Review Pendatang (2023)

Ketika Perbedaan Ras Membuat Hidup Menjadi Taruhannya

pendatang 5

© Kuman Pictures

We can give her food. Don’t talk to her and don’t ask for her name,” – Mr. Wong (Pendatang, 2023)

Pendatang (2023) atau dikenal dengan judul bahasa Inggrisnya, Immigrants, merupakan film kontroversial yang berasal dari Malaysia. Film yang diproduksi oleh Kuman Pictures ini beberapa bulan lalu sudah tayang di kanal YouTube lewat Channel Kuman Entertainment dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas secara gratis.

Sebelum film ini tayang di platform YouTube, film tersebut sempat masuk event Luminescence di Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2023 pada tanggal 25 November – 2 Desember 2023 di Jogjakarta.

Film yang disutradarai oleh Ng Ken Kin ini merupakan sebuah projek film yang berasal dari penggalangan dana yang targetnya dimulai dari 300,000 Ringgit Malaysia. Namun, saking banyaknya antusias dari masyarakat Malaysia untuk menonton film tersebut, akhirnya penggalangan dana ini melebihi target sebanyak 400,000 Ringgit Malaysia, dan pada akhirnya film ini bisa diproduksi.

© Kuman Pictures

Namun, film ini memicu perdebatan disebabkan mengangkat luka lama bagi rakyat Malaysia yang mengalami perbedaan etnik seperti Melayu, Tamil, dan Tionghoa hingga menimbulkan pertikaian yang bertumpah darah yang dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan sosialnya.

Film tersebut akhirnya dirilis Ng Ken Kin di YouTube dengan alasan bahwa film tersebut tidak akan lolos dari lembaga sensor film Malaysia atau yang dikenal dengan sebutan Lembaga Penyensoran Film Malaysia (LPF). Ng Ken Kin menayangkannya di kanal YouTube Kuman Pictures, agar pesan yang disampaikan oleh para penonton mudah tersimpan di hati.

Sinopsis

© Kuman Pictures

Film tersebut mengisahkan kepala keluarga bernama Mr. Wong (Fredy Chan) bersama istrinya serta kedua anaknya yang bernama Shah (Mayjune Tan), Xin (Shareen Yeo), dan Bobby (Kyzer Tou),  dipaksa untuk pindah ke sebuah tempat tinggal terpencil berupa rumah tradisional Melayu yang dikhususkan untuk ras tertentu.

Saat mereka sedang membersihkan rumah tersebut, keluarga Mr. Wong dikejutkan dengan suara berisik di atas loteng yang ternyata berasal dari seorang gadis asal Melayu yang mereka panggil Panda (Qaidah Marha), tengah bersembunyi di atap rumahnya. Konflik batin yang dirasakan oleh keluarga Wong semakin terasa dengan keberadaan gadis Melayu itu.

Dilema kemanusiaan itu semakin terasa, mengingat jika mereka ketahuan serta terlihat berbaur dengan etnik lainnya ialah Melayu dan Tamil, maka mereka terkena Undang-Undang Segregasi dengan mendekam di penjara selama 25 tahun, serta keselamatan keluarga mereka akan terancam termasuk nyawa yang dapat menghilangkan keharmonisan keluarga mereka.

Alur Cerita yang menegangkan

© Kuman Pictures

Kita akan melihat adanya unsur ketegangan yang sangat intens terjadi pada adegan ketika gadis Melayu yang sedang bermain dengan Bobby dan Xin ketahuan oleh salah satu Tentara Segregasi Wanita berkepala botak bernama Mei Yang (Grace Ng) yang ingin menembak. Namun, dilerai oleh XIN, hingga Mei Yang membantu Bobby untuk mencari obat asma saat kambuh.

Namun, apesnya saat Mei Yang membantu keluarga Wong dia terkena ancaman pembunuhan disebabkan telah membantu warga antar etnik, bahkan rumah keluarga Wong disandera oleh sekelompok tentara bengis saat ada yang mengetahui bahwa keluarga Wong berbaur dan menampung seorang gadis etnik Melayu.

Adegan saat keluarga Wong melakukan perjalanan untuk kabur bersama keluarganya begitu sangat menegangkan disebabkan selalu diketahui oleh sekelompok tentara bengis. Satu persatu dari anggota keluarga Wong termasuk istri dan anak keduanya bernama Bobby meninggal ditempat karena tertembak oleh tentara bengis tersebut.

Hanya Wong dan anak pertamanya bersama gadis Melayu itu yang selamat. Lalu, paginya Wong bersama Auntie Koo yang merupakan atasan dari Wong melakukan penyamaran demi menyelamatkan Xin dan gadis Melayu itu. Naasnya, Wong bersama atasannya terkena tembakan oleh sekelompok tentara bengis yang mengakibatkan diri mereka meninggal dunia.

Pengambilan Isu Rasisme yang melekat

© Kuman Pictures

Secara keseluruhan, film ini membahas kerusuhan antar etnik yang terjadi di Malaysia. Mengambil latar tempat yang berada di wilayah Sarawak dan Sabah yang dikenal sebagai wilayah rasisme yang kuat. Pertempuran antar etnik tersebut masih terjadi hingga mengacam nyawa yang menjadi taruhan.

