“Untuk apa dipertahankan kalo gak ada satu dari kita yang bahagia,” – Ambar (Noktah Merah Perkawinan).
Setelah sukses dengan film horornya yang baru saja tayang di awal bulan Agustus lalu, kali ini, Rapi Film kembali memproduksi film terbarunya dengan genre drama berjudul Noktah Merah Perkawinan.
Diadaptasi dari sinetron legendaris tahun 1996 dengan judul yang sama, Noktah Merah Perkawinan menggaet sutradara muda Sabrina Rochelle Kalangie (‘Terlalu Tampan’) dan Titien Wattimena (‘June & Kopi’) sebagai penulis skenarionya.
Remake tersebut juga dibintangi oleh sederet aktor-aktris papan atas seperti Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara, serta membawa kembali pemeran utama dalam sinetron aslinya, Ayu Azhari.
Fun fact, menurut Gope T. Samtani, pendiri rumah produksi Rapi Film dalam Press Conference-nya, Noktah Merah Perkawinan merupakan sinteron pertama Rapi Film. Dengan diangkat kembalinya judul tersebut ke layar lebar, apakah Noktah Merah Perkawinan dapat menyusul kesuksesan versi sinetronnya?
Sinopsis
Noktah Merah Perkawinan menceritakan kehidupan rumah tangga Ambar (Marsha Timothy) dan Gilang (Oka Antara) yang sedang diterpa cukup banyak masalah dalam pernikahan mereka yang telah menginjak 11 tahun. Apalagi setelah pertengkaran hebat akibat campur tangan kedua orang tua mereka, komunikasi antara sepasang suami istri tersebut tidak berjalan dengan baik.
Gilang yang bekerja sebagai Lanskap Arsitek tak segaja berkenalan dengan Yuli (Sheila Dara), yang merupakan murid Ambar di workshop keramiknya. Yuli membawa kenyamanan yang telah lama hilang bagi Gilang, begitu pula sebaliknya. Hubungan antara Gilang, Ambar, dan Yuli yang juga telah mempunyai pacar menjadi semakin rumit.
Mempunyai sentuhan baru dari versi sinetronnya
Meskipun merupakan remake dari sinetron lawas, film ‘Noktah Merah Perkawinan’ mempunyai sentuhan baru yang membuatnya berbeda dari versi aslinya. Sutradara dan scriptwriter-nya mengubah profesi dari karakter-karakter utama dalam cerita ‘Noktah Merah Perkawinan’.
Jika pada versi sinetron, Gilang Priambodo adalah penerus perusahaan ayahnya, kali ini ia bekerja sebagai arsitektur lanskap. Begitu juga dengan Ambar. Pada versi sinetronnya, Ambar merupakan ibu rumah tangga yang kembali menjadi model dan ditentang keluarganya. Sedangkan pada versi film, Ambar adalah seniman keramik.
Alur ceritanya pun dibuat berbeda dari sebelumnya, dan dimodifikasi agar menyesuaikan dengan zaman sekarang, dan bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik generasi muda, orang-orang yang belum menikah, atau bahkan mereka yang tidak pernah menonton sinetronnya sebelumnya.
Bukan hanya sekadar film tentang orang ketiga
Isu perselingkuhan memang tak pernah tidak menjadi topik hangat dan selalu menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kalau cuma sekadar membaca sinopsis maupun melihat trailernya, pasti kita membayangkan sebuah hubungan yang hancur karena datangnya orang ketiga. Tapi, bukan itu value yang ingin diangkat film ‘Noktah Merah Perkawinan’.
Orang ketiga bukan konflik utama dalam film ini. Dari awal hingga akhir, masalahnya memang jelas: hubungan dan komunikasi Ambar dan Gilang yang bermasalah, titik. Sejak awal film dimulai, penonton tanpa basa basi sudah berada di antara hubungan yang retak antara sepasang suami istri tersebut, yang lambat laun akan mengarah ke perselingkuhan.
‘Noktah Merah Perkawinan’ juga membawa banyak sudut pandang dari sebuah drama rusaknya sebuah rumah tangga dengan karakter-karakter kuatnya. Selain sudut pandang suami-istri, film tersebut dengan halus membawakan sudut pandang dari kacamata sang “orang ketiga” (Yuli) tanpa membuat penonton menghakimi sikapnya. Belum lagi dengan sudut pandang sang anak, yang mulai mengetahui permasalahan orang tuanya.
