Review In the Name of God: A Holy Betrayal (2023)

Pembongkaran Sekte Sesat di Korea Selatan yang Memakan Banyak Korban

review in the name of god a holy betrayal 2023

© Netflix

Investigasi mendalam tentang banyaknya sekte sesat di Korea Selatan yang berkedok agama.

 

Hampir di setiap negara terdapat kepercayaan yang begitu menyimpang. Mengatasnamakan agama memang menjadi senjata yang tepat bagi orang-orang tersesat. Korea Selatan termasuk negara yang banyak akan hal tersebut. ‘In the Name of God: A Holy Betrayal’ yang dibuat Netflix menjadi saksi visual.

Rilis pada 3 Maret 2023, ‘In the Name of God: A Holy Betrayal’ menjadi banyak omongan karena terkuaknya sadisnya kedok agama di negara Korea Selatan yang terbilang sudah cukup modern. Belum ada seminggu, dokumenter ini sudah merangsek ke Top 10 acara Netflix yang paling banyak ditonton.

Sinopsis

Episode 1-3: JMS Church

Pada 3 episode awal, sekte yang dibahas adalah JMS atau Jeong Myeong-Soek. Seorang kepala gereja yang mendapat pengikut cukup banyak sejak 80an. RIbuan pengikutnya rela melakukan apa saja, karena JMS mendoktrin dengan agama dan mengaku sebagai Mesias atau Sang Juru Selamat baru.

© Netflix

Dalam dakwaannya JMS kerap kali melecehkan para pengikut perempuan muda. 10 tahun berada dalam jeruji penjara, tidak membuatnya kapok untuk melakukan pelecehan seksual. Para pengikutnya yang banyak membuat dirinya kembali memimpin Gereja JMS yang ternyata masih aktif. Dirinya bahkan tertangkap kembali di tahun 2022. Di internet pun sekarang masih banyak pengikutnya yang protes akan penangkapan JMS.

Episode 4: Five Ocean

Pada episode ke-4, terdapat kasus bunuh diri masal berjumlah 32 orang. Orang-orang yang diduga melakukan bunuh diri adalah anggota Five Ocean yang merupakan sebuah perusahaan yang dipimpin Park Soon-ja. Awalnya adalah perusahaan ini menerapkan sistem kreditur pada para pengikutnya, namun kepercayaan bahwa Park Soon-Ja adalah Dewi yang baik bagi mereka. Mereka rela berbuat apa saja dan menyerahkan uang berapapun. Dan akhirnya Five Ocean terjerat hutang milyaran Won yang menjadi motif utama bunuh diri.mereka.

Episode 5-6: The Baby Garden

© Netflix

Pada episode ke-5 dan episode ke-6, sebuah sekte dengan kepimpinan Kim Ki-Soon terungkap. Sama halnya dengan JMS, Kim Ki-soon merupakan versi perempuan. Kim Ki-soon bahkan menentang hubungan cinta kekerabatan bahkan keluarga. Sehingga hanya dirinya yang boleh dicintai pengikutnya.

Kim Ki-soon tidak segan menghabisi nyawa dari para pengikutnya yang tidak patuh. Tidak hanya itu ternyata dirinya kerap meniduri para pengikut lelaki muda. Terkuak kasusnya ketika ada beberapa laporan orang hilang akibat dibunuh di tempat Kim Ki-soon.

Episode 7-8: God of Manmin

© Netflix

Serupa tapi tak sama, Pastor Lee Jae-rock terkenal dengan penyembuhan rohani dengan doa. Siapapun yang membayar amal ke gerejanya dengan uang lebih besar maka doanya akan lebih kuat. Banyak pengikutnya yang percaya karena banyak bukti dirinya menyembuhkan orang sakit parah.

Semakin hari gereja Lee Jae-rock makin mata duitan. Semua hal yang berkaitan dirinya diuangkan. Para jemaat perempuan ternyata mendapat pelecehan seksual dengan kedok pemeriksaan dari Tuhan. Kasus ini sempat mau dibongkar stasiun TV ternama Korea MBC, namun terjadi penyerbuan dari ratusan pengikut Lee Jae-rock ke kantor stasiun TV. Peristiwa itu sangat dikenang karena siaran nasional yang sempat terganggu.

Latar waktu dokumenter terlalu acak

Dari 8 episode pembagian tiap kasus tidak merata. Sebagian besar kasus sekte sesat dibagi lebih dari 1 episode. Kasus JMS yang mendapat porsi besar memang pantas, karena penjabaran dan rentang waktu JMS berkiprah cukup lama. Bahkan hingga sekarang masih banyak pengikut yang percaya.

