Apple TV+ belum lama ini menayangkan serial dokumenter berjudul Home yang terdiri dari 9 episode.
Serial yang bisa dikatakan unik ini akan mengajak kita berkeliling ke beberapa tempat tinggal yang menarik di seluruh dunia. Kita akan melihat bagaimana para arsitek lokal dan sejumlah individu, dengan berani dan inovatif, mewujudkan mimpi dan visi mereka untuk membangun tempat tinggal yang ideal menurut versi mereka masing-masing.
Episode 1 – Naturhus
Episode pertama dalam serial ini berlokasi di Swedia. Naturhus memiliki konsep rumah alam, di mana suatu rumah atau bangunan dibangun dalam rumah kaca. Rumah yang dibangun oleh Anders Solvarm ini memiliki iklim atau cuaca yang hangat sepanjang tahun atau memiliki iklim Mediterania seperti yang dikatakan oleh Anders sendiri. Anders telah tinggal di dalam rumah ini selama 10 tahun, keluarga Anders sendiri terdiri dari ia dan istrinya, Rosemary dan ketiga anaknya yaitu Jonatan dan Natalie yang merupakan anak kembar dan si bungsu, Johannes.
Pada awalnya pasangan suami istri ini hanya ingin membangun rumah kayu dengan mengambil insipirasi dari rumah kayu tradisional bangsa Swedia abad ke 18. Tapi suatu hari Anders membaca buku berjudul ‘Pa akacians Vilkor’ atau Hidup Bersama dengan Alam. Buku yang berisi tentang membangun rumah kaca di atas gedung biasa, Anders kemudian menerapkan ide tersebut sambil terus membangun rumah kayunya. Di sini diceritakan berbagai tantangan yang dihadapi Anders dalam membangun rumah impiannya, Anders sendiri membangun rumahnya ini hanya dengan dibantu oleh sang ayah dan saudara iparnya dan tantangannya bertambah ketika anak-anaknya lahir ketika rumah ini belum selesai dibangun, plus ditambah Jonatan yang didiagnosis mengidap autisme.
Naturhus adalah rumah yang berusaha lebih erat menjalin interaksi dengan alam, dalam rumah ini keluarga Solvarm menanam berbagai tanaman seperti sayur dan buah-buahan, dan juga memiliki sistim pengolahan air limbah dan menciptakan sistim pertanian yang berkelanjutan.
Tapi sayangnya di Swedia terdapat monopoli tentang sistim pengolahan limbah, di mana setiap rumah yang ada harus terkoneksi dengan pengolahan limbah milik pemerintah, Anders dan keluarganya kemudian mengajukan gugatan agar sistim pengolahan limbahnya diakui dan ia berhasil.
Kesuksesannya membangun rumah alam ternyata menginspirasi sebagian kecil orang untuk melakukan hal yang sama. Anders berusaha membantu mereka lewat pengalamannya, Anders sendiri mempunyai mimpi yang lebih besar lagi untuk membangun desa ekologis dimana di dalamnya terdapat sekolah, tempat usaha dan tempat pertemuan warga.
Episode 2 – Theaster Gates
Theaster Gates adalah nama seniman kontemporer Afrika-Amerika yang tinggal di South Side Chicago. Gates secara pribadi merasa prihatin dengan keadaan lingkungan di mana ia tinggal. Daerah South Side adalah wilayah sub-urban dari Chicago, dengan tingkat pengganguran dan kemiskinan yang cukup tinggi belum lagi ditambah juga dengan tingkat kriminalitas yang tinggi pula. Banyak warga yang pindah ke lingkungan lain yang lebih baik sehingga meninggalkan banyak pula bangunan yang terbengkalai.
Gates merasa harus berbuat sesuatu untuk lingkungannya, dan ia memulainya dari rumahnya sendiri. Rumah barunya itu diberi nama Listening House. Gates lalu termotivasi lagi untuk membuat sesuatu yang lebih bagi lingkungan tempat tinggalnya ketika bangunan di sebelah rumahnya dijual, ia lalu kembali merenovasinya dan menamainya The Archieve House. Kedua rumah itu berkembang menjadi ruang kreatif dan komunitas yang menampilkan berbagai kegiatan seni dan komunitas.
