Review Snowdrop (2021)

Ketika Mahasiswa Jatuh Cinta dengan Agen Mata-Mata

“Harus kukatakan, kekuatan cinta memang hebat.” – Lee Eung-cheol (Snowdrop).

 

Kontroversi yang menyelimuti drama Korea ‘Snowdrop’ tak lantas memberhentikan stasiun televisi JTBC dan jajarannya menghentikan tayangan tersebut.

30 Januari kemarin, Snowdrop merampungkan dramanya yang berjumlah 16 episode dengan rating 3,4 persen. Angka tinggi itu membuktikan bahwa ‘Snowdrop’ tidak gentar menghadapi tuduhan yang menyerang mereka.

Drama yang dibintangi oleh Jung Hae-in dan Kim Ji-soo dari grup musik Blackpink ini sempat diisukan melakukan penyimpangan sejarah oleh beberapa pihak.

Pada saat masa pra-produksi, beredar sinopsis ‘Snowdrop’ yang bocor ke publik, menyebabkan banyak orang langsung mencekam JTBC dengan menyebutkan bahwa drama ini telah mencederai gerakan pro-demokrasi yang dilakukan di Korea Selatan tahun 1987 silam.

JTBC dengan cepat mengklarifikasi bahwa tuduhan yang dilayangkan ke pihak mereka itu salah dan mengatakan kalau ‘Snowdrop’ adalah sebuah drama satir yang menceritakan dua rezim otoriter Korea Utara dan Korea Selatan. Drama ini juga turut membawa alur romantis antara dua orang yang saling berkorban untuk cinta.

Hingga drama ini tayang, kontroversi masih terus berdatangan. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Berbagai langkah dicoba oleh JTBC untuk meredam suasana, salah satunya adalah langsung menayangkan tiga episode sekaligus. Meski demikian, petisi terus saja dilayangkan, meminta tayangan ini dihentikan.

Sinopsis

Kisah ‘Snowdrop’ dimulai di asrama putri milik Universitas Perempuan Hosu. Salah satu penghuninya, Eun Yeong-ro (Kim Ji-soo), mendapat panggilan telepon dari seorang lelaki yang mengajaknya bertemu untuk kencan buta bersama tiga teman lainnya.

Tak ingin datang sendiri, Yeong-ro pun mengajak dua temannya ke kencan buta tersebut. Sadar masih ada satu tempat tersisa, operator telepon di asrama itu, Gye Bun-ok (Kim Hye-yoon), membujuk Yeong-ro agar turut diajak. Mereka berempat pun berangkat.

Kencan buta itu mempertemukan Yeong-ro dengan satu lelaki yang menarik perhatiannya, Lim Soo-ho (Jung Hae-in). Soo-ho yang sedang membangun sesuatu dari kumpulan korek api, membuat Yeong-ro jatuh hati.

Pasca pertemuan itu, mereka kembali dipertemukan di sebuah toko kaset yang malah bikin Yeong-ro semakin salah tingkah ketika bertemu dengan Soo-ho. Lompat 6 bulan kemudian, asrama Universitas Perempuan Hosu tiba-tiba kedatangan agen ANSP (Agensi untuk Rancangan Keamanan Negara), Lee Gang-mu (Jang Seung-joo), dan sederet agen lainnya untuk menangkap mata-mata dari Korea Utara.

© JTBC

Mereka sedang dalam pengejaran dan meyakini bahwa ada satu yang lolos dan telah memasuki asrama tersebut. Saat proses pencarian berlangsung, tiba-tiba Yeong-ro bertemu kembali dengan Soo-ho yang sudah dilumuri darah, sedang mengumpat di kamarnya. Tanpa mengetahui bahwa ia adalah mata-mata dari Korea Utara, Yeong-ro dan teman satu kamarnya merawat Soo-ho sampai ia pulih, secara diam-diam.

Yang mereka tahu, Soo-ho adalah seorang aktivis Korea Selatan yang sedang dikejar-kejar oleh pemerintah. Selama pemulihan, Yeong-ro lebih sering menjadi orang yang merawat Soo-ho. Dari mulai mengobati luka, memberi makan, dll. Soo-ho yang merasa sudah harus bergabung kembali dengan teman mata-matanya, meminta tolong Yeong-ro agar dicarikan jalan keluar yang aman.

Mereka akhirnya berpisah dengan rasa cinta yang mulai timbul pada diri masing-masing.  Lagi-lagi, mereka kembali bertemu di asrama, namun dengan situasi yang lebih mencekam. Soo-ho dan mata-mata Korea Utara lainnya terperangkap oleh para agen ANSP di dalam asrama, memaksa mereka untuk menjadikan para mahasiswa dan karyawan di dalamnya sebagai sandera.

Keadaan pun berubah menjadi genting. Peristiwa penyanderaan ini menangkap perhatian para petinggi pemerintahan Korea Selatan, mengacaukan perjanjian yang hendak mereka lakukan dengan Korea Utara.  Penyanderaan ini pun berubah menjadi situasi yang rumit, sebab mereka harus mencari cara agar kesepakatan tersebut bisa tercapai.