© Netflix

Namun, pembagian latar waktu yang acak, dimulai dari kasus yang terbongkar lalu menuju latar belakang, terlalu kasar dan melompat. Penggabungan kasus dari waktu ke waktu yang ditunjukan dengan tanggal persisnya, semakin membuat bingung. Hal itu terjadi di semua episode. Jadi butuh fokus untuk merangkai kekesalan kalian terhadap sekte sesat ini.

Untuk kasus Five Ocean tentang bunuh diri sangat menggantung. Apa yang sebenarnya terjadi tidak diungkap secara gamblang. Kita malah diperlihatkan debat antara forensik dan detektif. Pendapat yang harusnya kita percaya sebagai bukti ahli, malah membingungkan kita.

Kasus Baby Garden dan Manin’s God juga seperti template kasus lainnya. Kasus kriminal seksual dan pemerasan berkedok agama ini dicap sebagai sekte sesat. Bahkan Komite Gereja sudah melabeli sekte-sekte ini sebagai aliran sesat. Mungkin semua hal yang sama bisa digabungkan dengan contoh kasus berbeda.

Bukti dan reka adegan

© Netflix

Cerita yang begitu sadis ditampilkan dengan dukungan footage mengerikan sepanjang dokumenter. Banyak pelecehan seksual tanpa sensor menghiasi layar. Namun, dalam beberapa reka adegan dipenuhi layar hitam dan blur, kontradiktif tapi memang harus begitu. Pemilihan ciamik aktor yang berperan dalam reka adegan sangat mirip dengan foto asli para pelaku.

Tapi tenang, tidak begitu banyak footage asli yang mengerikan. Hanya beberapa video penangkapan yang sang pelaku. Hal yang berkaitan langsung dengan kasus lebih banyak dari omongan dan saksi dari narasumber yang divisualkan. Selebihnya, visual berulang dan membosankan terus ditayangkan seiring dengan latar waktu yang mereka ingin tunjukkan. Rekaman lama dan jadul terlihat dalam rasio dan efek gambar yang tidak begitu jelas. Bukti ini menjadi satu-satunya hal yang membuat kita percaya atas semua kasus yang diungkap polisi atau media Korea.

Kredibilitas para narasumber

© Netflix

Siapa yang mengenal satu di antara para narasumber dalam dokumenter kriminal ini? Pembongkaran sekte-sekte sesat yang ada di Korea Selatan pasti dari narasumber yang mengalami atau menjadi saksi langsung. Semua kesaksian dan omongan hanya sebagai penguat adegan dan footage yang terlalu acak untuk disusun.

Para pembicara hanya sebatas actor narator untuk tiap adegan yang akan dokumenter ini tunjukkan. Cerita-cerita pengalamannya minim korelasi satu sama lain. Dramatisir cerita dan penampakan yang divisualisasikan berubah menjadi membosankan. Episode pembuka lebih yang mengambil banyak episode, lebih minim narasumber yaitu Maple Yip daripada episode selanjutnya.

Bahkan kredibilitas kesaksian Maple banyak dipertanyakan karena apakah idol Hongkong secantik dirinya juga ikut terjebak sekte sesat. Atau dirinya hanya aktris yang berperan untuk berbicara. Memang minimnya kesadaran antar sesama di Korea cukup rendah, sehingga pembicara terlihat semua seperti aktor dengan ekspresi tajam. Walau sudah diberi tahu banyak menggunakan peran pengganti, kredibilitas dokumenter ini menjadi dipertanyakan. Apakah ini hanya sekedar pamer prestasi penangkapan polisi dan jaksa Korea Selatan?

Kesimpulan

© Netflix

Dokumenter merupakan sebuah tayangan berdasar kejadian nyata. Semua urutan dari ‘In the Name of God: A Holy Betrayal’ terlalu acak sehingga memusingkan kita untuk menyusun dan ikut ke berpikir akan kasusnya. Beberapa footage dan saksi menjadi mentah karena susunan yang berantakan.

Kasus besar yang melibatkan kepolisian dan media terlihat tidak seimbang. Pembagian tiap kasus terlihat aneh dan berulang. Masih banyak pertanyaan yang Belum terpecahkan dari satu kasus. Keempat kasus itu pun hanya mempertontonkan sekte sesat yang terbongkar.

 

Episode: 8 Episode

Score: 3.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

In the Name of God: A Holy Betrayal

3 Score

4 Sekte sesat di Korea Selatan yang terbongkar karena banyaknya korban pemerasan uang dan pelecehan seksual yang mencapai ratusan. Bahkan terdapat korban nyawa yang menjadi pengikut sekte sesat tersebut.

Review Breakdown

  • Dokumenter 3
Exit mobile version