Review Heartstopper (2022)

Sekelompok Remaja yang Sedang Mencari Jati Diri

“Do you ever feel like you’re only doing something because everyone else is? and you’re scared to change or do something that might confuse or surprise people?” – Nick Nelson. 

 

Genre coming-of-age merupakan salah satu genre yang telah banyak merebut hati para penontonnya karna dapat diterima tidak hanya bagi penonton remaja, tapi dari berbagai kalangan.

Mulai dari, Lady Bird, To All the Boys I’ve Loved Before, dan Sex Education, tidak diragukan lagi bahwa Netflix adalah salah satu platform streaming yang mempunyai banyak koleksi tentang genre tersebut.

Pada akhir April lalu, Netflix kembali menambahkan koleksinya dengan merilis serial coming-of-age terbarunya yang berjudul Heartstopper.

Berdasarkan serial webcomic dengan nama yang sama oleh Alice Oseman, Heartstopper adalah serial rom-com LGBTQ+ yang mengikuti kehidupan dan hubungan seorang kutu buku Charlie Spring, dan anak populer Nick Nelson, serta kelompok teman mereka.

Hanya dua minggu setelah dirilis, Heartstopper telah menerima 100% skor Tomatometer di Rotten Tomatoes, dengan skor audience 98%.

Sinopsis

© Netflix

Kisah Heartstopper berpusat di sekitar Charlie Spring (Joe Locke), seorang remaja yang sudah menyatakan dirinya sebagai gay, yang bersekolah di asrama khusus laki-laki. Dia menjalani kehidupannya yang biasa saja sebelum akhirnya bertemu dengan teman sekelasnya bernama Nick (Kit Connor).

Tidak seperti Charlie yang gugup dan lemah, Nick adalah anak yang ramah dan ceria. Dia adalah pemain Rugby sekolah yang popular. Setelah bersahabat, keduanya saling peduli satu sama lain hingga memunculkan perasaan yang tak semestinya.

Berbeda dengan Charlie yang terang-terangan menunjukkan perasaannya, Nick masih belum mengetahui orientasi seksualnya, dia terlihat ragu dan bimbang apakah ia mencintai Charlie atau tidak. Karena hal itu, Charlie merasa cintanya bertepuk sebelah tangan, dan berpikir bahwa hubungannya dengan Nick tidak bisa lebih dari sekadar teman.

Bingung, panik, dan penasaran, Charlie dan Nick akan bersama-sama menemukan bahwa cinta sering kali dapat ditemukan di waktu yang tidak terduga.

Menawarkan kisah remaja yang paling relatable

© Netflix

Jika berbicara tentang film atau serial remaja, kita pasti membayangkan tayangan-tayangan Netflix lain seperti Sex Education, Kissing Booth, Riverdale, atau, Euphoria dari HBO yang menggambarkan konflik berat dan kekecewaannya pada tumbuh dewasa yang sering kali tidak masuk akal dan jauh dari realita yang terjadi.

Berbeda dari film remaja kebanyakan yang berpusat pada seks, narkoba, dan pemberontakan, Heartstopper adalah kisah yang mengharukan tentang cinta masa muda, mencari dan menerima identitas diri, dengan masih menghadirkan konflik remaja, seperti bullying, diskriminasi, dan isu mental health.

Heartstopper hadir dengan suasana menyenangkan, penuh warna-warna cerah, ditambah dengan stiker animasi lucu yang muncul untuk menegaskan perasaan, ketakutan, dan fantasi yang ada di kepala karakternya, yang terasa seperti kita sedang menonton cuplikan pengalaman remaja, dan tidak diragukan lagi akan relate dengan begitu banyak orang.

Mengeksplorasi dunia LGBTQ+ dengan cara yang lembut dan mudah dimengerti

© Netflix

Meskipun plot utama serial ini mengisahkan tentang dua anak laki-laki yang memiliki perasaan satu sama lain, Heartstopper tidak berhenti disitu saja. Serial ini mengeksplorasi dunia pelangi ini lebih luas lewat karakter-karakter pendampingnya.

Elle (Yasmin Finney), seorang remaja transgender yang menemukan persahabatan setelah pindah ke sekolah khusus perempuan. Dia akhirnya bertemu dengan pasangan lesbian, Tara (Corinna Brown) dan Darcy (Kizzy Edgell), yang baru saja mempublikasikan hubungan mereka.

