“Tuhan, minta duit,” – Maya (Tuhan Minta Duit).
‘Tuhan Mita Duit’ akan menampilkan perspektif yang berbeda dari kebanyakan film Ramadhan lainnya dan menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan dengan cara yang unik.
‘Tuhan Minta Duit’ adalah film drama Indonesia tahun 2022 produksi KlikFilm Productions yang dibintangi oleh Anantya Kirana, Asrul Dahlan, Putri Ayudya, dan Rendi Khrisna.
Film Ramadhan yang berbeda menurut sang sutradara cocok mengisi hari Cilers. KlikFilm yang muncul dengan film orisinalnya dengan judul ‘Tuhan Minta Duit’ ini disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, dari naskah yang dibuat Puguh P.S.Admaja.
Film ‘Tuhan Minta Duit’ sudah bisa Cilers saksikan bersama keluarga karena sudah mulai ditayangkan perdana di layanan video KlikFilm pada tanggal 2 April 2022. Film ini dirilis secara bersamaan dengan film ‘Pulang’, yang dirilis pada tanggal yang sama.
Sinopsis
Mengambil perspektif dari rakyat kecil, anak perempuan bernama Maya (Anantya Kirana) yang harus bertahan hidup dengan menjadi tukang semir sepatu.
Sehari-harinya, ia harus bekerja dan menyamar sebagai anak laki-laki bernama Adi agar tidak dijauhi teman-teman sesama penyemir sepatu dan takut diusir.
Sehari-hari Maya hidup hanya bersama Mbah Kedah (Putri Ayudya) yang mengalami kesulitan berjalan akibat suatu kejadian.
Hidup Maya dan Mbah Kedah cukup sulit, sehingga atap rumah yang selalu bocor saat hujan dan bahkan untuk membeli makan kesukaan Mbah Kedah yaitu nasi padang pun tak dapat dipenuhi Maya.
Maya terus berdoa “Tuhan, minta duit” untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari.
Saat berada di titik nadir, doanya seakan dikabulkan. Maya menemukan tas berisi uang ratusan juta. Sayangnya, uang itu merupakan hasil rampokan yang belum diketahui asalnya.
Maya pun menggunakan sebagian uang tersebut untuk biaya sehari-hari, salah satunya untuk membelikan Mbah Kedah nasi padang.
Kontradiksi karakter Maya
Maya seorang anak perempuan yang berjuang dan menjadi tulang punggung keluarga. Sikap Maya yang sangat dewasa di sini tercermin dengan kegiatannya sehari-hari yang merelakan sekolahnya demi mencari nafkah untuk kehidupannya.
Pemikiran-pemikiran dalam konteks pengambilan keputusan untuk sebuah keluarga kecil, nampaknya terlalu dewasa untuk anak seumuran Maya dalam film ini.
Kejanggalan kedewasaan Maya berlawanan dengan sisi polos seorang anak yang meminta uang dari setiap doanya “Tuhan, minta duit”.
Kalian pasti akan bosan atau mungkin suka dengan kepolosan Maya yang diperankan sangat baik oleh Anantya Kirana. Tiap Maya menjalankan sholat, satu doa yang terucap hanyalah Tuhan minta duit, minta duit, dan minta duit, seakan hanya mempertegas judul film ini.
Tontonan keluarga sederhana
Apalah yang kalian cari dari film keluarga yang sederhana? Keseluruhan plot yang mudah dicerna dengan sedikit masalah yang tak cukup berarti.
Fokusnya kepada karakter Maya membuat semua dinamika berjalan seolah seputaran kehidupan Maya. Kekurangan yang ditonjolkan di kehidupannya menjadi cetakan lama kehidupan orang kecil yang terpinggirkan.
Karakter Maya tidak hanya didukung oleh karakter Mbah Kedah yang ikut merasakan susahnya hidup dalam rumah yang terlihat seperti rumah susun tersebut.
Hunian yang diisi beberapa warga pun terlihat sangat monoton, karakter yang terlihat itu-itu saja seperti Uda Bama (Asrul Dahlan) dan Mail (Tommy Babap).
Kehidupan warga yang terlihat rukun saling membantu membuat pelajaran tersendiri untuk sajian keluarga. Konflik antar warga pun tidak begitu rumit dan berkelanjutan sehingga mudah untuk dicerna sebagai bumbu untuk plot besar Maya yang selalu minta duit.
