Review The Medium (2021)

Horor Mencekam Tentang Kepercayaan Mistis di Sebuah Desa Terpencil di Thailand

review the medium (2021)

© EncoreFilmsInd

“Jujur, aku juga tidak tahu. Aku tidak pernah yakin, apakah Dewa Bayan memang merasukiku?” –Nim (The Medium).

Sebuah film horor terbaru dari negara tetangga Thailand berjudul The Medium baru saja dirilis. Film ini hadir di CGV pada 20 Oktober dan akan menghadirkan pengalaman horor terbaru bagi para penontonnya.

Mengapa demikian? Sama halnya dengan Indonesia, negara Gajah Putih itu juga masih memercayai hal-hal berbau mistis. Penonton akan dibawa untuk melihat sebagian kecil kepercayaan di suatu desa terpencil, tepatnya daerah timur laut Thailand yang bernama Isan.

Dalam sebuah kepercayaan orang di sana, warga setempat masih menganut kepercayaan mistis sehingga amat percaya akan tradisi semacam itu. Kepercayaan terhadap roh selama berabad-abad membuat warga di desa Isan memiliki sejumlah tempat persembahan dan sembahyang di depan rumah ataupun di hutan.

Mereka juga percaya roh itu bukan hanya roh orang meninggal saja, melainkan meliputi pula rumah, pohon, pegunungan, lautan bahkan hingga ladang dipercaya memiliki roh.

Sinopsis

Cerita ini dimulai dari sekelompok tim dokumenter yang tertarik untuk mengangkat kisah kepercayaan warga Isan. Maka untuk memudahkan informasi yang di dapat mengenai roh yang disebutkan sebelumnya, mereka memutuskan untuk mewawancarai beberapa dukun di sana.

Kemudian, terpilihlah Nim, seorang dukun yang dirasuki oleh dewa bernama Martian atau menurut kepercayaan orang timur Dewa Bayan. Dia merupakan dewa baik yang selalu memberkati setiap orang.

© EncoreFilmsInd

Meskipun Nim sendiri tidak mengetahui asal Dewa Bayan, yang dapat ia percaya adalah dewa ini telah merasuki garis keturunan keluarganya yang berjenis kelamin wanita. Berawal dari sang nenek dan berlanjut pada tantenya. Kemudian, turun kembali ke pada kakak Nim yang bernama Noi. Akan tetapi, Noi tidak mau menjadi dukun. Akhirnya, Dewa Bayan memilih Nim untuk melanjutkan garis keturunannya.

Jalan cerita yang menarik dan unik

Selain menceritakan garis keturunan dukun dalam keluarganya, Nim juga menceritakan garis keturunan saudara kandungnya. Ia sendiri merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak pertamanya adalah seorang laki-laki bernama Manit dan kakak keduanya adalah perempuan bernama Noi yang sebelumnya menolak melanjutkan garis keturunan dukun. Manit digambarkan telah menikah dan baru memiliki seorang putra usia balita.

Sementara terkait Noi, ia memiliki dua orang anak, yang pertama adalah laki-laki bernama Mike dan seorang anak perempuan bernama Mink. Malangnya, Noi harus kehilangan putra pertamanya pada suatu kecelakaan sepeda motor. Ia juga baru saja kehilangan suaminya yang bernama Willow karena penyakit kanker yang diderita olehnya. Kini, Noy hanya tinggal bersama anak perempuan satu-satunya.

© EncoreFilmsInd

Akan tetapi setelah pemakaman sang ayah, Mink memiliki beberapa perubahan perilaku. Perubahan perilaku itu dimulai dari tatapan kosong, berbicara sendiri, bermimpi bertemu sesuatu yang mengerikan, hingga perubahan ekstrem selayaknya seorang yang kehilangan akal sehat. Bahkan, perubahan sikapnya tersebut tergolong menyeramkan, hingga membahayakan keluarga dan dirinya sendiri.

Perubahan sikap Mink ini disadari oleh sang Bibi, yaitu Nim. Beberapa kejadian yang dialami Mink merujuk pada beberapa gejala yang pernah dialami Nim sebelum terpilih menjadi dukun perantara Dewa Bayan.

Kejadian tersebut membuat sebuah pertanyaan besar, akankah garis keturunan itu berlanjut ke dalam tubuh Mink? Pertanyaan besar itu muncul dalam benak sang kameramen dan juga diri Nim sebagai bibi dari Mink, apakah benar Mink akan melanjutkan garis keturunan orang yang dirasuki Dewa Bayan?