Bidak catur di tengah permainan sengit

‘Snowdrop’ tak sepenuhnya menceritakan kisah roman antara cinta terlarang Yeong-ro dan Soo-ho. Ada sebuah kisah konspirasi yang melibatkan Korea Selatan dan Korea Utara yang sedang melakukan negosiasi alot untuk pemilihan presiden di tanah Selatan. Pemerintahan Korsel ingin tetap mempertahankan kekuasaannya dengan cara bersekongkol bersama Korut.

Begitu peristiwa penyanderaan terjadi, mereka terpaksa merundingkan kembali hasil dari kesepakatan dan bersikukuh agar bisa tetap terwujud. Mereka yang terperangkap di dalam tidak hanya para sandera, melainkan para mata-mata Korut yang ternyata juga dipermainkan oleh petingginya bagaikan bidak catur. Rela nasibnya dipindah-pindah begitu saja untuk kepentingan semata.

Beberapa kali para mata-mata terlibat pada perdebatan mengenai ideologi, si pembangkang melawan si penurut. Nilai-nilai yang mereka pegang sejak dulu mulai dipertaruhkan di dalam asrama itu. Mereka sama-sama keras kepala, saling berpegang teguh terhadap keyakinan masing-masing.

© JTBC

Berbicara mengenai ideologi, penulis skrip Yoo Hyun-mi juga menyinggung bagaimana mereka yang menganut paham Marxisme adalah musuh pemerintahan otoriter Korsel. Tak segan-segan mereka rela menyiksa siapapun yang pernah bersinggungan dengan paham tersebut, sampai tidak lagi berdaya. 

Bentuk otoriter itu turut terlihat dari bagaimana aksi represif pemerintahan terhadap pers yang berulang kali dibungkam. Mereka semua dipaksa patuh pada satu arahan. Bagi yang coba-coba menyeleweng, siap-siap disiksa di dalam bak kamar mandi.

Di sisi lain, agen ANSP yang terkurung di asrama, Lee Gang-mu, juga merasakan hal serupa. Ia skeptis terhadap rencana pembebasan para sandera yang tak kunjung terjadi, mencurigai ada seekor udang di balik batu.  Omongan manis mereka para penguasa di depan televisi dan radio, ternyata berbanding terbalik dengan aksi yang sebetulnya dilakukan.

Satu-satunya cara yang harus ia lakukan adalah berjuang dengan para sandera melawan para penyekap. Walau demikian, ketika sang agen dan para mata-mata dihadapi situasi dilematis, pertimbangan untuk bekerja sama melawan tindakan para petingginya menjadi terbuka lebar. Satu pelajaran yang mungkin ingin disampaikan oleh ‘Snowdrop’ adalah jangan menaruh kepercayaan begitu gampang pada seseorang. Semua orang, bahkan yang ada di dekatmu, bisa saja berkhianat.

Kepercayaan tidak diberi dengan mudah. Maka dari itu, penting menjaga pemberian tersebut dengan tidak mencederainya. Berkali-kali Eun Chang-su (Heu Jun-ho), kepala dari ANSP, menjanjikan untuk membebaskan para sandera. Namun, berulang kali juga ia ingkar dari perjanjian tersebut yang mengakibatkan kegagalan total pada rencana tersebut. Ini juga yang akhirnya menyebabkan timbul kecurigaan dari Gang-mu.

Durasi panjang 

‘Snowdrop’ memiliki rata-rata durasi 80 menit pada setiap episode. Dengan durasi yang nyaris menyentuh angkat setengah jam, penonton pasti bisa saja merasa bosan di tengah tayangan dan tidak memperhatikan beberapa adegan. Padahal, banyak percakapan dari drama ini yang sayang untuk dilewatkan. 

Dari mulai percakapan antara para mahasiswa yang saling meledek, lalu kekonyolan para petinggi pemerintahan, hingga ketika Yeong-ro dan Soo-ho terlibat adegan berdua. Masing-masing memiliki level menarik yang berbeda-beda, tapi masih menjadikan interaksi mereka patut disimak secara khidmat. 

Walau begitu, tetap saja ini menjadi salah satu kelemahan dari ‘Snowdrop’. Untuk beberapa karakter, kadang percakapannya terasa berlarut-larut. Pembicaraan yang sebenarnya bisa disudahi, dibuat menjadi lebih panjang lagi.

© JTBC

Karakter seperti Chang-su juga memiliki kecenderungan inkonsistensi. Ketika ia sedang bersama petinggi partainya, Nam Tae-il (Park Sung-woong), ia terlihat sangat serius dan menyeramkan. Ialah sang figur otoriter di balik pembungkaman para pers yang beberapa kali terlibat di posisi hidup dan mati.