Di tahun 2014, Departemen Kebudayaan Kota Chicago berencana menebang banyak pohon, mereka kemudian menawarkan kepadanya agar dapat membuat proyek seni, tapi kemudian Gates mendapatkan ide lainnya mengingat banyaknya pohon yang ditebang. Gates lalu membangun The Mill, tempat pengergajian kayu di mana orang-orang bisa mengerjakan pengerjajian kayu atau belajar mengergaji kayu. Di dalam The Mill, orang-orang lalu menciptakan berbagai produk dari kayu seperti meja, papan kayu dan karya seni dan memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan bakar tungku untuk pembakaran keramik. Poinnya adalah The Mill adalah tempat produksi yang berkesinambungan dalam berkarya.
Proyek besar yang digarap oleh Gates adalah merenovasi sebuah gedung bank yang akan dirobohkan. Gates mengajak berbagai orang yang peduli untuk terlibat dengannya, bangunan berlantai tujuh tersebut kemudian berhasil dibangun menjadi Bank Seni Stony Island dan di dalamnya terdapat ruang pameran, ruang pertunjukan musik, kantor, perpustakaan yang memuat koleksi lengkap buku- buku tentang Afrika-Amerika sumbangan Johnson Publishing Company, koleksi album musik Franckie Knuckles, koleksi negrobilia (seni yang berhubungan dengan kulit hitam pada media kertas, patung atau lukisan).
Episode 3 – Sharma Springs
Elora Hardy adalah Creative Director dari Ibuku, perusahaan yang didirikan oleh Elora ini, bergerak di bidang rancang bangun dimana bangunan yang dirancangnya berdasarkan konstruksi dari bambu. Di Indonesia sendiri sebagai negara yang beriklim tropis, tanaman bambu dapat tumbuh dengan subur dan memiliki 159 spesies dari total 1250 spesies yang terdapat di dunia. Bahkan 88 spesies yang ada di Indonesia merupakan tumbuhan endemik.
Walaupun berlimbah dari segi spesies dan kuantitasnya, sayangnya pemanfaatan bambu masih belum maksimal, bahkan kurang dihargai. Banyak stigma yang masih cukup kuat melekat dalam masyarakat Indonesia tentang bambu secara negatif, bambu masih dianggap kayu atau bahan murah dan hanya dipakai untuk bangunan masyarakat miskin atau bangunan sementara, gampang terserang jamur atau serangga dan tidak tahan lama. Bambu memang telah lama dipakai dalam masyarakat Indonesia tapi hanya untuk keperluan sederhana seperti untuk pagar rumah, kandang ternak atau sebagai barang keperluan rumah tangga.
Di dalam arsitektur barat sendiri pemakaian bambu sebagai bahan material tidak dikenal, Elora lalu melihat potensi dan keunikan bambu, dibandingkan dengan kayu yang butuh belasan atau bahkan puluhan tahun untuk bisa dipakai sebagai material bangunan, bambu hanya butuh 4 tahun dan dengan pengolahan yang tepat bisa dipakai sebagai material untuk membangun ungkap Elora.
Elora Hardy sendiri tidak mempunyai latar belakang akademis teknik bangunan, tapi Elora mempunyai pengalaman sebagai seorang desainer mode dari perusahaan fashion terkenal, Donna Karan di New York. Setelah kembali ke Bali dan ikut membantu proyek ayahnya, John Hardy yang ingin membangun gedung sekolah dan gedung tersebut seluruhnya dibangun dari bahan bambu. Elora yang kemudian mendapatkan insipirasi dari proyek itu lalu mendirikan Ibuku, Elora yang dari kecil tinggal di Bali, banyak menyerap kearifan lokal masyarakat Bali terutama tentang bambu.