Merupakan kolaborasi dua sutradara berpengalaman

Selain jalan ceritanya yang menarik, yakni mengangkat kisah garis keturunan dukun di sebuah desa terpencil di Thailand, film ini juga didukung oleh tim yang berada di balik layar, mulai dari kolaborasi dari sutradara kenamaan Korea Selatan dan Thailand. Na Hong Jin merupakan sutradara asal Korea selatan yang telah menulis dan mengarahkan beberapa film, seperti ‘The Chaser’ (2008), ‘The Yellow Sea’ (2010), dan ‘The Wailing’ (2016).

© EncoreFilmsInd

Sementara sutradara Thailand yang menggarap ‘The Medium’ adalah Banjong Pisanthanakun. Ia mengawali kariernya sebagai sutradara film lewat ‘Shutter’ (2004) yang bahkan dirilis versi Hollywood pada 2008. Selain itu, Banjong Pisanthanakun juga membuat film-film laris, seperti ‘Hello Stranger’ dan ‘Pee Mak’.

Dengan kolaborasi dari dua sutradara berpengalaman itu, tentu penonton dapat membayangkan bagaimana visualisasi film ini di layar lebar. Secara keseluruhan film ini mengusung gaya dokumenter, terdapat beberapa wawancara yang dilakukan dalam film ini layaknya film dokumenter pada umumnya.

Teknik pengambilan gambar ala dokumenter

Konsep film ala dokumenter ini membawa kita pada informasi yang terbatas sehingga kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi saat kamera dimatikan. Hal tesebut akan menambah aspek misteri yang terdapat pada beberapa adegan yang tidak ditayangkan dalam film.

Konsep rekaman dokumenter tersebut mengingatkan kita pada ‘REC’, sebuah film horor asal Spanyol tahun 2007 yang ditulis dan disutradarai oleh Jaume Balagueró dan Paco Plaza. Film tersebut dari awal hingga akhir membawa konsep rekaman dokumenter yang sama persis dengan film ‘The Medium’.

Dalam konsep rekaman dokumenter, kameramen akan mengikuti setiap gerak pemain dan juga beberapa wawancara yang terjadi di dalamnya. Saat pertama kali tayang, ‘REC’ menjadi film yang sukses secara komersial dan diakui kritikus. Film tersebut diakui sebagai salah satu film terbaik bertema found footage. Berkat kesuksesan tersebut, ‘REC’ masuk ke dalam daftar 100 film terbaik versi Time Out, tepatnya di urutan ke-60.

Sejumlah teknik pengambilan gambar dalam film ‘The Medium’ adalah teknik one shoot atau long take, yaitu teknik pengambilan gambar yang memperlihatkan diambilnya adegan tanpa jeda atau terpotong. Dengan begitu, penonton dapat melihat akting natural yang dilakukan oleh para pemain. Belum lagi sejumlah rekaman bergaya found footage, seperti dari CCTV, dan rekaman kamera infrared ikut menambah suasana “gelap” dalam film tersebut.

Meskipun saat menonton beberapa adegan yang terjadi berkesan gimmick, hal tersebut masih bisa diterima walaupun itu menjadi salah satu kekurangan dalam film ini. Hal tersebut disebabkan karena di Indonesia jarang sekali menemui konsep film seperti ini.

© EncoreFilmsInd

Teknik pengambilan gambar lain yang digunakan dalam film ini adalah extreme long shot yang menampilkan area atau latar yang sangat luas dan memasukan objek-objek lain di sekitar subjek utama.

Lalu, ada pula long shot yang merupakan teknik pengambilan gambar pada seluruh tubuh subjek tanpa adanya bagian yang terpotong. Teknik ini akan memfokuskan pengambilan gambar pada subjek yang disorot dengan segala emosi, ekspresi, suasana, atau situasi.

Perbandingan dengan film ‘REC’

Memang antara ‘REC’ dengan ‘The Medium’ memiliki teknik pengambilan gambar yang hampir sama, tetapi secara jalan cerita sangat jauh berbeda. ‘REC’ lebih membawa para penonton melihat secara intens serangkaian kejadian berdarah yang mengerikan dari awal hingga akhir film atau film ini bergenre thriller.

Sementara pada film ‘The Medium’, penempatan kejadian berdarah lebih tertata karena fokus dalam film tersebut adalah horor klenik atau kejadian mistis di luar nalar manusia.

Melalui ‘The Medium’, kita disuguhi beberapa adegan yang menyeramkan, seperti adegan pembunuhan, bunuh diri, memakan daging mentah, dan mengigit layaknya hewan liar.

