“Alam mimpi itu bisa jadi tempat yang berbahaya kalau gak hati-hati,” – Wulan (Malam Pencabut Nyawa, 2024)
Minggu ini kita kedatangan dua film Indonesia terbaru, Tuhan Izinkan Aku Berdosa dan Malam Pencabut Nyawa. Karena Tuhan Izinkan Aku Berdosa sudah pernah diulas Cineverse beberapa waktu lalu, kini giliran Malam Pencabut Nyawa akan diulas secara komprehensif.
Film yang mempunyai judul internasional Respati ini disutradarai Sidharta Tata yang sebelumnya kita kenal lewat Waktu Maghrib dan Ali Topan yang dirilis pada tahun 2023.
Kini di film horor terbarunya, ada yang berbeda dari karya Sidharta Tata ini. Film yang merupakan alih wahana dari novel berjudul Respati karya Ragil J.P yang terbit pada 2021 silam ini memang sangat unik penggarapannya.
Walaupun bergenre horor, Malam Pencabut Nyawa sarat dengan elemen misteri, fantasi dan sedikit berbau superhero yang tentunya sangat menggelitik rasa penasaran kita. Seperti apakah filmnya kali ini? Cineverse akan mengulasnya di bawah ini.

Sinopsis
Respati (Devano Danendra), seorang siswa SMA di Jogjakarta, menderita insomnia setelah kematian tragis orang tuanya. Kematian itu membuatnya mendapatkan teror saat ia tertidur. Ia lantas bermimpi tentang pembunuhan brutal yang dilakukan oleh seorang perempuan yang misterius.
Namun, ia tidak tahu kepada siapa lagi harus menceritakan hal tersebut. Repati berpikir kalau itu hanya terjadi dalam mimpinya saja, sampai ia bertemu Wulan (Keisya Levronka), salah seorang murid sekelasnya yang baru saja pindah dari Jakarta.
Wulan ternyata mengetahui kalau Respati ternyata mempunyai mimpi buruk dan memberitahunya kalau orang-orang dalam mimpi itu benar-benar mati di dunia nyata.
Wulan juga membantunya menggali kemampuan lainnya yaitu menjelajahi alam mimpi, di mana ia melihat orang-orang yang dikenal dan dicintainya berhadapan dengan kematian.
Respati harus mengungkap misteri yang mengganggu dirinya. Siapa yang melakukan hal tersebut dan mengapa harus dirinya yang harus mendapat teror menakutkan itu?

Narasinya bukan sekedar horor belaka
Malam Pencabut Nyawa bukanlah film horor yang menyandarkan narasinya pada reliji atau jumpscares belaka, namun film ini mempunyai narasi yang jauh lebih berkembang dari film horor Indonesia pada umumnya.
Narasi film ini jauh lebih kompleks karena menggunakan kilas balik yang secara progresif mengembangkan eksposisi karakter utamanya lebih dalam. Kita akan melihat betapa depresifnya Respati menghadapi teror yang seolah tak ada habisnya dalam mimpinya tersebut.
Teror ini datang lewat nuansa horor yang dibalut misteri yang dikembangkan secara perlahan di paruh pertama, dan pada paruh keduanya, kita akan melihat misteri ini kian intens yang dihadirkan lewat balutan aksi dan fantasi bak film superhero menjelang konklusi berakhir.
Visualisasi dan skoringnya mengagumkan

Banyak shot-shot sulit coba dihadirkan Sidharta Tata di film ini dan membuatnya berada di level yang jauh di atas film horor Indonesia pada umumnya.
Dua adegan menarik hadir saat Respati membuka pintu kamar dan ternyata langsung menuju ke jalan raya tepat di kejadian yang membuatnya trauma, dan adegan menarik lainnya muncul saat kamera menyorot ruangan yang berputar 360 derajat di kamar Respati, mengingatkan kita pada adegan di Inception (2010) yang disutradarai Christopher Nolan.
Peralihan dunia realita dan mimpi juga dieksekusi dengan transisi yang mulus, membuat narasi yang hadir berjalan tanpa kesan ‘jumping.’ Skoringnya pun sangat baik, dan tidak terlalu over powering dalam adegan yang diwakilinya. Salah satu skoring yang muncul mengingatkan Cineverse pada theme song Interstellar (2014), karena kemiripannya, buat mereka yang familiar pasti langsung mengenalinya.
Make-up, desain produksi, dan efeknya digarap serius

Tak hanya sinematografi dan skoringnya, make-up dan desain produksinya juga digarap sangat serius. Sosok makhluk antagonis yang muncul benar-benar baru, dan sangat menyeramkan.
Perwujudan jenglot berukuran mini yang direpresentasikan dalam wujud manusia normal ternyata memang sangat menakutkan, dengan gigi panjang dan tajam berderet atas dan bawah akan membuat siapapun yang melihatnya ketakutan.
Desain produksinya pun senada, alam nyata dan alam mimpi dikerjakan dengan cermat, terutama visualisasi alam mimpinya yang sekilas mengingatkan kita pada karya Tim Burton, yang dominan gelap dan menyeramkan (walaupun di film ini tone-nya berwarna biru tua).
Penggunaan ‘practical effect’ yang terlihat keren saat kejadian di kelas, mungkin salah satu yang terbaik di film ini dan akan membuat kita takjub melihatnya. Tak hanya ‘practical effect’, penggunaan CGI di alam mimpi menjelang konklusi pun tak terlihat murahan dan amat meyakinkan.
Kesimpulan

Malam Pencabut Nyawa mungkin akan mengejutkan para pecinta film horor karena kemasannya yang tidak biasa. Film ini tak hanya menjual nuansa horornya saja, namun juga misteri, aksi dan fantasi yang jarang ada di Indonesia. Akting Devano dan Keisya pun juga amat dalam, dan chemistry keduanya juga terjalin baik.
Eksekusinya digarap sangat serius, dan Sidharta Tata berani bereksperimen dengan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya, dan hasilnya luar biasa.
Buat kamu yang bosan dengan film horor yang itu-itu saja, apalagi selalu menggunakan latar reliji dan jumpscares, film ini sangat direkomendasikan Cineverse. Jangan lupa ada ‘post credit scene’ menarik di film ini. Tonton segera Malam Pencabut Nyawa di bioskop terdekat di kota kamu.
Director: Sidharta Tata
Starring: Devano Danendra, Keisya Levronka, Mikha Hernan, Fajar Nugra, Ratu Felisha, Budi Ros, Kiki Narendra
Duration: 112 Minutes
Score: 8.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Malam Pencabut Nyawa
Malam Pencabut Nyawa mengisahkan seorang remaja SMA bernama Respati yang mengalami insomnia setelah kematian orang tuanya dan menyaksikan kematian dalam mimpinya