Tetapi, beberapa episode kemudian, kita akan melihat dia sedang melakukan kekonyolan dengan Tae-il karena masalah kecil. Kekonyolan itu mereka perlihatkan dengan bertengkar seperti anak kecil. Image yang dibawa dari awal episode pun seketika memudar, tetapi dihidupkan kembali di beberapa adegan berikutnya.

Kelemahan dari segi konsistensi cukup tertutupi dengan banyaknya adegan laga. Tembak menembak antara militer dengan para penyekap kerap tersaji di drama ini. Asrama Universitas Putri Hosu diperlihatkan hancur di setiap sudutnya akibat serangan masif dari kedua sisi.

Belum lagi jika bom sedang diledakkan. Banyak sekali keindahan dari sisi action drama ini, terlebih ketika sudah menunjukkan kejadian pasca penyerangan. Pecahan ada dimana-mana, serpihan hiasan berserakan tumpah ruah di lantai, dan lain-lain.

Bukan Ji-soo yang mencuri perhatian

Tidak bisa dipungkiri, penampilan Hae-in dengan Ji-soo di ‘Snowdrop’ memang patut diberi jempol. Mereka berhasil menunjukkan seberapa desperate-nya karakter Soo-ho dan Yeong-ro ingin mempertahankan hubungan yang sejak awal memang sudah sulit untuk dijalankan.

Mereka, dengan permainan emosional yang menggebu-gebu, sukses menghanyutkan penonton ke dalam hubungan romantis mereka berdua.

Namun, karakter Hye-yoon sebagai Bun-ok yang saya rasa pantas mendapatkan penghargaan paling mencuri perhatian. Sejak awal, Bun-ok yang memang bukan mahasiswi dari asrama tersebut, diceritakan selalu mencuri barang-barang milik teman-temannya Yeong-ro. Ia ingin sekali bisa berpenampilan mewah seperti para mahasiswa di situ.

© JTBC

Seiring berjalannya drama, penonton juga akan dibuat geram dengan Bun-ok karena beragam kelakuannya. Bun-ok yang memiliki hubungan baik dengan Yeong-ro, seketika renggang setelah lelaki yang ia sukai, Soo-ho, terindikasi lebih memilih mahasiswa baru itu. Jadi, motif balas dendam Bun-ok sepanjang drama terlihat sangat jelas.

Berbagai keputusan Bun-ok juga kerap membuat penonton naik pitam. Ia iri ketika melihat para mata-mata tidak adil dalam membebaskan para sanderanya, lalu dengan lantang menyuarakan ketidaksukaannya. 

Apes, Bun-ok yang seharusnya juga diikutsertakan di daftar tersebut (nama dia belum dibacakan saat dia berteriak tidak suka), harus menelan pil pahit bahwa ia dan tahanan yang lain tak akan dibebaskan lagi karena melanggar satu peraturan yang ada, yaitu larangan berbicara. 

Kelakuan-kelakuan menjengkelkan seperti itulah yang membuat Hye-yoon pantas mendapat satu jempol lebih banyak dibanding duet Hae-in dan Ji-soo. Ia berhasil mengocok-ngocok emosi penonton, dari mulai kesal, hingga iba, sampai akhirnya kembali kesal lagi. 

Kesimpulan

Akhir kata, ‘Snowdrop’ yang sejak awal dibanjiri kontroversi, mampu menjawab tuduhan demi tuduhan dengan sajian tonton yang menggugah emosi serta rasa penasaran.

Seluruh jajaran artis dan kru berhasil menuntaskan drama yang sempat tertunda ini dengan eksekusi yang matang. 

© JTBC

Sesuai dengan pernyataan mereka di awal, ‘Snowdrop’ tidak mencederai gerakan pro-demokrasi yang terjadi di Korea Selatan pada 1987 silam.

Drama ini lebih memotret bagaimana dua penguasa sebuah negara, hanya ingin mengedepankan kepentingan pribadi mereka dibanding kelangsungan warga negaranya.

 

Director: Jo Hyun-tak

Episode: 16

Cast: Kim Ji-soo, Jung Hae-in, Yoon Se-ah, Ahn Dong-gu, Jung Shin-hye, Jung Yi-seo, Heo Nam-jun, Choi He-jin, Kim Hye-yoon, Park Sung-woong, Heu Jun-ho

Score: 7.8/10

WHERE TO WATCH

 

The Review

Snowdrop

7.8 Score

Ketika seorang pria berlumuran darah (Jung Hae-In) menerobos masuk ke asrama universitas wanita di Seoul, Korea, Eun Yeong-ro (Ji-soo) terpaksa menyembuhkan dan menyembunyikan pria itu dari para penyerangnya. Tanpa sepengetahuan Yeong-ro, pria itu memiliki rahasia mengerikan yang dapat mengancam keselamatan teman-teman dan keluarganya. Seiring berjalannya waktu, mulai muncul perasaan cinta dari mereka berdua.

Review Breakdown

  • Acting 9
  • Cinematography 7
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version