Review Kembang Api (2023)

“Kalau tua boleh nyerah?” – Raga (Kembang Api)

Falcon Pictures kembali menghiasi perfilman Indonesia dengan film adaptasi berjudul ‘Kembang Api‘. Film yang disutradarai oleh Herwin Novianto ini mengadaptasi film ‘3ft Ball and Souls’ dari jepang karya Yoshio Kato. Dalam Gala Premier yang dilangsungkan pada 22 Februari lalu, Yoshio Kato menghadiri dan menonton film ‘Kembang Api’ bersama para pemain dan filmaker film ‘Kembang Api’. 

Sinopsis

‘Kembang Api’ menceritakan kisah empat orang yang tergabung dalam sebuah grup online untuk bunuh diri, grup kembang api. Mereka menggunakan nama samaran seperti Langit Mendung (Donny Damara), Tengkorak Putih (Marsha Timothy), Anggrek Hitam (Ringgo Agus), dan Anggun (Hanggini).

Keempat orang ini bertemu dalam sebuah gudang untuk meledakkan sebuah bola kembang api raksasa dan bunuh diri bersama. Namun, entah kesialan atau anugrah, mereka terjebak dalam time loop yang membuat mereka berkali kali kembali ke awal pertemuan mereka. Akankah mereka berhasil bunuh diri?

Drama dengan humor ironi tentang bunuh diri

Mungkin sebagian drama tentang kesehatan mental mencoba menceritakan bagaimana kisah kisah menyedihkan dengan membawa penonton serius dan tegang mengikuti ceritanya. Namun, ‘Kembang Api’ membawa isu ini dengen menyelipkan humor ironi yang “gelap” tentang kehidupan dan kematian. 

‘Kembang Api’ menyisipkan beberapa dialog dan adegan yang mampu menghadirkan tawa miris ditengah-tengah penonton. Dari mulai bagaimana mereka frustasi dengan time loop  yang terjadi berulang kali, hingga sentilan-sentilan dari obrolan yang terjadi diantara mereka yang berusaha memecahkan misteri time loop yang terjadi. 

Meskipun mereka baru mengenal, nyatanya, ada banyak sekali obrolan yang terjadi dan membawa penonton sesekali mengangguk setuju dan merasakan perasaan para pemain. Permasalahan yang terjadi juga kerap terjadi di masyarakat, sehingga rasanya, film ini juga menjadi pengingat untuk penonton agar berhati-hati dan menghindari bunuh diri. 

Deretan pemain yang menyatu 

‘Kembang Api’ menjadi begitu hidup dengan pemilihan pemain yang cocok dengan perannya. Donny Damara, Marsha Timothy, Ringgo Agus, dan Hanggini, membawa kisah-kisah dalam karakter mereka dengan sangat baik. Masing-masing merepresentasikan keadaan yang banyak menjadi penyebab orang mengakhiri hidupnya.

Dengan karakter yang berbeda dan alasan yang beragam membuat karakter mereka perlahan bertumbuh, tentunya didukung oleh akting yang baik dari para pemain. Terjebak dalam time loop yang sebagian dialognya berulang, tidak membuat film ini terasa membosankan, salah satunya adalah karena pengambilan gambar yang berbeda beda dari tiap adegan.

Topik besar tentang kesehatan mental 

Banyak sekali film Indonesia saat ini yang mengangkat tema kesehatan mental dengan melibatkan remaja sebagai pemeran utama. Meskipun ‘Kembang Api’ juga menghadirkan seorang anak SMA sebagai salah satu pemeran utama, tiga karakter lainnya adalah orang dewasa, yang mana membuat film ini memiliki banyak representasi. 

Film ini menunjukkan bahwa semua orang, dengan apapun latar belakang dan kesuksesan mereka dalam karir dan kehidupan, tidak terlepas dari penyakit mental. Kehidupan yang tidak terus menerus berada di atas, kadang membuat sebagian orang putus asa dan mencoba mengakhiri hidupnya.

Di film ‘Kembang Api’ empat tokoh utama yang datang untuk bunuh diri dan mengalami time loop, mengalami masalah berat yang menurut mereka, kematian hanya satu-satunya jalan. Namun, apakah benar begitu?

Kesimpulan 

Menjadi adaptasi dari film ‘3ft Ball and Souls’, ‘Kembang Api’ terasa intens namun juga terselip komedi ironi yang membuat penonton tidak begitu merasa tegang. Drama yang cukup, penceritaan latar belakang yang jelas, serta akting para pemain yang baik, membuat ‘Kembang Api’ menjadi film dengan isu yang cukup berat, namun tetap bisa dinikmati tanpa merasa tegang dan membosankan. 

Director: Herwin Novianto

Cast: Hanggini, Donny Damara, Marsha Timothy, Ringgo Agus, Vino G. Bastian

Duration: 90 minutes

Score: 7.8/10