“I would never do anything to hurt my children,” – Rachel (The Twin).
Meski telah tayang di layanan streaming Shudder di AS pada 6 Mei 2022 lalu, ‘The Twin’ tetap melanjutkan rencana mereka untuk rilis di bioskop, tak terkecuali di bioskop Indonesia. Film horor-psikologis ini dibintangi oleh Teresa Palmer dan Steven Cree yang berperan sebagai sepasang suami-istri yang harus kehilangan anak mereka.
Disutradarai oleh Taneli Mustonen, ‘The Twin’ memberikan sebuah formula umum, tipikal film-film horor dengan jalan cerita yang mungkin saja sudah bisa diketahui oleh banyak penonton. Lewat genre yang diusung oleh film tersebut, ‘The Twin’ bisa saja mengacaukan pikiran, bagi siapapun yang melihatnya.
Sinopsis
Selepas kematian putranya yang bernama Nathan (Tristan Ruggeri), Rachel serta Elliot (juga diperankan Ruggeri) memutuskan untuk pindah dari New York, ke rumah masa kecil sang suami dan ayah mereka, Anthony, di Finlandia.
Berada jauh di sebuah kota terpencil, keluarga kecil tersebut berharap akan masa depan yang cerah selepas duka mendalam yang harus mereka alami. Sayangnya, harapannya tak kunjung terjadi.
Rachel justru semakin merasakan keganjilan usai pindah ke daerah tersebut. Berbeda dengan Anthony yang merasa dekat dengan para tetua di sana, Rachel justru merasa terasingkan dan sendirian. Terlebih lagi, lambat laun sikap Elliot mulai berubah dan sering bersikap tak wajar.
Dibantu oleh Helen (Barbara Marten), penduduk lama di wilayah itu, Rachel mencoba menguak segala macam keanehan yang terjadi. Dengan mempertahankan kewarasan sebagai seorang Ibu, ia mencoba menghadapi kebenaran tentang putranya yang mungkin masih hidup.
Hal yang menarik hanya sinematografi
Dari sekian banyak aspek yang seharusnya bisa dibanggakan oleh film ‘The Twin’, hanya sinematografi-lah setidaknya yang paling terlihat. Di awal film, ‘The Twin’ memulai ceritanya dibawah sinar pagi di sebuah lading jagung dengan terik matahari yang terlalu menyengat. Menandakan segala sesuatu yang tenang dan damai.
Namun, pemandangan indah tersebut justru menjadi sebuah ironi. Tiba-tiba saja, Rachel terlihat kehilangan kendali hingga adegan berganti di saat ia sedang menangis begitu sedih. Meski tak digambarkan secara jelas, sudah terlihat bahwa Rachel baru menyadari bahwa anaknya sudah tak hidup lagi.
Sedih dengan keadaan itu, Rachel dan Anthony memutuskan untuk pindah ke Finlandia, di mana mereka kemudian melewati sebuah jalanan lengang seakan wilayah tersebut tak berpenghuni.
Tipikal film-film horor, ‘The Twin’ juga memberikan suasana seram melalui visualisasi alam yang dingin, rumah besar dengan lantai dan kamar yang gelap dan suram, serta para penduduk tua pendiam yang membuat Rachel merasa terasingkan.
Jalan cerita mudah ditebak dan terlalu membingungkan
Bermain dengan pikiran, mungkin ‘The Twin’ bisa dibilang sukses membuat bingung penonton. Lewat premis menarik serta pembukaan yang cukup menjanjikan, awalnya semua berjalan baik-baik saja. Pesan tersampaikan, dan penonton dapat dengan mudah menarik segala kesimpulan meski adegan berganti terlalu cepat.
Menuju pertengahan, ‘The Twin’ mulai terasa lamban dan membingungkan. Setelah dibuka terlalu cepat, ‘The Twin’ justru mengulur waktu terlalu lama hingga menuju akhir.
Dengan segala macam keanehan, sang sutradara rasanya terlalu mengasingkan banyak petunjuk, sehingga eksekusi akhir menjadi tidak masuk akal. Ingin menghadirkan plot-twist, namun ‘The Twin’ sebenarnya hanya berputar lewat cerita-cerita menarik tentang budaya pagan yang tak memiliki arti di film tersebut.
Sang ayah yang kasat mata
Lewat cerita yang rumit dan berbelit-belit, Palmer sebagai seorang ibu menjadi satu-satunya karakter yang membangun cerita. Dibebankan tugas yang begitu berat, akhirnya Palmer menjadi sosok yang membingungkan sekaligus terlihat tidak rasional. Ia sangat menginginkan kejelasan atas semua hal yang telah terjadi pada anaknya, sedangkan suaminya justru berperan pasif dan terlihat tak ingin memperbaiki keluarga kecil mereka.
Hingga akhir cerita, para penonton mungkin akan melihat sosok Antohny sebagai pria tak kasat mata, yang tak tahu bagaimana seharusnya bertindak. Berada di kampung halamannya sendiri, Anthony tampak ingin melepas segala beban dan memulai hidup baru yang lebih baik.
Namun sebaliknya, kepindahan mereka justru karena Anthony begitu mencintai Rachel dan ingin melindungi Elliot. Berlindung di balik rasa cintanya kepada sang istri, ia membiarkan Rachel bermain dengan imajinasi liar atas rasa bersalahnya, untuk membuat sang istri tetap bahagia. Lama kelamaan, Anthony pun mengerti bahwa ini tidak bisa dibiarkan begitu lama.
Dengan bantuan penduduk setempat, Anthony menjelaskan bahwa sebenarnya sosok Elliot tak pernah ada. Akhirnya, terkuak bahwa selama ini Rachel sering dikeluhkan atas sikapnya yang tidak waras karena begitu kehilangan. Inipun menjadi pembenaran Anthony untuk melakukan hal-hal aneh kepada Rachel agar ia lekas sembuh.
Lantas, apakah maksud dari pernyataan Helen tentang adanya budaya pagan yang terjadi di wilayah tersebut? Bahkan, apakah Helen merupakan sosok nyata atau buah pemikiran gila dari karakter Rachel saja? Yah, tidak ada yang tahu hingga cerita ditutup dengan kematian selanjutnya.
Kesimpulan
‘The Twin’ merupakan salah satu film dengan durasi yang cukup panjang, namun tidak memberikan hiburan yang berarti sama sekali. Seperti harapan kepada film horor pada umumnya, tidak ada hal-hal baru di film ‘The Twin’ yang dapat membangkitkan rasa penasaran. Alur cerita yang dapat diprediksi serta beberapa plot-twist yang tak mengejutkan, membuat film ini begitu kering dan tak memiliki emosi.
Director: Taneli Mustonen
Cast: Teresa Palmer, Steven Cree, Tristan Ruggeri, Barbara Marten
Duration: 109 menit
Score: 3.6/10
WHERE TO WATCH
TBA
The Review
The Twin
Selepas kematian putranya, sepasang suami-istri memutuskan untuk pindah dari New York ke Finlandia. Berada jauh di sebuah kota terpencil, keluarga kecil tersebut berharap akan masa depan yang cerah selepas duka mendalam yang harus mereka alami. Sayangnya, harapannya tak kunjung terjadi.