa pelaku kejahatan yang sesungguhnya. Latar belakangnya pun juga senada, yaitu di insitusi kepolisian, di mana istilah ‘good cop, bad cop’ ternyata tak melulu milik Amerika saja, hal itu juga berlaku di seluruh dunia.
Syafiq Yusof yang menulis naskah ini bersama Yusof Haslam dan Nazifdin Nasrudin, juga tak lupa memberikan eksposisi karakter Sheriff yang masa lalunya kelam dan membuatnya jadi petugas yang berintegritas dan anti suap.
Walaupun film ini cenderung minim emosi, Zul Ariffin berhasil menampilan sosok Sheriff yang menarik, dengan tubuhnya yang kekar bak Don Lee di waralaba The Roundup.
Seperti halnya Infernal Affairs, Sheriff juga didukung banyak pemeran pendukung yang mempunyai screen time yang cukup untuk bisa menghidupkan narasi mereka yang kompleks, guna menambahkan lapisan ketegangan yang beriringan dengan plot utamanya.
Yusof berhasil menjaga tensi film ini tetap stabil, tidak turun sama sekali hingga akhir. Dengan cerdasnya ia berhasil merangkai elemen misteri, aksi dan drama tetap mengikuti plot yang sudah ia buat, untuk membuat penonton tetap fokus terhadap film ini.
Setiap alur cerita mendorong narasi ke depan, membangun menuju klimaks mencekam yang akan membuat penonton akan menahan napas hingga akhir.
Elemen teknisnya cukup baik
Pengambilan gambar yang dilakukan Yusof cukup baik di beberapa adegan, walaupun di adegan perkelahian kurang terlihat nyata. Editing ‘cut-to-cut’ nya juga kurang baik dalam merangkai sejumlah adegan perkelahian yang muncul di film ini.
Namun, untuk adegan ‘car chase’ atau kejar-kejaran, adegan ini termasuk sangat baik yang pernah hadir di perfilman Malaysia. Sekilas adegan yang disuguhkan Yusof mengingatkan kita pada banyak film Jacky Chan di era 80-90an, dengan efek destruktif yang signifikan pada apa yang dilewatinya.
Satu hal yang cukup mengganggu dalam film ini adalah skoringnya yang ‘over powering’, terlalu kencang dan terlalu berlebihan, karena tidak semua adegan harus diberi skoring musik.
Kesimpulan
Industri perfilman Malaysia patut berbangga pada film Sheriff ini. Di saat negara ini diberondong oleh banyaknya film Indonesia yang diputar di negara tersebut, film ini ternyata mampu tampil beda dengan narasinya yang rumit penuh plot dan twist.
Isu rasuah yang selama ini muncul di institusi kepolisian dan pemerintahan, ternyata tak menyurutkan keberanian Yusof untuk membuat film yang secara tak langsung menyentil pihak kepolisian.
Tinggal kita yang ada di Indonesia, apakah ada keberanian membuat film serupa dengan latar kepolisian? Kita lihat nanti.
Salut untuk film ini yang bisa memuaskan penikmat film aksi thriller kriminal yang sangat jarang dibuat seperti ini. Tonton segera Sheriff di jaringan bioskop CGV dan Cinepolis terdekat di kota kamu.
Director: Syafiq Yusof
Starring: Zul Ariffin, Syafiq Kyle, Aaron Aziz, Elizabeth Tan, Azira Shafinaz, Amir Nafis, Kodi Rasheed, Shaharuddin Thamby, Esma Daniel, Kamal Affendy, Natasya Mahyan, Zen Ng, Meynillen Thamil Selvan
Duration: 133 Minutes
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Sheriff
Film ini mengisahkan upaya Sheriff menuntaskan kasus narkoba dan pembunuh bayaran yang melibatkan orang dalam di Departemen Narkotika dan diinisiasi oleh gembong narkoba besar, Tony Ifrit