Keramik dan Tanaman jadi simbol hubungan
Dirombaknya profesi kedua tokoh utama di film ini juga bukan hanya sekadar tempelan. Profesi Ambar sebagai Pengrajin keramik dan Gilang sebagai Lanskap Arsitek juga ambil bagian dari kisah mereka. Kedua profesi itulah yang mengantarkan Yuli ke depan pintu rumah tangga mereka. Bahkan keramik dan tanaman dengan baik ikut andil dalam menggambarkan hubungan dan perasaan Ambar dan Gilang.
Ambar, yang menggunakan keramik sebagai metafora saat mengatakan “Menghias apa yang bisa dihias” yang sebenarnya mengarah kepada hubungannya, hancurnya clayyang ia buat saat hubungan mereka memanas, dirinya yang kembali mencoba membuat ulang clay rusaknya saat ingin mencoba kembali memperbaiki hubungannya dengan Gilang, hingga akhirnya clay tersebut menjadi keramik indah di akhir cerita.
Begitu juga sebaliknya dengan Gilang, pekarangan di halaman rumah Ambar dan Gilang menjadi simbol rumah tangga mereka. Betapa ironisnya seorang Lanskap Arsitek yang memiliki peran untuk menata dan menghias sebuah taman, namun tak bisa menata rumah tangganya sendiri. Gilang memilih menghias taman di luar bersama Yuli, sementara mengabaikan taman miliknya dan Ambar di dalam rumahnya sendiri.
Selain Gilang, ironis juga datang dari peran cameo Ayu Azhari yang menjadi konsultan pernikahan yang membantu pasangan mengurusi masalah rumah tangga mereka, sementara rumah tangganya sendiri hancur. Menyiratkan bahwa tidak ada sebuah hubungan yang sempurna, dan betapa sulitnya mempertahankan sebuah hubungan bahkan dari orang-orang yang kita anggap sempurna.
Dialog ikonik “Tampar mas tampar!”
Dulu, ada satu adegan yang sangat ikonik dan populer dalam sinetron ‘Noktah Merah Perkawinan’ yaitu di mana Gilang Priambodo yang diperankan oleh Cok Simbara menampar Ayu Azhari yang memerankan Ambar dengan dialog legendarisnya, “Tampar mas tampar!”. Tak ingin menghilangkan adegan ikonik tersebut, Sabrina dan tim kembali menghadirkan dialognya, yang lagi-lagi terbukti berhasil menjadi highlight di film ini.
Membahas adegan di mana dialog itu ditempatkan, adegan klimaks di dapur saat perseteruan Ambar dan Gilang pecah, benar-benar menjadi adegan terbaik sepanjang film. ‘Noktah Merah Perkawinan’ sukses membangun emosi penonton dengan sangat baik melalui presepsi-presepsi Ambar yang menumpuk hingga akhirnya menjadi bom waktu yang kemudian meledak.
Dialog yang powerful, akting top notch dari kedua tokoh utama Marsha Timothy dan Oka Antara, skoring maupun musik latar belakang, dan pergerakan kamera dengan sempurna mengeksekusi adegan yang sangat berkesan tersebut.
Kesimpulan
Jika ada 3 kata untuk menggambarkan film tersebut: sederhana, indah, dan emosional. Kalo kalian berpikir ‘Noktah Merah Perkawinan’ hanya ditujukan untuk penonton yang sudah berumah tangga, sudah pasti jawabannya salah. Dengan banyak sudut pandang dari karakter-karakter lain yang tidak hanya terpaku oleh pasangannya saja, menjadikan film ini bisa disaksikan, bahkan mungkin bisa relate ke dalam kehiudpan para penontonnya.
Semua aspek dieksekusi dengan sangat baik hingga sampai ke penontonnya, akting luar biasa dari para pemainnya, frame by frame yang cantik dari tim editing dan tim di balik kamera, color grading yang sejuk, naskah matang dengan dialog indah dan powerful, menjadikan film ‘Noktah Merah Perkawinan’ sebagai salah satu drama terbaik di tahun ini yang penayangannya wajib dinantikan.
Director: Sabrina Rochelle
Cast: Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara, Roy Sungkono, Jaden Ocean, Alleyra Fakhira, Nazira C. Noer, Ayu Azhari
Duration: 119 minutes
Score: 8.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Noktah Merah Perkawinan (2022)
Jika ada 3 kata untuk menggambarkan film tersebut: sederhana, indah, dan emosional. Kalo kalian berpikir ‘Noktah Merah Perkawinan’ hanya ditujukan untuk penonton yang sudah berumah tangga, sudah pasti jawabannya salah. Dengan banyak sudut pandang dari karakter-karakter lain yang tidak hanya terpaku oleh pasangannya saja, menjadikan film ini bisa disaksikan, bahkan mungkin bisa relate ke dalam kehiudpan para penontonnya.