Ng Ken Kin cukup berani mengambil tema rasisme dalam pembuatan film tersebut. Adegan rasisme ini terlihat saat Mr. Wong sangat menaruh kebencian terhadap kaum etnik Melayu disaat menemukan gadis Melayu yang mengumpat diatas loteng dengan perkataan yang mengundang unsur kebencian.

Bahkan saat adegan Mr. Wong harus dipaksakan untuk menandatangi pemisahan wilayah beserta ancaman yang sangat mengundang rasisme itu, membuat mau tidak mau Mr. Wong harus mentaati peraturan dari sekelompok tentara bengis tersebut. Meskipun Mr. Wong sudah merayu Vincent yang merupakan petugas relokasi penempatan warga Tionghoa, tetapi tidak digubris.

Dalam adegan ini, sebenarnya istri dan putrinya Shah dan Xin sangat tidak setuju dengan undang-undang tersebut, disebabkan putrinya memiliki dua sahabat terdekatnya dari etnik Melayu dan Tamil. Mereka sangat terpaksa untuk melakukan hal tersebut, kalau mereka tidak menandatangi perjanjian itu, para sekelompok tentara bengis itu tidak ingin membantu keluarganya.

Sinematografi dan akting dari para pemeran yang epik

© Kuman Pictures

Pengambilan gambar yang dilakukan Ng Ken Kin tergolong sangat baik, ia mengambil sudut-sudut yang tidak monoton dan enak dilihat mata. Segi artistiknya pun sangat terlihat detil, penggunaan rumah panggung tradisional Melayu yang berada di sebuah desa terpencil, dengan perabotan tua yang digunakannnya, membuat kita bisa merasakan nostalgia kampung halaman.

Tidak hanya itu, adegan tragedi penembakan dan sandera rumah Mr. Wong dilakukan dengan one-shot, akan membuat para penonton terbawa emosi. Kita juga akan melihat saat Fredy Chan yang mempunyai berwatak keras saat menjadi seorang bapak yang egois, namun bisa luluh saat menghadapi Panda.

Chemistry Fredy Chan dengan pemain lainnya seperti Mayjune Tan yang berperan sebagai istrinya menimbulkan adegan yang humoris saat Fredy Chan bertanya kepada Mayjune Tan mengenai soal makanan yang diberikan gadis Melayu berbaju Panda yang diperankan oleh Qaidah Marha, apakah makanan tersebut merupakan makanan halal atau tidak.

Bahkan saat Fredy Chan melemparkan lelucon kepada gadis Melayu itu, dan menakutinya dengan ular, sangat menggelitik perut. Terakhir, dimana naluri seorang ayah yang dimiliki oleh Fredy Chan sangat menguras emosi, di mana putri kesayangannya yang diperankan Shareen Yeo beserta gadis Melayu itu selamat dari ancaman sekelompok tentara bengis, hingga ia mengorbankan nyawanya.

Kesimpulan

© Kuman Pictures

Pendatang (2023) merupakan film yang sangat berani mengangkat tema rasisme, di saat berbagai rumah produksi film lainnya jarang mengangkat tema tersebut. Ng Ken Kin menggunakan idenya yang sangat cerdas untuk tidak mengkomersialkan film yang dia buat, dan ditayangkan di platform YouTube, agar pesan dalam film tersebut sampai kepada para penonton.

Alur cerita yang sarat dengan ketegangan ini terjaga hingga akhir. Chemistry di antara pemerannya sangat kuat, termasuk Fredy Chan yang memiliki naluri keayahan yang kuat dan membuat para penonton menempatkan empati terhadap yang dialami oleh Mr. Wong dengan keluarganya.

Bahkan, secara tidak langsung film ini memberikan pesan kepada para penonton untuk tidak melakukan hal yang semena-mena terhadap orang yang tidak bersalah, serta harus meningkatkan rasa toleransi terhadap manusia yang memiliki perbedaan etnik maupun keyakinan, agar dapat hidup dengan tentram dan damai, tanpa adanya pertikaian.

Secara keseluruhan, Pendatang membuat kita banyak belajar melihat bagaimana rasisme yang ada di tempat lain dan bagaimana mereka mengatasinya. Secara tidak langsung, film ini membuat kita berempati kepada sesama dan lingkungan di mana kita tinggal.

Film ini sangat direkomendasikan bagi semua umur, namun bagi mereka yang masih berusia 13+, perlu adanya pengawasan dari orang tua dan guru.

 

Director: Ng Ken Kin
Cast: Fredy Chan, Mayjune Tan, Shareen Yeo, Kyzer Tou, Grace Ng, Qaidah Marha
Duration: 99 Minutes
Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Pendatang

7.6 Score

Pendatang mengisahkan repotnya sebuah keluarga Tionghoa menghadapi tentara saat tahu rumahnya dijadikan tempat bersembunyi anak Melayu

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version