Some things will never change, even after 10.000 years,” – Alan (Till We Meet Again, 2021)
Till We Meet Again merupakan ketiga kalinya aktor Kai Ko bekerja sama dengan Giddens Ko setelah sebelumnya bekerja sama dalam pembuatan film You Are The Apple Of My Eyes dan A Choo.
Film bertema fantasi romantis ini dinominasikan untuk 11 kategori di Golden Horse Awards ke-58, diantaranya termasuk untuk nominasi kategori Narasi Terbaik dan Sinematografi Terbaik. Di ajang bergengsi itu, Till We Meet Again berhasil memenangkan kategori untuk Visual Efek Terbaik, Tata Rias dan Desain Kostum Terbaik serta Suara Terbaik.
Sinopsis Film
Till We Meet Again bermula ketika Alan (Kai Ko) mati tersambar petir dan rohnya dibawa pergi ke dalam dunia bawah, dia tidak memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya. Dia hanya memiliki pilihan: bereinkarnasi atau menjadi dewa dan berbagi beban kerja di bumi.
Setelah pelatihan, Alan mengambil pekerjaan sebagai dewa cinta, dia bekerja sama dengan Pinky (Gingle Wang). Mereka saling bekerja sama untuk mengikatkan benang merah, yang mengikat perjodohan antara pria dan wanita.
Selama mereka melakukan pekerjaan tersebut, Alan juga mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Hari demi hari, Alan menemukan bahwa tugas terbesarnya adalah mengikatkan benang merah pada wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya, Mi (Vivian Sung) dengan pria lain dan itu akan memisahkan mereka untuk selamanya.
Kisah romansa dua dunia
Till We Meet Again memang banyak bercerita tentang hidup setelah kematian, di sini kita akan sedikit belajar tentang keyakinan yang dianut para pengikut Budha. Mulai dari karma baik, karma buruk sampai soal reinkarnasi. Penganut Budha mempunyai keyakinan bahwa setelah kematian, mereka akan bereinkarnasi sesuai karma yang didapat selama mereka menjalani hidup di dunia.
Gidens Ko lalu meracik tema ini dengan menambahkan unsur romansa. Ia cukup berhasil menyatukan semuanya itu secara koheren sambil terus menjaga pesona cerita yang terjadi di antara dua insan yang telah berpisah itu.
Kisah di sini memang berfokus pada kisah romansa antara Alan dan Mi, ditambah elemen kisah kehidupan setelah mati, istilah yang biasa kita dengar yaitu “till death do us part” atau sampai maut memisahkan menjadi tidak berlaku di sini, karena sampai maut pun kisah romansa mereka berdua seakan tak terputus walau terpisah antara dunia dan akhirat.
Tema yang beragam disatukan secara menarik
Till We Meet Again juga memiliki banyak lapisan cerita yan menarik. Di mana berbagai unsur antara
komedi, drama, romansa dan sedikit aksi ikut berbaur menjadi kesatuan yang memikat.
Ada berbagai adegan flash back yang silih berganti untuk memberi penjelasan tentang latar cerita dan juga latar belakang karakternya. Hingga audiens bisa mendapatkan pemahaman utuh tentang keseluruhan cerita tersebut tahap demi tahapnya.
Di satu sisi, ada hubungan antara Alan, Mi dan Pinky. Di sisi lain, ada adegan mendebarkan, di mana
hantu jahat berhasil keluar dari akhirat untuk membalas dendam ke dunia manusia. Bagian suplot cerita menyeramkan ini juga merupakan tempat di mana make-up yang bagus dan spesial efek banyak ikut bermain.
Visualisasi berbeda tentang dunia akhirat
Ko juga secara luar biasa berhasil memberikan tampilan dunia akhirat sebagai suatu lingkungan birokrasi. Di mana para roh harus menyelesaikan tugas dan memberikan laporan. Ada sistim pelatihan dan penempatan kerja yang ditawarkan.
Giddens Ko dan timnya menyajikan lansekap tentang dunia akhirat yang benar-benar berbeda dari pandangan pada umumnya. Di mana biasanya akhirat digambarkan sebagai tempat berbagai penyiksaan dilakukan, seperti ada penyiksaan pencabutan lidah, disiksa dengan api atau neraka pisau.
Sebaliknya Ko mengambil persfektif yang sama sekali berbeda, ia menggambarkan akhirat sebagai “penjara jiwa” yang gelap, sunyi dan hampa. Dan ia juga memberikan gambaran tentang akhirat tak hanya sekedar sebagai tempat pengasingan roh, tapi juga sebagai tempat yang memberikan setitik harapan. Karenanya di sana para roh masih diberi kesempatan untuk menebus dosa dan kesalahan mereka di kehidupan sebelumnya dengan melakukan tugas atau pekerjaan yang ditawarkan dan setelah mereka paripurna bertugas, akhirnya mereka bisa berinkarnasi.
Salah satu pekerjaan yang tersedia untuk Alan di dunia bawah tersebut adalah sebagai “Yue Lao” dewa cinta dalam mitologi Tiongkok. Menurut legenda, Yue Lao muncul di malam hari dan menggunakan benang merah untuk mengikat pasangan yang telah ditakdirkan, setelah itu tidak ada yang bisa mencegah ikatan mereka tersebut.
Kepiawaian akting Gingle, Vivian dan Kai Ko
Kai Ko yang tampil sebagai karakter utama bernama Alan, cukup berhasil memberikan penggambaran tentang Alan yang menggemaskan, kadang sedikit mengesalkan tapi juga penuh pesona.
Sementara itu lawan mainnya, Vivian Sung juga berhasil memberikan penampilannya sebagai Mi dan yang lebih menariknya lagi adalah bagaimana dia dengan penuh pesona sukses memunculkan perasaan rumit dari karakternya.
Selain itu, ada yang cukup mencuri perhatian tentunya adalah penampilan Gingle Wang. Ia memainkan peran perempuan muda yang rambutnya dicat berwarna merah muda dan pemarah, yang meninggal sekitar periode waktu yang sama dengan Alan.
Chemistry keduanya terlihat kuat mulai dari sikap permusuhannya dengan Alan, hingga ketika salah satu di antaranya mulai mengembangkan perasaan yang lebih dari seorang teman. Wang menunjukkan bagaimana karakter yang ia perankan dapat berkembang dari waktu ke waktu dengan cara yang ekspresif.
Kesimpulan
Meskipun Till We Meet Again mencakup banyak tema namun hal itu tak menjadikan film ini susah dimengerti. Giddens Ko cukup sukses secara impresif menyajikannya dengan penuh lapisan cerita yang menarik diikuti dengan alur cerita yang cukup tertata dan mudah dipahami sehingga membuat audiens tetap duduk terpaku di depan layar.
Director: Giddens Ko
Cast: Kai Ko, Vivian Sung, Gingle Wang, Umin Boya, Marcus Chang, Kent Tsai, Joelle Lu
Duration: 128 minutes
Score: 7.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Till We Meet Again
Alan (Kai Ko) mati tersambar petir dan rohnya dibawa pergi ke dalam dunia bawah, dia tidak memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya. Dia hanya memiliki pilihan: bereinkarnasi atau menjadi dewa dan berbagi beban kerja di bumi.