“Lu udah dapat pekerjaan jadi Marbot. Lu pikir pekerjaan Marbot pekerjaan sembarangan?” – Nyak (Marbot, 2024)
Di penghujung Agustus ini, di saat KlikFilm mengeluarkan logo terbarunya, kembali merilis satu film originalnya yang sempat luput dari perhatian.
Film dengan judul Marbot, yang seperti namanya, merupakan penjaga dan orang yang membersihkan tempat ibadah, juga mengurus sesuatu yang berkaitan dengan ibadah termasuk azan atau menjadi imam cadangan.
Profesi mulia ini seringkali dipandang sebelah mata, namun jadi isu utama dalam film yang dibintangi Annisa Trihapsari dan M. Zayyan Sakha.
Sinopsis
Narasinya sangat sederhana, Malik (M. Zayyan Sakha) baru saja pulang ke rumahnya setelah enam tahun sekolah di pesantren. Ia disambut ibunya (Annisa Trihapsari) dan mendapati kalau musholla di kampung nya tidak terurus dengan baik sejak ayah Malik meninggal.
Ayahnya memang merupakan Marbot di kampung tersebut dan setelah ia meninggal, ibunya lah yang menggantikan posisi tersebut. Keengganan warga untuk menjadi Marbot menjadi kekuatiran ibunya dan Malik menyerukan azan untuk mengantikan sementara karena yang bersangkutan sedang sakit.
Namun, Malik ingin melanjutkan kuliah, sedangkan ibunya menginginkan Malik untuk menjadi Marbot untuk menggantikan posisi almarhum ayahnya. Konflik keduanya seolah tak ada habisnya dan masing-masing menyatakan argumennya.
Di satu sisi Malik membuat bangga ibunya karena berhasil mengajak warga terutama anak remajanya untuk kembali sholat di mushola dan membuat suasana kembali seperti sedia kala. Apakah Malik berhasil mewujudkan cita-citanya untuk kuliah atau harus mengikuti anjuran ibunya menjadi Marbot?
Cerita Ringan dengan Narasi yang Sederhana
Film ini tampil sangat sederhana, baik lewat isunya, dialog dengan logat Betawi yang digunakan, menyiratkan kalau kampung ini berlatar di pinggiran Jakarta. Rano Karno yang menjadi produser sekaligus penulis film, makin menguatkan nuansa Betawi yang perlahan mulai hilang dari layar kaca.
Kesederhanaan narasi ini dikuatkan dengan dialog yang intens antara Malik dan ibunya, mirip dengan apa yang kita lihat di serial Si Doel.
Kekurangannya ada di konfliknya yang relatif tidak tajam, namun terlihat lebih personal dan mengedepankan emosi ibu dan anak.
Interaksi menarik dengan warga yang melintas, juga dengan sejumlah bocil diwarnai dengan dialog kekinian dan game online yang mereka mainkan di gawai. Hal tersebut membuat film ini tidak terasa old school dan relate dengan permasalahan yang diangkat.
Kesimpulan
Sebagai sebuah film original, Marbot bukanlah film biasa yang kita tonton sehari-hari. Film ini menyelipkan pesan moral tentang pentingnya profesi Marbot di era modern. Era yang membuat semua orang berpaling dari tempat ibadah dan berusaha mendekatkan semua yang jauh untuk kembali lagi.
Director: Ario Rubbik
Cast: Zayyan Sakha, Annisa Trihapsari, Syahwa Larisa, Ucup Supriadi
Duration: 89 minutes
Score: 7.2/10
WHERE TO WATCH
The Review
Marbot
Malik yang pulang setelah mondok selama enam tahun, merasa kecewa karena ia tidak bisa melanjutkan kuliah dan malah disuruh menjadi Marbot oleh Nyak yang dianggapnya sebagai pekerjaan warisan keluarga. Malik mencoba mencari cara untuk menghidupkan kegiatan Masjid sebagai Marbot, sambil belajar dan mengumpulkan uang untuk berkuliah.