“I remember people screaming. They get bitten and then they turn.” – Leon S. Kennedy.
Serial animasi CGI dari franchise Resident Evil berjudul ‘Resident Evil: Infinite Darkness’ baru saja tayang pada awal minggu kedua Juli di Netflix.
Film ini sendiri merupakan film CGI keempat Resident Evil. Film sebelumnya berjudul Resident Evil: Degeneration, Damnation, dan Vendetta, dimana semua film ini tokoh sentralnya masih Leon S. Kennedy. Namun untuk timeline-nya sendiri, film ini berada diantara game ‘Resident Evil 4/Biohazard 4’ (2005) dan ‘Resident Evil 5/Biohazard 5’ (2009).
Untuk set lokasinya sendiri, film ini berada di sekitaran White House, Penamstan, dan sebuah fasilitas yang dinamakan B.O.W (Bio Organic Weapon). Leon S. Kennedy dan Claire Redfield kembali bertemu dalam film ini, setelah pertemuan mereka di game Resident Evil 2 dan film ‘Resident Evil: Degeneration’.

Leon menjadi agen kepercayaan Presiden Graham, dimana kemampuannya sudah tidak diragukan lagi setelah berhasil menyelamatkan putri presiden. Sementara Claire memilih jalur yang berbeda dengan bergabung dalam organisasi Terra Save, sebuah organisasi yang lebih berperan dalam sisi hak kemanusiaan dan membantu para korban bio-terorisme.
Cerita dimulai berlatar di wilayah Penamstan yang sedang dilanda aksi bioterorisme. Tim Mad Dogs yang dikepalai oleh Jason, turun ke lapangan untuk mencari penyintas tanpa mengindahkan perintah mereka dari komando pusat untuk mundur. Mereka akhirnya berhasil menemukan seorang penyintas dan mereka segera mengevakuasi orang tersebut dari lokasi.
Lalu, cerita berpindah tiga tahun kemudian. Dimana terjadi sebuah insiden peretasan data di White House yang bersifat rahasia, dimana data tersebut disimpan pada local network dan hanya presiden yang dapat mengakses file tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya kecurigaan bahwa pelaku peretasan berasal dari orang dalam.

Kemudian presiden segera memanggil tim khusus yang beranggotakan 4 orang, Leon dan tiga karakter baru, Jason, Shen May, dan Patrick. Jason dikenal dengan sebutan “Hero of Penamstan” yang diperolehnya karena menyelamatkan para penyintas di Penamstan tiga tahun silam. Mereka ditugaskan untuk mencari pelaku peretasan dan juga menghentikan aksi terror yang terjadi di White House.
Di waktu yang bersamaan, Claire datang juga ke White House sebagai salah satu dari rangkaian investigasinya terkait insiden Penamstan.
Mampukah Leon dan timnya berhasil menangani pelaku peretasan dan insiden Ini?? Serta apa yang sebenarnya terjadi di Penamstan?

Serial ini menggunakan alur maju mundur antara insiden Penamstan dengan setting waktu sekarang (White House). Penggunaan strategi ini cukup baik dalam membuat penonton menebak-nebak apa yang terjadi di Penamstan tiga tahun yang lalu?? Serta membuat motif para karakter menjadi tersamarkan.
Teori politik dan konspirasi pun diangkat dengan apik dalam film ini, dimana kita dapat melihat bagaimana suatu insiden, kondisi, dan perhubungan antar negara dapat menjadi salah satu variabel dalam “marketing” untuk menciptakan profit bagi pihak tertentu.
Plot berjalan dengan mulus tiap episodenya, dimana episode 1 dan 2 cenderung minim aksi. Hal ini dimaklumi karena diperlukan perkenalan yang proper tentang apa yang terjadi?? Serta pengenalan beberapa karakter baru beserta motifnya masing-masing yaitu Jason, Shen May, dan Patrick. Meskipun episode 1 dan 2 cenderung menjenuhkan, kita akan diberikan suguhan menarik di episode 3 dan 4, dimana cerita mulai berjalan cepat menuju klimaks.

Porsi peran Leon dan Claire sangat timpang, dimana peran Leon jauh lebih banyak. Kejadian ini terulang kembali setelah debut pertama mereka di film CGI ‘Resident Evil: Degeneration’ (2008), dimana Claire lebih berperan ke arah karakter pendukung saja. Bagi para penggemar Claire, sangat disayangkan karena di film ini Claire bisa dibilang hanya sekedar tempelan dimana tokoh Claire tidak berkontribusi secara signifikan baik dalam pengembangan cerita maupun rangkaian aksi.
Buat yang pernah main game Resident Evil 4 akan diberikan banyak easter egg dari game ini. Misalnya, penggunaan jaket Leon yang legendaris, kemudian foto putri presiden yang dipajang di White House.
Keputusan Capcom dan Netflix untuk merilis ‘Resident Evil: Infinite Darkness’ dalam bentuk series juga cukup membingungkan, karena series ini langsung rilis 4 episode dengan durasi yang apabila digabungkan kurang lebih sama dengan durasi sebuah film direct to video.

Terlepas dari semua itu, ‘Resident Evil: Infinite Darkness’ merupakan sebuah serial yang sangat cocok untuk ditonton di masa PPKM ini. Film ini memberikan rasa nostalgia pada reuni Leon dan Claire, terutama Claire yang sangat jarang muncul dalam game Resident Evil. Meskipun penampilan Claire hanya sedikit dan kurang berpengaruh dalam pengembangan cerita cukup untuk memuaskan rasa nostalgia.
Film ini sangat cocok untuk para penggemar game Resident Evil, dan bagi penonton yang tidak mengikuti cerita Resident Evil, tidak perlu khawatir karena film ini merupakan standalone yang hubungannya dengan universe cerita Resident Evil cukup minim, sehingga penonton dapat menikmati film ini tanpa kebingungan.
Creator: Hiroyuki Kobayashi
Cast: Nick Apostolides, Bill Butts, Kellen Goff, Stephanie Panisello, Bill Rogers, Armen Taylor, Jona Xiao, Ray Chase, Billy Kametz, Doug Stone, Anthony Tai
Episodes: 4
Score: 7.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Resident Evil: Infinite Darkness
Resident Evil: Infinite Darkness mengisahkan insiden peretasan ditemukan di Gedung Putih. Leon S. Kennedy diperintahkan untuk menyelidiki insiden tersebut, tetapi ia bertemu dengan zombie ketika Gedung Putih menjadi sasaran serangan misterius tersebut