Dia dan timnya kerap berkeliling ke desa-desa di Bali untuk memberikan edukasi dan mengajak petani lokal untuk menanam bambu, ia berharap di waktu depan bambu akan lebih dihargai dan dipakai lebih banyak dalam membangun. Selain Sharma Springs yang semua konstruksi bangunan dan desain interiornya memakai berbagai jenis bambu, Elora dan timnya telah membangun 20 bangunan lain berbahan baku dari bambu.
Episode 4 – Domestic Transformer
Dalam episode ini kita akan melihat ‘rumah’ di Hong Kong, negara kota ini merupakan wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang tertinggi di dunia dan masyarakat Hong Kong sendiri telah terbiasa hidup di ruang atau rumah yang sempit. Gary Chang, seorang arsitek muda melihat hal ini untuk menghasilkan karya desain yang kreatif.
Gary mengubah apartemennya yang kecil yang hanya berukuran 31 m persegi menjadi ruang yang tak terbatas seperti rumah dengan banyak kamar atau ruang. Di dalam apartemennya itu Gary bisa melakukan berbagai aktivitas dengan keleluasaan gerak yang bebas tanpa hambatan akan keterbatasan ukuran tempat yang sempit. Gary bisa memasak, mandi di bathtub bahkan bisa mengajak teman-temannya menonton di mini theater miliknya.
Apartemen Gary dirancang secara inovatif, pragmatis dan fleksibilitas akan kebutuhan ruang. Menurut Gary, di berbagai pusat kota di dunia seperti juga di Hong Kong, London atau New York, kebutuhan akan ruang akan semakin mengecil karena faktor pertumbuhan populasi yang terus meningkat.
Sekarang ini lebih banyak orang yang memilih untuk tinggal di wilayah perkotaan sehingga berimbas semakin mengecilnya ukuran luas ruang untuk tempat tinggal. Juga menurut pendapatnya, pandangan tradisional suatu rumah yang dihitung berdasarkan banyak kamar atau ruang bukan lagi dapat menjadi rujukan dan dapat membatasi ruang gerak orang yang tinggal di rumah seperti yang Gary miliki.
Gary ingin mengajak orang hidup dengan praktis seperti dirinya tanpa ada beban akan masalah keterbatasan ruang. Dalam episode ini Gary yang memang sedari kecil bercita-cita menjadi arsitek, menjadikan pengalaman hidupnya dari kecil hingga dewasa untuk bisa berpikir, dan menghasilkan karyanya seperti saat ini.
Ia sendiri tinggal di apartemen yang sempit dengan tinggal bersama kedua orang tua dan tiga saudara lainnya, pengalamannya itu turut membentuk dirinya sebagai pribadi dan sebagai seorang arsitek seperti sekarang ini.
Gary yang lahir, besar dan tinggal di Hong Kong melihat kota ini sebagai lapangan risetnya. Ia melihat bagaimana warga Hong Kong dapat melakukan banyak aktivitas dengan lahan yang sempit, menjadikan mereka sangat kreatif dengan sumber daya yang terbatas. Apartemennya sendiri ia gunakan sebagai tempat eksperimen untuk melakukan yang disebutnya transformasi ruang. Ia membutuhkan setidaknya 10 tahun untuk menjadikan tempat yang menurutnya sesuai dengan kebutuhannya yang sekarang.
Sebagai salah satu pionir dalam merancang rumah mikro atau unit nano di Hong Kong, ia juga menjadi mentor bagi para arsitek muda, agar mereka bisa melihat dan mengembangkan bakatnya secara lebih dalam.
Episode 5 – The Soot House
Kisah selanjutnya membahas tentang rumah di Spruce Head, Maine yang dibangun oleh Anthony Esteves. Anthony membangun rumahnya di area hutan agar bisa lebih dekat dengan alam, rumahnya sendiri dirancang bangun ulang dari gudang kayu tua yang dipakai sebagai gudang untuk keperluan taman yang dipindahkan dari lokasi aslinya.