Kurang eksplorasi mendetail
Dari keseluruhan aspek dalam film ini, detail karakter maupun latar yang digunakan sangat mengganggu. Mulai dari kontradiksi karakter Maya yang terlihat aneh dengan karakter dewasa dan kepolosan anak tak terdapat jembatan pasti.
Pemilihan karakter Mbah Kedah oleh Putri Ayudya seakan dipaksakan, mungkin jika Putri Ayudya menjadi sosok ibu saja masih bisa ditolerir.
Dan juga menggunaan aksen Jawa yang cukup sering di karakter Mbah Kedah, tak terlalu menonjolkan sisi warga yang seolah ingin dibuat plural dengan banyak suku, Padang, Jawa, dan Betawi.
Latar belakang Maya dan keluarganya tidak begitu jelas, kematian ayah dan ibunya tidak dapat mempertebal sisi menyedihkan film ini. Perjalanan hidup mereka pun tak terlalu memilkukan untuk ukuran orang yang kesulitan dari segi ekonomi.
Pemilihan latar monoton terbatas di sekitar dearah pemukiman, seperti kantor terbengkalai yang dibuat seperti rumah susun, dan masjid sekitaran Maya menyemir sepatu. Pemilihan sudut kamera yang bisa dihitung dengan jari membuat ‘Tuhan Minta Duit’ tak begitu mengesankan dalam dinamika visual filmnya.
Sudut kamera yang “itu-itu saja” sering terlihat seperti suasana dalam rumah Maya saat bersama Mbah Kedah di meja makan, lalu pada sudut pengambilan gerbang masuk hunian yang hanya ingin menampilkan bahwa itu hunian kumuh, dan beberapa sudut yang terlalu banyak tampil dalam film persis di sudut yang sama.
Beberapa adegan dalam film juga terasa canggung dan aneh. Mungkin karena tampilan bersih para karakternya yang notabene bagian dari rakyat kecil.
Plot klasik gaya lama
Alur maju membuat rangkaian cerita ‘Tuhan Minta Duit’ sangat mudah diprediksi. Bahkan saat konflik utama memuncak, templat gaya lama pun keluar. Saat susah tiba-tiba ada malaikat menyelamat, tak ada pengembangan plot berarti.
Sosok Pak Ridwan (Rendi Khrisna) yang muncul di beberapa bagian awal, terlalu klise untuk penggambaran karakter misterius yang tampil begitu sering. Penyelesaian dari rangkuman hal-hal aneh yang kurang mendetail tak terlalu menjadi pikiran, karena kalian pun sudah tahu akhir dari segalanya.
Kesimpulan
Karakter Maya ditonjolkan sangat baik dan dimainkan Anantya Kirana, namun karakterisasi yang dibuatnya membuat pribadinya berlawanan dalam sosok anak kecil.
Kepolosan bercampur kedewasaan yang terasa amat jauh. Karakter Maya yang diceritakan dengan sederhana, membuat tontonan keluarga ini menjadi sajian hangat yang ringan saat Ramadhan.
Walau sang sutradara Kinoi menyebut ini akan berbeda dengan film Ramadhan lain, tapi sebuah sajian klasik penonjolan kehidupan rakyat kecil sudah banyak di film lain walau bukan film ala Ramadhan.
Bagi penonton yang lebih suka hal permukaan dengan plot sederhana akan suka film ini. Namun hal mendetail yang luput untuk pembangunan aspek keutuhan film seakan menjadi hal nomor kesekian.
Sajian film keluarga dengan gaya lama terlalu usang untuk sajian masa kini, apalagi hanya menonjolkan doa polos seorang anak perempuan
Director: Azhar Kinoi Lubis
Cast: Anantya Kirana, Putri Ayudya, Asrul Dahlan, Andro Trinanda, Abirama, Rendi Khrisna, Adrian Aliman, Tommy Babap
Duration: 77 minutes
Score: 6.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Tuhan Minta Duit
Maya (Anantya Kirana) harus mencari nafkah dengan menyamir sepatu, namun dirinya harus menyamar sebagai anak laki-laki Adi, agar tidak musuhi teman-temannya. Doa Maya untuk hidupnya yang sulit “Tuhan, minta duit” untuk bisa hidup bahagia bersama Mbah Kedah (Putri Ayudya).