“When i meet someone new, i always wonder if they think i’m a killer. I honestly can’t help but wonder wheter they believe I killed Mirna or not”, – Jessica (Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso).
Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso hadir sebagai film dokuemnter Netflix yang berlatar belakang dari kasus pembunuhan di Indonesia yang sudah bisa kita saksikan di Netflix semenjak 28 September.
Netflix yang sering kali mengangkat tema-tema film dokumenter kontrovers dari berbagai kejadian nyata di suatu negara. Contohnya seperti, Tinder Swindler yang berlatar belakang cerita pada kejadian yang dialami oleh warga negara Inggris atau MH 370 The plane that dissapeared yang kisahnya berlatar belakang dari Malaysia.
Kali ini, giliran cerita original film dokumenter Netflix diangkat berdasarkan kejadian kasus dari Negara Indonesia. Yaitu, kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin. Kasus pembunuhan Mirna berawal dari Mirna yang meminum kopi di Oliver Cafe, Grand Indonesia bersama teman-temanya pada tahun 2016.
Sinopsis Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso
Film dokumenter ini menggali pertanyaan yang belum terjawab seputar persidangan Jessica Wongso — bertahun-tahun setelah kematian sahabatnya, Mirna Salihin.
Kompleksitas Cerita Yang Sangat Berat
Film ini bisa dikatakan mengandung cerita yang sangat berat. Banyak hal-hal yang bahkan kita sebagai penonton masih menimbulkan pertanyaan setelah menonton.
Banyaknya perbedaan perspektif cerita dari dua sisi yang berlawanan, dapat menghadirkan opini-opini dan spekulasi yang liar dari sudut pandang penonton.
Namun dari segi film statement yang dihadirkan, film ini bisa dikatakan sukes menghadirkan secara rapih dan dinamis yang masih bisa dinikmati.
Kembali pada inti cerita, film ini bisa dikatakan juga menguak tentang pandangan kita terhadap sisitem peradilan yang ada pada Negara Indonesia.
Kita bisa melihat pada film ini dengan jelas perbedaan jenis hukum peradilan demokrasi yang ada di Indonesia dengan Negara lain seperti Amerika dalam menjalani sistem peradilan sebagai suatu Negara Demokrasi.
Perperangan Opini Masyarkat Indonesia Dari Kasus Kopi Sianida
Pada film ini, kita akan melihat kepiawaian dari seorang pengacara kondang Otto Hasibuan. Dirinya mampu berpikir secara logis, detail dan cermat dalam menangani kasus pembunuhan Mirna yang dilakukan oleh Jessica.
Kemampuan dan kepiawaian pengacara Otto Hasibuan tidak perlu diragukan. Dirinya pada kasus ini mampu menggiring dan merubah opini-opini publik yang sebelumnya tuduhan dan dakwaan terhadap Jessica, akhirnya merubah opini tersebut menjadi terbelah dua yang mengakibatkan opini masyarakat akhirnya mulai bersuara untuk mendukung Jessica.
Sedangkan dari pihak Mirna, kita akan melihat juga bentuk-bentuk perlawanan dari orang tua Mirna. Edi Darmawan selaku Ayah kandung dari Mirna, dirinya selalu berstatement dengan sangat keras dan jelas serta sangat meyakini sekali bahwa yang melakukan pembunuhan terhadap Mirna adalah Jessica dengan berbagai macam bukti-bukti yang telah dimiliki oleh orang tua Mirna.
Hal-hal inilah, yang akhirnya mulai menimbulkan perperangan opini masyarakat Indonesia menjadi terbelah dua kubu. Ada yang akhirnya tetap mendukung Mirna dan sebagian akhirnya mendukung Jessica.
Narasumber Inti Yang Masih Kurang Lengkap Akibat Keterbatasan
Jika kita cermati dalam menonton film ini hingga selesai. Akan banyak hal yang menggiring persepsi dan menghadirkan kebimbangan kita sebagai penonton terhadap kasus pembunuhan ini.