Anthony yang berprofesi sebagai seniman dan membangun rumahnya sendiri dengan memadukan unsur beton dan kayu. Yang menarik adanya dinding luar dari rumah ini dibuat berdasarkan teknik kayu bakar dari Jepang bernama Yakisugi. Teknik untuk membakar papan kayu ini sudah dipakai sejak 1300 tahun yang lalu, di mana ia mempelajari teknik ini langsung dari master-nya di Jepang. Papan kayu yang sudah dibakar menjadikan kayu lebih awet dan tahan lama dan tidak juga mengeluarkan biaya untuk mengecatnya.
Rumah Anthony belum selesai dibangun ketika Julie, pasangannya hamil dan pada akhirnya melahirkan anaknya di rumah tersebut. Hal ini memberi pengaruh yang cukup besar pada Julie, tentang pemakaian zat-zat beracun yang dipakai orang dalam hidupnya termasuk ketika membangun rumah. Hal inilah yang kemudian mendorong Julie membuat pakaian dari serat alami atau organik dengan memakai pewarna dari bahan-bahan yang alami pula.
Episode 6 – The Wall House
Home yang satu ini berlokasi di Auroville, India. The Wall House adalah rumah yang dibangun oleh arsitek Anupama Kundoo. Rumah yang dibangunnya ini penuh dengan ruang-ruang yang terbuka, menurutnya rumah yang ideal adalah rumah dimana obyek atau material tidak boleh menghalangi atau membatasi gerak dari kehidupan keseharian orang yang tinggal di dalammnya tapi sebaliknya kehidupan dan keseharian aktivitaslah yang harus mengisi ruang-ruang di rumah itu.
India yang telah lama dijajah oleh Inggris menerapkan pembangunan terutama perumahan gaya barat yang tidak cocok dengan kebudayaan masyarakat India, menurutnya masyarakat India harus bisa membangun sesuai dengan gaya kehidupan dan kebudayaan dari India. Anupama yang tinggal dan bekerja di Mumbai melihat secara kritis bahwa perumahan yang dibangun secara konvensional membuat orang yang ingin membangun rumah merasa kewalahan karena kerap kali terbentur akan ketersediaan dan mahalnya bahan baku seperti baja dan semen yang mahal.
Ketika ia tiba di Auroville, ia melihat potensi yang ada akan ketrampilan yang luar biasa dari para perajin lokal di sana. Ia juga melihat potensi dari bahan-bahan lokal yang tersedia di sekitar Auroville. Berangkat dari kedua hal itu ia mulai mendaptkan ide untuk membangun rumahnya dengan memadukan desain arsitek yang modern yang tidak tergantung dari material pabrikan tapi sepenuhnya dibuat oleh para perajin setempat dan semua materialnya dibuat oleh tangan bahkan termasuk juga batu batanya. Anupama seakan menhajdikan rumahnya eksperimen kerajinan dan rumahnya yang bergaya kontemporer modern terlihat lebih dari sekedar rumah tapi juga sebagai karya seni.
Anupama pada tahun 2012 diundang untuk ikut serta dalam Venice Biennale of Architure, yang dalam profesi arsitek, dianggap pameran paling prestisius untuk berbagi karyanya dengan berbagai orang dari seluruh dunia. Ia tidak hanya sekedar memperlihatkan karyanya dalam bentuk model belaka, tapi menampilkan replika dari Wall House sebesar ukuran aslinya.
Di sana akhirnya karyanya menarik perhatian luas dan banyak mendapat pujian. Anupama kemudian banyak bepergian ke berbagai tempat untuk mengajar, ia berbagi pengetahuan dan pengalamannya mengajar tentang manajemen kota.
Episode 7 – Edgeland House
Edgeland House adalah bukan tipikal rumah pada umumnya, rumah pada umumnya dibangun di atas tanah tapi rumah yang satu ini benar-benar unik, Edgeland dibangun bukan pada permukaan tanah tapi berada di dalam tanah. Arsitektur rumah ini dibangun berdasar rumah liang kuno dengan gaya yang modern. Rumah liang atau juga disebut Earthen House adalah salah satu tipikal rumah bangsa asli Amerika yang tinggal di bagian barat daya, rumah mereka dibangun di dalam tanah, mereka menggali tanah lalu ditutup dengan kayu membentuk kubah.
