Review Pachinko (2022)

Perjuangan Rakyat Korea Saat Penjajahan Jepang

“More important than being successful is how you came by your success.” – Sunja (Pachinko).

 

Sejak kolonialisasi Jepang di tanah Korea, dua juta orang dikonfirmasi telah bermigrasi ke Negeri Sakura karena berbagai alasan. Pasca Perang Dunia kedua, mayoritas dari mereka pulang, tetapi sebagian kecil dari mereka memilih untuk bertahan.

Pachinko’ menjadi jembatan bagi kita para penonton, memahami apa yang dialami oleh mereka-mereka yang berpindah ke Jepang, dari mulai perjuangan melawan diskriminasi, bertahan hidup dari berbagai gempuran yang harus dihadapi, hingga kelak mereka dikenal sebagai Zainichi (warga asli Korea yang menetap di Jepang sebelum 1945).

Diadaptasi dari novel best seller karya Min Jin Lee dengan nama yang sama, serial ini menghadirkan banyak aktor dan aktris dari Korea Selatan, termasuk salah satu keturunan Zainichi.

Tangan dingin sutradara Kogonada dan Justin Chon mampu menghasilkan sebuah tayangan yang membuka mata, memperlihatkan betapa kerasnya tekanan yang harus dihadapi warga Korea saat masa penjajahan Jepang.

Dibalut dengan kisah roman yang menyayat hati, delapan episode ‘Pachinko’ berhasil membuat air mata penonton mengalir deras berkat adegan mengharukan dan menyedihkannya.

Sinopsis

© Apple TV+

Kim Sunja (Minha Kim) lahir dan besar di Busan, Korea pada awal abad ke-20, saat Korea berada di bawah kekuasaan Jepang. Dia jatuh cinta dengan seorang pria bernama Koh Hansu (Lee Min-Ho).

Dia dapat melihat bahwa dia adalah orang yang kuat dan dari kelas sosial yang berbeda darinya, tetapi dia tidak menyadari latar belakang lengkapnya. Nahas, ketika Sunja sedang mengandung anaknya Hansu, Hansu tidak ingin menikahi Sunja karena masih memiliki istri dan anak-anaknya di Osaka. 

© Apple TV+

Sunja yang sakit hati tiba-tiba kedatangan seorang pendeta gereja bernama Baek Isak (Noh Sang-Hyun) datang untuk tinggal di penginapan yang dikelola oleh ibu Sunja.

Ketika dia mengetahui situasi Sunja, dia mencoba memberikan nasihatnya, tetapi ketika dia mengalami keyakinannya yang tak tergoyahkan, dia menawarkan untuk menikahinya. Sunja segera pindah ke Jepang dan menghadapi masa-masa sulit sebagai imigran Korea yang tinggal di negeri asing.

© Apple TV+

Di New York pada tahun 1989, Solomon Baek (Jin Ha) bertekad untuk sukses di dunia usaha. Sebuah perusahaan ingin membangun sebuah hotel baru di Tokyo, tetapi seorang wanita Korea menolak untuk menjual tanahnya di mana hotel itu akan dibangun. 

Solomon Baek, seorang keturunan Zainichi, akhirnya turun tangan dan mengatakan kepada bosnya agar dia saja yang pergi ke Tokyo dan membujuk wanita itu untuk menjual tanahnya. Sambil mengunjungi wanita tersebut, ia juga pergi menemui keluarganya di sana.

Ungkap perjuangan wanita di masa itu

© Apple TV+

‘Pachinko’ menghadirkan tiga versi dari Sunja. Kita diperlihatkan dengan Sunja kecil yang harus menjadi saksi kekejaman aparat Jepang terhadap keluarganya, Sunja remaja yang kisah perjuangannya menjadi sorotan di serial ini, lalu terakhir ada Sunja versi tua (Youn Yuh-jung) yang banyak menghabiskan waktunya mengenang masa-masa dia bersama orang di sekitar dia.

Kisah Sunja saat remaja banyak mengundang pilu akibat diterjang banyak nasib buruk. Namun, ia tak pernah mau menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Sunja tak ingin hidupnya hanya dihiasi oleh penindasan. Ia bertekad untuk bisa berdiri dengan kakinya sendiri, ketika orang di sekitar dia urung menjadi pendukung yang ulung. 

© Apple TV+

Sebagai seseorang yang dipandang rendah oleh lingkungannya, Sunja tidak ingin tinggal diam dan membiarkan mereka menginjak-injak dirinya. Ia pertebal telinga, tidak menghiraukan apa yang dibilang oleh orang lain. Di dalam otak Sunja, tidak ada pilihan untuk diam dan tertindas. Ia harus bisa meraih kemakmuran dan merangkak perlahan keluar dari keterpurukan ini.

‘Pachinko’ juga memperlihatkan bagaimana perempuan pada masa itu selalu berada di posisi yang tidak menguntungkan. Banyak stereotip yang mengekang mereka, menjadikan mereka tidak berdaya apabila tidak ada laki-laki di sisinya. Potret historis seperti ini lah yang seharusnya ditinggalkan di masa itu, namun sayangnya masih saja terbawa hingga sekarang. 

