“Warga desa sini percaya satu ramalan hendak datang seorang perempuan dari sebarang pulau yang hendak menyempurnakan kekuatan sekutu iblis,” – Mina Uwe (Kuyang, 2024)
Setelah minggu kemarin kita dihadirkan film horor dengan judul Pasar Setan, kini film horor Indonesia terbaru lainnya akan hadir minggu ini. Film berjudul Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai atau kita sebut saja Kuyang, diputar perdana saat media screening yang diadakan di Jakarta (5/3).
Film ini dialihwahanakan dari novel karya Achmad Benbela yang rilis pada 2021 dengan judul Kuyang: Sekutu Iblis Yang Selalu Mengintai.
Dalam mitos yang seringkali muncul, kuyang adalah nama hantu yang melegenda di Pulau Kalimantan (walaupun di banyak daerah, sosok kuyang ini hadir dengan nama berbeda).
Kuyang biasanya berwujud wanita yang bisa melepas kepala dari bagian tubuhnya dan terbang bersama organ tubuhnya seperti jantung, hati, usus dan ginjal. Apabila kuyang terbang di malam hari, biasa ada semacam cahaya merah atau api kecil yang mengikutinya.
Apakah film ini akan sesuai dengan mitos yang selama ini kita dengar?
Sinopsis
Bimo (Dimas Aditya) yang sedang menata hidupnya bersama istrinya Sriatun (Alyssa Abidin), memutuskan untuk menjadi PNS dan ditugaskan di sebuah desa di pedalaman sebagai guru SD dengan membawa serta istrinya Sriatun (Alyssa Abidin), yang menolak untuk ditinggal bersama orang tua Bimo di Jawa.
Sejak kedatangan mereka di desa tersebut, kejadian-kejadian aneh mulai mereka alami. Sriatun dan Bimo merasa ada yang selalu mengawasi mereka, terutama sepasang pasutri manula, Bue Alang (Egy Fedly) dan Tambi Nyai (Elly Luthan).
Bimo yang mengetahui masa lalu kelam desa dari orang-orang setempat mulai khawatir, terlebih lagi Tambi Nyai diketahui menguasai ilmu Kuyang yang mengincar Sriatun yang tengah hamil untuk dijadikan korban. Namun, kepala sekolah Pak Kasno (Totos Rasiti) berusaha menenangkannya agar tidak perlu berpikir berlebihan.
Keesokan harinya, mereka tetap diteror dan Sriatun mulai merasa ada yang mengikutinya dari dekat. Tingen (Andri Mashadi) yang merupakan warga lokal yang istri dan anaknya pernah menjadi korban Kuyang, memberi perlindungan di sekitar rumah mereka.
Pak Kasno lantas membawa mereka ke Kepala Desa (Indra Pacique) yang memperkenalkan mereka kepada dukun lokal, Mina Uwe (Putri Ayudya) yang mencoba menolong mereka dari serangan Tambi Nyai. Bisakah mereka menyelamatkan diri dari teror Tambi Nyai yang terus menerus mengejar mereka?
Legenda urban yang dieksekusi secara apik
Sutradara Yongki Ongestu yang sebelumnya pernah menggarap Tarian Lengger Maut (2020) tetap konsisten dengan visualisasinya yang tidak monoton dan bisa menghantarkan nuansa keseraman di sepanjang film, terlebih saat Bimo dan Sriatun diteror di rumahnya saat malam hari dan menjelang konklusi.
Skoringnya sebenarnya cenderung monoton dan tidak variatif, namun sudah cukup memberi ketegangan di saat yang dibutuhkan. Desain produksinya juga dibangun dengan baik, dengan kalkulasi yang cermat agar blocking pemain bisa bergerak tanpa menggangu pergerakan kamera.
Efek CG-nya walaupun terlihat murah, terutama saat rumah terbakar dan saat kepala terputus dari badan, tapi masih terlihat meyakinkan.
Narasinya menarik dan dibawakan dengan aksen baru
Salah satu hal yang perlu dicermati adalah penggunaan bahasanya yang menggunakan dialek baru yang ternyata khusus dibuat untuk dibuat untuk film ini. Terdengar seperti logat Banjar, tapi ternyata bukan.
Rasanya menarik kalau film ini dibuat universe baru dengan benang merah yang bisa diaplikasikan di film-film selanjutnya. Alur ceritanya juga menarik, dengan menyelipkan twist yang tidak akan kita sangka-sangka sebelumnya.
Akting para pemain dan chemistry-nya berjalan sebagaimana mestinya
Akting para pemainnya termasuk baik, dengan chemistry yang menyatu di antara mereka semua. Totos Rasiti walaupun tampil serius, tapi terkadang mengundang gelak tawa lewat ekspresi wajahnya.
Putri Ayudya tak usah dipertanyakan lagi kualitasnya, ia selalu tampil prima di semua peran yang ia mainkan di tiap film. Begitu pula dengan Dimas Aditya dan Alyssa Abidin juga tampil baik sebagai pasutri.
Kesimpulan
Sebagai sebuah film yang mengangkat legenda urban ke layar lebar, Kuyang ternyata bisa tampil baik di beberapa aspek krusial yang selama ini menjadi titik lemah banyak film. Alur ceritanya menarik, dengan twist yang cukup mengejutkan.
Ada beberapa adegan yang penempatannya kurang tepat, tapi hal itu minor saja. Kuyang hadir tak semata menjual kisah horor belaka, film ini tetap menyelipkan sedikit kearifan lokal yang unik, seperti misalnya menaburkan sisa makanan yang kita makan ke luar rumah, agar apa yang kita peroleh dari alam, dikembalikan lagi ke alam.
Sebuah tradisi yang mungkin jarang kita dengar bagi kita yang tinggal di wilayah perkotaan.
Kuyang akan hadir di serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 7 Maret 2024.
Director: Yongki Ongestu
Cast: Alyssa Abidin, Dimas Aditya, Putri Ayudya, Elly Luthan, Egy Fedly, Totos Rasiti, Andri Mashadi
Duration: 97 Minutes
Score: 7.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Kuyang
Kuyang mengisahkan Bimo yang ditugaskan ke pedalaman dan membawa istrinya, Sriatun yang tengah hamil. Kejadian aneh mulai terjadi sejak kedatangan mereka