Kubah itu lalu ditutup dengan alang-alang atau rerumputan dan tanah hasil galian. Pemilik rumah ini, Chris Brown berprofesi sebagai pengacara dan penulis. Ia tidak hanya sekedar ingin tinggal dekat dan bersahabat dengan alam tapi ingin bersatu dengan alam, karena itu ia membangun rumah tersebut di dalam tanah bukan di atas tanah. Chris juga aktif dalam kegiatan penyelamatan lingkungan di kota tempatnya tinggal, Austin, Texas.
Episode 8 – Xanabu
Xanabu adalah tempat tinggal dari David Hertz bersama istrinya, Laura Doss-Hertz. David sendiri merupakan seorang arsitek sukses dan terkenal di negara bagian California, AS. Karya-karya arsiteknya selalu menekankan pada pemakaian material daur ulang. Bahkan rumah pribadinya dipakai dalam set film ‘Californication’ (2007) yang dibintangi oleh David Duchovny. David sendiri berasal dari keluarga ‘kreatif’, ayah dan ibunya adalh seniman dan kakeknya bersama ayah David membangun ‘Paramount Ranch’, tempat yang sering dipakai sebagai set film terutama film-film cowboy seperti The Lone Ranger, The Cisco Kid dan Gunsmoke.
Xanabu sendiri tidak dibangun oleh David tapi kediaman ini sebelumnya dimiliki oleh Tony Duquette, perancang set film Hollywood yang terkenal. Duquette pernah merancang set film Hollywood yang menjadi ikonik saat ini seperti ‘The King and I’, ‘Anna and The King of Siam’ dan ‘Kismet’. Beberapa set film yang dipakai dalam film tersebut kemudian dibawanya ke Xanabu menjadi dekorasi bagian dari rumahnya.
David Hertz lalu membelinya dan menempati bersama istrinya, ia merawat dan terus memngembangkan properti ini sesuai gayanya. Xanabu terletak di pegunungan Santa Monica, pesisir California. Lokasinya cukup terpencil sebagai bagian dari wilayah Malibu, merupakan perbatasan antara daerah pegunungan dan lautan.
Wilayah Malibu sendiri pernah mengalami kebakaran lahan yang cukup parah, memaksa ratusan orang untuk mengungsi dan membumi hanguskan ratusan ribu hektar lahan. Peristiwa ini terjadi tahun 2018 dan disebut ‘Kebakaran Woolsey’ tapi untungnya Xanabu tidak terkena dampaknya.
Peristiwa kebakaran itu lalu membuat David menyadari bahwa harus bisa mengelola manajemen air dengan lebih baik lagi. David lalu bereksperime untuk mengelola kebutuhan airnya sendiri dengan memakai Skysource, teknologi yang menghasilkan air dari atmosfer.
Teknologi yang menyuling uap air di udara lalu mengkondensasinya menjadi air, bahkan bisa langsung digunakan sebagai air minum. Usaha David itu kemudian mendapat perhatian luas dari publik. Banyak pihak yang ingin mengajak David bekerja sama untuk memanfaatkan teknologi itu untuk kepentingan penyediaan air untuk kehidupan. Pada tahun 2018, David Hertz dan Laura mendapatkan penghargaan Grand Prize Winner X Prize for Water Abundance.
Episode 9 – The New Story
New Story adalah organisasi nirlaba yang berfokus bekerja menyediakan solusi perumahan untuk keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Proyek pertama mereka adalah membuat rumah untuk lima keluarga di Haiti, pada tahap selanjutnya proyek mereka terus berkembang sampai ke tingkat komunitas.
Untuk bisa menyediakan perumahan, mereka melakukan terobosan baru. New Story bekerja sama dengan Icon, mengembangkan perumahan dengan memakai sistim pencetak 3D. Icon sendiri merupakan perusahaan yang khusus mengembangkan software dan peralatan pencetak 3D.
Mereka berhasil mengembangkan mesin pencetak 3D berskala besar seperti yang telah kita kenal sekarang. Dan mereka juga telah mengembangkan mortar khusus untuk membangun sebuah rumah dari pencetak 3D mereka. Proyek pertama di dunia ini kemudian dipakai di daerah Nacajuca, negara bagian Tabasco, Meksiko.
