Review The Takedown (2022)

Duet Polisi Prancis yang Kocak dan Susah Akur

“We were a good team, a unit, a duo! We were besties, pals, buddies!” – François Monge (The Takedown)

 

‘The Takedown’ merupakan film yang diarahkan oleh sutradara pengganti Justin Lin di ‘Fast X’, Louis Leterrier. Film komedi-aksi ini adalah sekuel dari film pertamanya, ‘On The Other Side of the Tracks’, yang kembali menghadirkan dua pemeran utama, yaitu Omar Sy (dikenal sebagai pemeran Lupin di Netflix) dan Laurent Lafitte.

Meski hadir sebagai sekuel, penonton tidak perlu khawatir tak paham apa yang terjadi di film pertama. Pasalnya, film kedua yang hadir 10 tahun setelah film pertamanya ini akan me-refresh ingatan melalui serangkaian adegan dan percakapan antara para karakter utama.

Di sela-sela percakapan, mereka juga turut menghidupi genre komedi di film ini dengan celetukan yang seringkali menyinggung isu sosial seperti rasisme, homofobia, dan lain-lain. Leluconnya dibawakan dengan santai, namun tidak sampai membuat terbahak-bahak.

Sinopsis

© Netflix

Ousmane Diakhité (Omar Sy) adalah seorang kapten dari divisi kriminal National Police di Paris yang terkenal sering nekat saat menjalankan sebuah misi. Beberapa tahun silam, ia pernah memiliki rekan sesama polisi yang kini sudah tak lagi bersama akibat sebuah konflik. Rekan itu bernama Francois Monge (Laurent Lafitte).

Tiba-tiba, mereka dipertemukan kembali dalam kasus pembunuhan yang terjadi di salah satu stasiun di Paris. Kematian orang tersebut membuat Ousmane dan Francois harus kembali bekerja sama, walau mereka berdua sebenernya menyimpan rasa benci terhadap satu sama lain.

Saat sedang mengusut kasus di sebuah kota kecil, mereka dipertemukan dengan petugas polisi setempat, Alice (Izïa Higelin). Penelusuran itu mengantarkan mereka bertiga kepada kasus yang lebih besar lagi, jauh lebih besar dari sekadar pembunuhan.

Duo kocak yang sering ledek-ledekan

© Netflix

Ousmane dan Francois sebenarnya memiliki hubungan yang tak begitu akrab karena mereka berdua menyimpan sesuatu yang selalu buat mereka geregetan satu sama lain. Bukan dendam kesumat, namun lebih seperti dua anak kecil yang rebutan mainan.

Mereka seringkali terlibat di percakapan yang berujung saling meledek satu sama lain. Ousmane kerap membuat panik Francois karena perkataannya sering ia belokkan menjadi hinaan berbau rasisme, juga sebaliknya Francois yang membuat Ousmane panik karena perkataannya suka dibuat seakan-akan dia adalah homofobia (Francois adalah seorang homoseksual).

Guyonan di film ini hampir semuanya datang dari seputar isu sosial yang ada. Tanpa maksud menghina, ‘The Takedown’ menjabarkan beberapa kritik sosial yang sering terjadi di dunia nyata melalui percakapan yang mengundang tawa.

Meski demikian, tidak selalu gurauan yang ada di film ini berhasil membuat ketawa yang lebar karena memang biasa saja. Tidak ada jokes yang spesial dari ocehan Ousmane dan Francois.

Andalkan adegan kejar-kejaran

© Netflix

Selama film berjalan, ‘The Takedown’ menyuguhkan banyak adegan kejar-kejaran. Tidak hanya mobil, namun juga kejar-kejaran menggunakan gokart yang dilakukan di tengah supermarket–khusus yang satu ini, penulis sangat enjoy menontonnya karena sangat mengasyikkan dan rasanya seperti menonton Mario Kart.

Adegan kejar-kejaran ini diambil dengan apik, memperlihatkan ketegangan mereka yang terlibat, berusaha untuk menangkap dan tidak ditangkap. Tangkapan kamera banyak menunjukkan situasi di luar akan kehancuran yang disebabkan oleh kendaraan yang sedang ditumpangi.

Kejaran-kejaran menggunakan mobil juga tidak monoton. Kendati dilakukan berkali-kali, tiap adegan Ousmane mengejar musuhnya selalu tersaji dengan memukau. Antara kejar-kejaran pertama dan berikutnya selalu ada yang berbeda dan menyegarkan.

Cerita ringan, tapi kurang berbobot

© Netflix

‘The Takedown’ membawa para penonton ke perjalanan mencari jawaban yang mudah diikuti. Alur ceritanya berjalan linier dan gampang untuk dipahami. Tidak ada detail cerita di awal atau bagian tertentu film yang harus dicermati karena film ini dengan sederhana akan menyimpulkannya di akhir.

Seiring berjalannya film, penjahat aslinya juga akan terkuak melalui serangkaian kegiatan yang Ousmane dan Francois lakukan. Bersama dengan Alice, mereka mengikut tiap petunjuk yang ditemui untuk nantinya ditelusuri bersama-sama.

Cerita yang ringan itu akhirnya terkesan remeh dan tidak memiliki bobot yang berarti. ‘The Takedown’ tidak mencoba untuk menggali lebih dalam ke konfliknya. Mereka memutuskan untuk hanya meraba-raba di permukaan dan membiarkan interaksi Ousmane dan Francois yang biasa saja itu menjadi pengisi film berdurasi 120 menit ini.

Hal itu cukup disayangkan karena film ini juga turut menyinggung isu sosial yang lebih luas di awal, tetapi berakhir mengecewakan dalam hal eksekusinya.

Kesimpulan

© Netflix

‘The Takedown’ cukup berhasil memberikan duo polisi kocak yang sulit akur, memperlihatkan dinamika mereka berdua dalam mengusut sebuah kasus besar yang mengancam kelangsung kehidupan masyarakat Prancis. Film ini mampu menghadirkan interaksi yang baik antara dua polisi tersebut, tetapi dengan lelucon yang cenderung biasa saja.

Enggan mengeksplorasi ceritanya menjadi lebih dalam, ‘The Takedown’ memutuskan untuk meng-highlight adegan kejar-kejaran yang mengasyikkan untuk ditonton berulang kali.

 

Director: Louis Leterrier

Cast: Omar Sy, Laurent Lafitte, Izïa Higelin, Dimitri Storoge, Léopold Bara, Robert Catrini

Duration: 119 Minutes

Score: 6.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Takedown

6 Score

Dipaksa untuk bergabung kembali setelah satu dekade, dua polisi yang tidak cocok menyelidiki pembunuhan di sebuah kota Prancis yang terbagi, di mana konspirasi yang lebih luas membayangi.

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6
  • Entertain 6
  • Scoring 6
  • Story 6
Exit mobile version