Kekurangan sisi plothole ini sebenanrnya bisa dilihat oleh kita sebagai penonton saat adegan wawancara Jessica di lembaga pemasyrakatan.
Pihak berwenang mencoba membatasi ruang bicara Jessica, karena dianggap sudah terlalu melewati batas dalam memberikan informasi. Namun, pengungkapan tentang plothole ini akan dijelaskan pada bagian akhir film.
Berlatar Belakang Kasus Dari Indonesia Yang Dibungkus Ciri Khas Netflix
Netflix bisa dikatakan selalu sukses dalam menyajikan cerita film dokumenter dengan sajian animasi-animasi yang cukup menarik didalam peralihan timeline cerita
Timeline cerita atau kronologi yang selalu menjadi inti dari suatu cerita film dokumenter, juga disajikan secara kreatif. Penonton, tidak akan dibuat kebingungan akan kapan kejadian yang terjadi dan kapan kejadian ini berlangsung.
Rob Sixsmith selaku sutradara yang pernah menggarap film dokumenter The Raincoat Killer: Chasing a Predator in Korea, bisa dikatakan telah berhasil membawa cerita kasus pembunuhan Kopi Sianida ini dalam balutan film dokumenter.
Tak hanya Rob Sixsmith kita juga bisa melihat pada credit tittle film ternyata pada posisi field director untuk negara Jerman di isi oleh sutradara muda perempuan yang berbakat dari Indonesia yaitu Kamila Andini.
Pada Akhirnya, Interprestasi Imajinasi Akan Bermain Dibalik Kisah Ini
Jika kita melihat lebih dalam akan film dokumenter satu ini, banyak sekali hal-hal yang menyinggung tentang sistem peradilan, sistem demokrasi, hingga ke sistem kelayakan pidana di Indonesia.
Bayangkan perhatian publik pada tahun 2016 sangat tertuju akan kasus yang dikenal dengan sebutan Kopi Sianida. Hampir seluruh Indonesia mendapatkan atensi yang tinggi akan kasus ini.
Fakta demi fakta yang dihadirkan masih tetap menimbulkan pertanyaan untuk mendapatkan suatu jawaban akan validasi dari suatu kebenaran akan jawaban yang terjadi.
Pada akhirnya, Interprestasi Imajinasi kita sebagai penonton dalam menikmati film ini akan menghadirkan perbedaan pendapat antara penonton satu dengan pentonton lain.
Disinilah, kebeharsilan dari film ini untuk memunculkan interprestasi yang ditimbulkan pada akhir cerita film yaitu sebuah imajinasi kita sebagai manusia untuk melandaskan suatu opini dalam melihat suatu aspek-aspek masalah.
Kesimpulan
Hasil akhir, setelah menonton film ini, bisa dikatakan kita sebagai penonton yang mengikuti kasus kejadian pembunuhan Kopi Sianida membuat kita akan lebih menimbulkan banyak pertanyaan.
Lantas siapakah yang bersalah sebenarnya? Apakah sistem peradilan yang kita lihat pada dokumenter ini benar belum tercapai? Apakah Jessica benar membunuh Mirna?
Dibalik semua pertanyaan diatas, film ini tetap berhasil menyampaikan secara keseluruhan kombinasi dari kemarahan, tragedi dan kesedihan tentang sebab akibat konspirasi pembunuhan yang berhasil masuk kedalam sistem peradilan hukum pidana.
Film ini memang diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Indonesia dan dirasa tidak hanya satu atau dua kali Netflix membuat film dokumenter yang berlatar belakang kisah misteri hingga teror yang terjadi disekitar kita.
Point penting yang ingin disampaikan pada film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso memang ingin menampilkan pertanyaan yang mendalam untuk kita sebagai penonton.
Baca juga: 5 Fakta Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso
Director: Rob Sixsmith
Duration: 86 minutes
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso
Film dokumenter ini menggali pertanyaan yang belum terjawab seputar persidangan Jessica Wongso — bertahun-tahun setelah kematian sahabatnya, Mirna Salihin.