New Story dan Icon lalu bekerja sama dengan pemerintah setempat. Mereka membeli dan menyediakan lahan perumahan, New Story dan Icon yang membangun perumahan sebanyak 50 rumah untuk 50 keluarga.
Dalam padanan kata bahasa Inggris terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kata ‘House’ dan ‘Home’. Kedua kata tersebut merujuk pada arti tempat tinggal, di bahasa Indonesia sendiri ke dua kata itu sering diterjemahkan sebagai ‘rumah’. Secara lebih sederhana kata ‘House’ bisa diartikan lebih pada bentuk fisik bangunan dan ‘Home’ sendiri bisa diartikan tempat dimana orang atau suatu keluarga memiliki keterikatan emosional yang cukup kuat.
Kesimpulan
Home adalah serial dokumentasi yang dirilis oleh Apple TV+, yang tidak sekedar bercerita tentang membangun tempat tinggal atau gaya arsitektur apa saja yang digunakan. Serial dokumenter sebanyak 9 episode ini, lebih fokus pada cerita di balik proses membangun sebuah tempat tinggal ideal, sehingga layak disebut Home.
Bagaimana mereka berani keluar dari ide-ide yang konvensional dalam membangun rumah, lalu mewujudkannya dengan penuh semangat dan tekad kuat. Mereka membuat rumah tersebut tidak hanya untuk memenuhi mimpi atau ambisi mereka saja, tapi mereka membuat tempat tinggal yang layak, aman dan nyaman secara pribadi dan untuk anggota keluarga mereka atau bahkan untuk komunitas mereka.
Di balik semua proses yang menjadikan rumah tersebut, selanjutnya mereka akhirnya berbagi ide, pengalaman, pengetahuan mereka dengan yang orang lain, seperti dengan teman, keluarga, komunitas dan masyarakat yang lebih luas lagi. Seperti yang dilakukan oleh Anders Solvarm yang membuat Naturhus atau Nature House, Anders semula hanya ingin membuat rumahnya nyaman dan memilliki iklim Mediterania yang hangat sepanjang tahun di Swedia untuk keluarganya, tapi setelah itu ia berbagi pengalamannya membangun Naturhus dengan yang lainnya.
Atau ada Theaster Gates yang berani keluar dari rumahnya yang nyaman dan merenovasi tempat atau bangunan yang lama telah ditinggalkan, sehingga bangunan itu menjadi ‘hidup’ kembali dan berdaya guna bagi komunitasnya.
Selanjutnya ada Elena Hardy yang telah lama menetap di Bali dan Anupama Kundoo yang selalu kritis dari India. Mereka berdua melihat ke dalam, ke akar budaya mereka masing-masing. Melihat kembali potensi yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka yang kemudian membangun rumah mereka dengan memanfaatkan keahlian lokal dan bahan baku lokal yang tadinya telah dipinggirkan.
Ada juga Anthony Esteves di Maine, AS dan Chris Brown di Texas yang sengaja memilih tinggal agar lebih dekat, bersahabat atau berinteraksi dengan alam. Atau Gary Chang di Hong Kong, arsitek muda yang penuh ide-ide inovatif demi mengatasi ketebatasan ruangan di kotanya.
Yang cukup menarik dalam serial ini, tidak semua pemilik rumah atau yang membangun rumah ini adalah arsitek, tapi mereka dengan penuh keberanian berhasil mewujudkannya impian dan visi mereka akan rumah (Home) mereka yang layak dihuni dan punya keterikatan khusus bersama orang-orang yang menghuninya.
Epsiodes: 9 episode
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Home Season 1
Home adalah serial dokumentasi yang dirilis oleh Apple TV+, yang tidak sekedar bercerita tentang membangun tempat tinggal atau gaya arsitektur apa saja yang digunakan. Serial dokumenter sebanyak 9 episode ini, lebih fokus pada cerita di balik proses membangun sebuah tempat tinggal ideal, sehingga layak disebut ‘Home’.