Review Five Nights at Freddy’s (2023)

Alih Wahana Game yang Ketegangannya Terasa Datar dan Membosankan

five nights at freddy's1

© Universal Pictures

“Ghost children possessing giant robots? Tell me how to stop them,” – Mike (Five Nights at Freddy’s, 2023)

Minggu ini kita kedatangan film horor terbaru yang diberi judul Five Nights at Freddy’s (FNaF). Mendengar dari judulnya saja pikiran kita langsung mengarah ke sebuah video game terkenal yang popularitasnya sudah mendunia.

Ya, pada dasarnya film ini merupakan alih wahana dari waralaba game terkenal dengan judul yang sama dan dibuat oleh Scott Cawthon. Game yang pertama kali dirilis pada 8 Agustus 2014, hingga saat ini telah menghasilkan 9 video game dan telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia.

Film ini sendiri tetap memusatkan tempatnya di sebuah restoran pizza keluarga “Freddy Fazbear’s Pizza.” Nama ini diambil dari nama maskotnya, beruang animatronik Freddy Fazbear.

Di dalam game-nya, pemain akan berperan sebagai karyawan yang bekerja pada malam hari, yang harus menggunakan alat seperti kamera keamanan, lampu, pintu, dan ventilasi untuk mempertahankan diri dari karakter animatronik yang menghuni restoran tersebut dan menjadi hidup di malam hari.

© Universal Pictures

Apakah dalam alih wahananya kali ini, film Five Nights at Freddy’s akan semenarik dalam game-nya? Cineverse akan mengulasnya di bawah ini.

Sinopsis

Mike Scmidt (Josh Hutcherson), merupakan orang yang sangat bermasalah dalam pekerjaannya. Ia terlalu paranoid dan seringkali membuat keributan yang tidak perlu. Hal itu dikarenakan karena masa lalunya yang traumatis.

Saat ia kecil, ia melihat adiknya diculik dan adiknya tersebut tidak balik lagi. Saat orang tuanya tiada, ia tinggl bersama adiknya, Abby (Piper Rubio), dan hidup dalam kesusahan. Bibinya, Jane (Mary Stuart Masterson), ingin mengambil alih hak asuk Abby dari tangan Mike, kalau Mike masih belum bisa mendapatkan pekerjaan.

Di tengah kondisi seperti itu, salah satu konsul yang membantu Mike, Steve Raglan (Matthew Lillard), menawarkan Mike untuk bekerja malam sebagai penjaga keamanan di Freddy Fazbear’s Pizza. Restoran itu sebenarnya sudah tutup dan tidak beroperasi lagi, sejak banyak laporan tentang anak hilang bermunculan di tempat tersebut.

© Universal Pictures

Pada malam pertamanya bekerja, dia menyadari bahwa shift malam yang dijalaninya tidak akan mudah untuk dilalui. Ia juga mendapat kunjungan dari polisi lokal, Vanessa (Elizabeth Lail), yang memperkenalkan tentang tempat tersebut, beserta sejarah singkatnya.

Benar saja, setelah melewati beberapa malam, Mike menyadari kalau empat boneka animatronic di tempat itu ternyata bisa bergerak sendiri dan membunuh saat tengah malam. Apa yang sesungguhnya dihadapi Mike tersebut?

Narasinya terlalu datar dan membosankan

Film bertema teror boneka animatronic sebenarnya bukan kali pertama ini saja dibuat. Sebelumnya, Nicolas Cage pernah membintangi film serupa lewat Willy’s Wonderland pada tahun 2021, dan secara mengejutkan film ini justru jauh lebih baik ketimbang Five Nights at Freddy’s.

© Universal Pictures

FNaF cenderung sangat datar dan membosankan. Kita akan disuguhkan Mike dengan segala problematika hidup yang dihadapinya. Bagaimana ia tergantung dengan obat tidur dan rasa depresinya saat teringat saat adiknya diculik di depan matanya.

Pergulatannya dalam perebutan hak asuh adiknya juga membuatnya makin sulit, ditambah lagi adiknya yang pendiam juga tidak memahami dirinya. Untuk eksposisi Mike, film ini berhasil menguak karakter utamanya dengan lebih baik. Namun, untuk karakter lainnya, tidak terlalu berhasil dieksekusi dengan baik, terlebih untuk karakter Vanessa.

Tak ada teror yang benar-benar mengancam, tak ada jumpscares yang benar-benar mengagetkan, bahkan ceceran darah pun tak hampir tak kelihatan.

Semua terasa tanggung dieksekusi, dan secara keseluruhan film ini akan membuat kita lelah hingga akhir. Intensitasnya untuk sekelas film dari Blumhouse, sama sekali tak berasa.

© Universal Pictures

Sisi artistiknya lumayan digarap

Keseluruhan set resto benar-benar ditata secara apik. Boneka animatroniknya juga terasa sangat meyakinkan. Tampilan Freddy Fazbear, Bonnie, Chica, dan Foxy yang sangat retro sangat mirip dengan game-nya, dan untuk beberapa fans-nya, kehadiran mereka sangat penting.

Begitu pun elemen-elemen khas dari game-nya juga ikut disertakan, seperti kamera sekuriti, pintu, ventilasi, dan lampu sorot. Semua ini tampak terlihat dalam filmnya dengan nuansa klasik kuning kecoklatan, dan itu menyenangkan buat mereka yang senang dengan suasana retro seperti ini dan membandingkan kemiripan alih wahana game ini dengan filmnya.

Kesimpulan

Five Nights at Freddy’s tampil tidak sesuai ekspektasi yang diharapkan. Untuk beberapa fansnya, mungkin akan menyenangkan melihat film ini beserta boneka animatroniknya, namun untuk kita sendiri, narasinya cenderung datar ke arah drama ketimbang condong horor dan thriller.

© Universal Pictures

Alhasil film ini jauh lebih melelahkan untuk ditonton ketimbang kita menunggu sesuatu yang bisa mengagetkan dan menghibur kita.

Lebih baik kisah Mike yang sudah baik ini, dikembangkan secara terpisah ketimbang menyatukannya dengan teror animatronic yang justru malah terasa hampa. Semuanya terasa tanggung, dan intensitas ketegangannya tidak dijaga dengan baik hingga akhir.

 

Director: Emma Tammi

Cast: Josh Hutcherson, Elizabeth Lail, Piper Rubio, Mary Stuart Masterson, Matthew Lillard

Duration: 110 Minutes

Score: 4.8/10

WHERE TO WATCH

The Review

Five Nights at Freddy's

4.8 Score

Five Nights at Freddy's mengisahkan Mike yang bekerja sebagai security di Freddy Fazbear's Pizza dan menyadari ada sesuatu di tempat itu

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6
  • Entertain 4
  • Scoring 4
  • Story 4
Exit mobile version