Plot yang berpindah dari zaman ke zaman

© Apple TV+

‘Pachinko’ memiliki dua plot dari zaman berbeda yang jalan bersamaan. Plot pertama adalah saat awal abad 20 dan plot kedua adalah saat 1989 yang menunjukkan Solomon Baek, cucu dari Sunja yang sedang berjuang mempertahankan nilai-nilai yang ada dalam dirinya ketika dihadapi sebuah tantangan dari tempat ia bekerja.

Serial ini akan menunjukkan perpindahan yang sat set sat set, alias cepat dan tidak neko-neko. Hal itu menyebabkan impresi awal yang tidak mengenakkan karena kesannya seperti transisi yang patah, namun seiring berjalannya episode, pergantian plot itu tidak akan begitu terasa lagi karena ada perbedaan signifikan antara kedua zaman yang diceritakan. 

© Apple TV+

Awal abad 20 menunjukkan semua yang serba jadul dan konvensional. Dari busana yang dipakai, kendaraan yang lalu-lalang, hingga beberapa detail lainnya seperti aktivitas mobilitas. Sedangkan untuk 1989, tidak sulit untuk membedakannya karena selang 50 tahun di Jepang ternyata memperlihatkan perkembangan yang sangat signifikan dari segi infrastruktur. 

Di sinilah peran pengambilan kamera berkontribusi besar. Dengan tata artistik yang menawan, kamera banyak menyorot bagaimana antar zaman memiliki ciri khasnya masing-masing. Apalagi era awal abad 20 ini disorot dari lingkungan orang Korea di Jepang yang ditampilkan kumuh dan jorok, berbeda jauh dengan tahun 1989.

Parade akting sempurna dari para bintang

© Apple TV+

Satu hal yang mencolok dari serial ini adalah keindahan seni adu peran dari para pemerannya. Minha Kim berhasil menyuguhkan seorang Sunja yang tahan banting.

Raut mukanya seringkali dipenuhi oleh ambisi, namun ketika ia rapuh, sisi emosional dia keluar sejadi-jadinya, menampilkan kepedihan yang selama ini tertimbun jauh di dalam diri seorang Sunja.

Ketika Sunja sudah menginjak usia tua, Youn Yuh-jung mengakhiri perjalanan Sunja menjadi paripurna. Lengkap sudah tragedi yang dialami oleh dirinya. Sunja tua lebih sering merefleksikan apa yang telah ia alami dengan kehidupan yang sekarang sedang dihadapi.

Banyak adegan-adegan yang membawa dia kembali ke masa lalu, mengenang lagi apa yang pernah ia sambangi.

© Apple TV+

Penggemar Lee Minho mungkin harus bersabar sedikit karena perannya tidak sebanyak itu dan mungkin akan sedikit menjengkelkan. Namun, jangan terlalu cepat menilai sebab karakter dia ternyata menyimpan banyak cerita di balik keputusan dan perkataannya.

Kehebatan seorang Lee Minho juga tersaji melalui perkembangan karakter Koh Hansu yang ternyata sangat membuka mata. Bagaimana sebuah kesengsaraan bisa merubah hidup seseorang.

© Apple TV+

Pertunjukkan Jin Ha sebagai Solomon Baek juga sama apiknya. Pilihan dia untuk menyambung kembali dengan keluarganya ternyata mengantarkan dia kepada jalan determinasi yang berbeda saat akhirnya pulang kembali ke Jepang setelah beberapa tahun di Amerika.

Ia yang awalnya berambisi untuk menjadi yang terbaik di kantornya, malah berubah haluan ketika memutuskan untuk merapihkan kembali serpihan memori yang ia pecahkan. Semua itu Jin Ha eksekusi dengan baik.

© Apple TV+

Kesimpulan

‘Pachinko’ sukses menghadirkan tontonan yang sarat akan makna. Semuanya dari mulai nilai-nilai perjuangan, kepedihan akan ditinggal seseorang, tekad yang bulat untuk meraih sesuatu, semuanya ada dan dikemas dengan baik. Cerita yang sempurna juga didukung oleh sederet akting dan dukungan teknis yang mumpuni. 

 

Director: Kogonada & Justin Chon

Cast: Soji Arai, Jin Ha, Jun-woo Han, In-ji Jeong, Eun-chae Jung, Min-ha Kim, Lee Min-ho, Kaho Minami, Steve Sanghyun Noh, Anna Sawai, Jimmi Simpson, Yuh-jung Youn

Episode: 8

Score: 8.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

Pachinko

8.4 Score

Berdasarkan buku terlaris New York Times, serial ini menceritakan harapan dan impian keluarga imigran Korea dari empat generasi saat mereka meninggalkan tanah air mereka dalam pencarian gigih untuk bertahan hidup dan berkembang.

Review Breakdown

  • Acting 9
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 9
Exit mobile version