© Netflix

Sementara itu, Tao Xu (William Gao) menyukai Elle sejak dulu, tetapi tidak bisa mengutarakan perasaannya untuk menjaga persahabatannya dengan Elle.

Datang dengan suasana menyenangkan dan dipenuhi karakter LGBTQ+ tidak membuat karakter-karakter Heartstopper langsung diterima dimasyarakat. Sebenarnya banyak konflik di Heartstopper. Mereka masih harus berhadapan dengan masalah-masalah klasik seputar hal itu seperti homofobia dan rasa kurang percaya diri dengan identitas baru mereka.

Charlie adalah korban bullying saat teman-temannya mengetahui dirinya gay dan kesehatan mentalnya menderita. Perjuangan Nick dengan seksualitasnya juga tidak mudah.

Para karakternya dengan baik merepresentasikan orientasi seksual mereka. Ceritanya juga tidak dibuat sangat eksplisit, cringe, dan aneh, melainkan secara lembut ditampilkan dengan penjelasan dan pengenalan yang jelas dan mudah diterima tentang LGBTQ+.

Akting dan chemistry Joe Locke dan Kit Connor yang alami

Kekuatan terbesar yang dimiliki Heartstopper adalah dua karakter utamanya, Joe Locke dan Kit Connor yang membuat kisah dua remaja ini semakin hidup.

Joe Locke menghasilkan personifikasi kuat dari Charlie Spring yang merupakan anak laki-laki lemah, tapi pandai berbicara untuk menenangkan Nick yang kebingungan dengan identitasnya. Penonton mungkin tidak akan menyangka jika peran Charlie di Heartstopper merupakan debut akting pertamanya.

Kit Connor juga memerankan Nick Nelson dengan pesona dan kelembutannya sehingga mudah untuk melihat mengapa Charlie jatuh cinta padanya, bersama dengan chemistry mereka yang manis.

© Netflix

Nick mengalami krisis identitas saat dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan Charlie, yang akhirnya bergabung dengan tim rugby. Dia merasa dirinya berubah dan bahagia di dekat Charlie. Tetapi Nick juga harus dibayang-bayangi dengan teman-temannya yang homofobia, dan stereotip seorang gay yang jauh dari penampilannya.

Eksplorasi identitas yang membingungkannya membuat nick mencari di Google pertanyaan seperti “apakah saya gay” dan “bagaimana Anda tahu bahwa Anda biseksual.”

Heartstopper menghargai momen-momen saat remaja mencari jati diri ini hingga akhirnya Nick bisa membuka percakapan tentang seksualitasnya sendiri.

Kesimpulan

Heartstopper hadir sebagai distraksi dari film dan serial remaja yang berpusat pada konflik berat dan kelam yang jauh dari realita. Daripada menampilkan kisah remaja yang berpusat pada seks, narkoba, dan pemberontakan, serial ini menampilkan kisah manis hubungan remaja, serta bagaimana mereka menemukan dan menerima diri mereka sendiri.

Heartstopper adalah serial yang penuh harapan bahwa cinta itu ada, persahabatan itu nyata, dan membuat kita terhanyut dengan kisah menyenangkan yang menghangatkan hati, dan membuat kita lupa sejenak dengan dunia di mana LGBTQ+ masih menjadi topik negatif di masyarakat.

Dengan kisah sederhana dan pesan-pesan serta pemahaman yang diberikan, Heartstopper adalah serial remaja menjanjikan dan dapat menjadi pelarian jika kamu bosan dengan serial remaja yang lebay dan tidak masuk akal.

 

Director: Euros Lyn

Cast:  Joe Locke, Kit Connor, Yasmin Finney, William Gao, Corinna Brown, Kizzy Edgell

Episodes: 8

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Heartstopper

7.6 Score

Heartstopper hadir sebagai distraksi dari film dan serial remaja yang berpusat pada konflik berat dan kelam yang jauh dari realita. Daripada menampilkan kisah remaja yang berpusat pada seks, narkoba, dan pemberontakan, serial ini menampilkan kisah manis hubungan remaja, serta bagaimana mereka menemukan dan menerima diri mereka sendiri.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version