“Kau menjualku untuk menjadi Ratu Inggris, maka aku akan menjadi Ratu Inggris” – Queen Charlotte (Queen Charlotte: A Bridgerton Story)
Dearest Readers, dunia Bridgerton di mana bangunan-bangunan megah, pakaian-pakaian mewah, dan visual yang menawan telah kembali. Namun, bukan sebagai angsuran lanjutannya, yaitu Bridgerton musim ketiga, melainkan sebuah cerita yang akan membawa kita ke puluhan tahun sebelum kisah Bridgerton yang telah kita saksikan terjadi.
Bridgerton adalah serial romansa era Regency yang sukses besar dari Netflix. Menghadirkan kisah romansa dibaluti dengan kemewahan London di era Regency, ada banyak karakter yang menarik di Bridgerton, salah satunya adalah Queen Charlotte (Golda Rosheuvel), yang akhirnya melahirkan sebuah spin-off prekuel berjudul Queen Charlotte: A Bridgerton Story.
Meskipun serial Bridgerton didasarkan pada buku seri karya Julia Quinn, tetapi tidak untuk spin-off Queen Charlotte. Faktanya, karakter Queen Charlotte bahkan tidak ada sama sekali dalam novel asli Julia Quinn.
Karakter Queen Charlotte seperti yang terlihat di alam semesta Bridgerton diciptakan oleh Shonda Rhimes hanya untuk serialnya. Justru, prekuel ini melahirkan sebuah buku yang terinspirasi dari prekuel tersebut, yang ditulis oleh Julia Quinn dan Shonda Rhimes dan akan diterbitkan di bulan Mei 2023.
Seperti yang kita ketahui dalam dua musim Bridgerton, asal usul dan kisah percintaannya dengan King George memang masih menjadi misteri. Oleh karena itu, spin-off-nya akan mengikuti Ratu Charlotte dan Raja George di masa muda mereka dan di masa-masa pernikahan mereka.
Sinopsis

Queen Charlotte: A Bridgerton Story mengikuti Sophia Charlotte (India Amarteifio) yang dijodohkan oleh keluarganya dengan Raja Inggris. Bagaimana pun, menjadi orang kulit berwarna pertama yang menjadi Ratu tentunya bukan hal yang lumrah pada masa itu.
Charlotte, putri asal Jerman yang berusia 17 tahun dinikahkan dengan Raja Inggris, King George, dan harus siap menjadi seorang ratu di usia muda.
Perjalanannya untuk menjadi sosok agung Queen Charlotte dari Bridgerton akan panjang dan sulit, serta akan memicu kisah cinta yang hebat yang berdampak besar kepada perubahan sosial London sehingga menjadi era di Bridgerton Universe yang sudah kita kenal.
Masa lalu di balik sosok Queen Charlotte yang dingin

Selama dua musim Bridgerton, kami diperkenalkan dengan Queen Charlotte, Ratu yang tegas, angkuh, dan dingin. Namun, prekuel ini akan memperlihatkan kami kepada apa yang melatarbelakangi karakternya.
Serial Queen Charlotte menawarkan dua garis waktu terpisah: satu mengikuti Queen Charlotte, Lady Danbury (Adjoa Andoh), dan Lady Violet Bridgerton (Ruth Gemmell), segera setelah peristiwa Bridgerton musim 2, satu lagi saat Queen Charlotte belum menjadi ratu dan baru saja dijanjikan oleh saudara laki-lakinya, Adolphus (Tunji Kasim), kepada King George III (Corey Mylchreest).
Tidak seperti kisah putri yang mendambakan pangeran, sifatnya sudah keras dan to the point sejak muda. Ia menentang untuk dijodohkan, bahkan sempat berupaya kabur di detik-detik acara pernikahannya. Tapi hal itu ia urungkan setelah bertemu langsung dengan King George, yang ternyata tidak bodoh dan kejam seperti dugaannya.

Namun, jalan pernikahannya tidak langsung bertabur bunga. Penonton yang telah menyaksikan Bridgerton tahu bahwa pernikahan Queen Charlotte dan King George tampaknya menjadi pernikahan yang sulit, karena penyakit mental George yang membuatnya terkadang tidak dapat mengingat istrinya atau peristiwa besar mereka. Ternyata, hal itu telah terjadi sejak awal-awal pernikahan mereka.
Karena keadaannya, King George terpaksa harus tinggal terpisah dengan Queen Charlotte. Mereka bahkan tidak bersama di masa bulan madunya dan masa awal kehamilannya.

Bayangkan saja, seorang gadis berusia 17 tahun dijodohkan dan pindah dari Jerman ke negara yang sama sekali asing baginya. Tidak ada keluarga, bahkan seorang yang bisa ia temui. Sampai di sana, satu-satunya orang yang dapat ia sandarkan meninggalkannya sendiri di istana yang besar.
Tak hanya berhenti disitu, ia mengetahui bahwa suaminya mempunyai penyakit mental dan sering dianggap gila. Charlotte harus belajar sendiri bagaimana menjadi ratu di usia mudanya, dan menghadapi suaminya yang gila.
Latar belakangnya membuat penonton menyadari betapa berat beban yang harus ia tanggung sendiri, hingga membuatnya menjadi pribadi yang dingin namun berwibawa dan bijaksana.
Perjuangan cinta yang emosional

Seperti Bridgerton, Queen Charlotte juga menyuguhkan kisah romansa yang panas. Namun, kali ini menjadi tantangan hubungan tersulit dari sebelum-sebelumnya. Meskipun awal kehidupan pernikahannya tidak berjalan mulus, mereka menyadari bahwa mereka saling mencintai.
Keduanya tidak punya pilihan selain membuat pernikahan mereka berhasil. Sementara Queen Charlotte menghadapi negara dan kebiasaan barunya, George melawan ancaman internal yang tidak dapat dilihat atau dipahami oleh siapa pun di sekitarnya.
Menyaksikan mereka bekerja keras untuk satu sama lain, mengatasi tantangan hidup bersama, dan semakin jatuh dan mengerti kelemahan satu sama lain adalah bagian paling berharga sepanjang musim. Queen Charlotte: A Bridgerton Story menjadi cerita romansa yang paling bermakna, penuh tantangan, dan emosional dari waralabanya.
Kisah para wanita kuat yang mengubah tatanan sosial London

Sindiran-sindiran sosial tentang tempat wanita di masyarakat dan orang kulit berwarna sebagai minoritas menjadi sub-plot yang kuat. Selain Charlotte, ada karakter wanita lain yang hadir bersamanya, yaitu Lady Danbury dan Lady Augusta yang merupakan ibu King George. Masing-masing dari mereka merepresentasikan bagaimana wanita diperlakukan di masa itu.
Queen Charlotte yang menjadi ratu pertama Inggris dari ras berbeda tentu tidak langsung diterima oleh keluarga kerajaan dan rakyatnya. Lady Augusta sering diremehkan oleh parlemen karena mereka menganggap wanita tidak bisa memegang kendali atas kerajaan. Dan Lady Danbury, yang kisahnya tak kalah menarik dari karakter utama, benar-benar menginspirasi.

Menjadi wanita kulit berwarna di tengah para bangsawan London berkulit putih bukan hal yang mudah. Meskipun orang kulit berwarna telah mendapatkan gelar berkat The Great Experiment, mereka masih tidak diterima oleh anggota bangsawan berkulit putih lainnya. Bahkan saat Lady Danbury ingin menggelar pesta, para bangsawan lainnya menolak untuk menghadiri pestanya.
Terlebih sejak kematian suaminya, hidupnya bergantung pada pengakuan kerajaan apakah anaknya akan mewarisi gelar suaminya, atau ia akan hidup tanpa properti, harta, dan gelarnya. Saat Lady Danbury ingin meminta pertolongan hukum, tak ada pengacara yang ingin memenuhi panggilan wanita, kecuali ia tidak menuliskan namanya.

Namun, sadar bahwa hanya mereka yang mengetahui beban yang dirasakan satu sama lain, ketiganya saling menguatkan dan membantu. Seperti kata Lady Augusta kepada Lady Danbury, “Bertahun-tahun aku belajar bahwa aku tak akan menyerah pada kesia-siaan pencapaian wanita… Tutupi lukamu dan bertahanlah.”
The Great Experiment mungkin tidak akan pernah berhasil membuat dunia Bridgerton benar-benar inklusif jika bukan karena upaya Lady Danbury yang melakukan berbagai cara untuk memastikan bahwa The Great Experiment tidak hanya janji-janji palsu kerajaan.
Kisah-kisah mereka menambah makna dan memperkuat keseluruhan cerita. Karena upaya para karakter wanita kita, masyarakat di dunia Bridgerton bersatu, dan generasi berikutnya dari orang kulit berwarna, seperti Duke of Hastings, menikmati status yang sama dalam masyarakat seperti anggota bangsawan lainnya.
Kesimpulan

Berbeda dengan Bridgerton, Queen Charlotte: A Bridgerton Story menampilkan kisah yang lebih rumit dan emosional. Memperlihatkan kisah di balik sosok Ratu yang dingin dan tanggung jawab yang harus ia pikul selama hidupnya. Kisahnya penuh makna, terlebih dengan isu ras, kesetaraan wanita, dan romansa yang dijahit dengan indah menjadi satu.
Di luar plot-nya, serial ini sama-sama memanjakan indera seperti seri andalannya. Dari gaun mewah, bangunan megah, hingga gaya rambut yang semakin rumit. Tak ketinggalan musik kontemporer yang dibawakan dengan orkestra menyempurnakan serial ini. Queen Charlotte: A Bridgerton Story mendapatkan tempat istimewa di hati dengan kisah dan perjuangannya yang indah dan penuh makna.
Director: Tom Verica & Shonda Rhimes
Cast: India Amarteifio, Adjoa Andoh, Michelle Fairley, Ruth Gemmell, Corey Mylchreest, Golda Rosheuvel, Arsema Thomas, Sam Clemmett, Freddie Dennis, Hugh Sachs, Julie Andrews
Episode: 6
Score: 8.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Queen Charlotte: A Bridgerton Story
Queen Charlotte: A Bridgerton Story menampilkan kisah yang lebih rumit dan emosional. Memperlihatkan kisah di balik sosok Ratu yang dingin dan tanggung jawab yang harus ia pikul selama hidupnya. Kisahnya penuh makna, terlebih dengan isu ras, kesetaraan wanita dan romansa yang dijahit dengan indah menjadi satu.