Beberapa adegan berdarah pun tidak bisa dihindari dari film ini. Film ini bisa dikatakan sebagai film terhoror tahun ini. Bagaimana tidak? Sejumlah adegan vulgar tetap ditampilkan tanpa sensor sedikit pun.

Perpindahan kamera dalam film ‘The Medium’ juga cukup tertata dari satu adegan ke adegan lainnya. Namun menuju akhir cerita, perpindahan kamera akan semakin tinggi kecepatannya. Dengan begitu, adegan penuh kekacauan di akhir film akan lebih terasa.

Kemampuan akting pemerannya layak diperhitungkan

Selain konsep pengambilan gambar yang baik, film ini juga didukung oleh akting para aktor dan aktris yang juga layak diperhitungkan. Nim yang diperankan oleh Sawanee Utooma telah membintangi drama Thailand, seperti ‘One Day’ dan ‘The Promise’.

Manit diperankan oleh Yasaka Chaisorn. Aktingnya di film ini juga layak diperhitungkan karena pernah bermain di sejumlah film, seperti ‘Wandering’ dan ‘The Cave’. Noy diperankan oleh Sirani Yankittikan, sementara Mink diperankan oleh Narilya Gulmongkolpech.

© EncoreFilmsInd

Seluruh tim dan pemain layak diperhitungkan keberadaannya. Pemain sanggup menghadirkan peran yang tak biasa, apalagi Narilya sebagai Mink. Ia akan berperan selayaknya orang yang benar-benar kehilangan akal. Dia mampu berakting layaknya kesurupan yang sesungguhnya. Semua pemeran juga dapat menyampaikan rasa takut, panik, dan paranoid kepada para penonton sehingga mereka akan ikut terbawa ke suasana di dalamnya.

Sebagai film horor, ‘The Medium’ selayaknya film horor pada umumnya, yaitu menghadirkan sejumlah jumpscares yang lumayan mengacu adrenalin para penonton. Jumpscares itu berasal dari para pemainnya yang sangat menghadirkan kesan menyeramkan dari gerak-gerik, bahkan tampilan yang mendukung akting mereka.

Selain itu, suasana yang mencekam seperti latar tempat gedung tua, hingga hutan sangat dihadirkan dalam film ini, menambah kesan menakutkan dalam film ini.

Film ‘The Medium’ juga didukung oleh teknik scoring musik yang baik, mulai dari latar belakang suara mantra yang diucapkan oleh Nim dan beberapa dukun, decit pintu, suara teriakan, suara gong, pemanggilan arwah dengan mantra-mantra, musik khas Thailand, hingga tangis bayi yang menambah kesan mengerikan. Apalagi saat dimunculkannya adegan jump scare, teknik scoring yang digunakan cukup mengejutkan saat menonton film ini.

Menjadi film horor terlaris

Kelebihan-kelebihan ini yang pantas menempatkan ‘The Medium’ menjadi film terlaris ke-6 tahun ini. Menurut data Dewan Film Korea, saat film ini pertama kali ditayangkan, ‘The Medium’ menempati peringkat ke-15 dalam daftar film terlaris Korea Selatan sepanjang tahun ini dengan pendapatan 7,35 juta dolar Amerika Serikat.

Dengan pundi-pundi sebanyak itu, ‘The Medium menjadi film Thailand terlaris di Korea dengan menduduki posisi keenam. Sementara untuk genre horor, film ini disebut sebagai yang terlaris sepanjang tahun ini. Namun, layaknya film pada umumnya, film ini juga memiliki sejumlah kekurangan.

© EncoreFilmsInd

Selain akan terasa kesan gimmick di beberapa adegan, film ini juga memiliki kekurangan pada penyelesaian masalah yang kurang baik. Sang sutradara seolah sengaja menempatkan cerita yang menggantung di akhir film agar para penonton memiliki asumsinya sendiri.

Hal ini juga menjadi perbincangan di sejumlah media dan para penonton. Banyak yang menyayangkan bagian akhir film yang kurang baik. Akan tetapi, hal tersebut menimbulkan kesan khusus dari film ‘The Medium’ karena meninggalkan plot hole besar di sejumlah titik. Kesan ini dapat membuat orang berbondong-bondong menontonnya dan menemukan kekosongan apa yang dimaksud dari omongan banyak orang itu?

Kesimpulan

Sebagai film horor yang dikategorikan sebagai film horor terlaris tahun ini, ‘The Medium’ bukan hanya menampilkan jalan cerita yang menarik, akan tetapi menampilkan visual yang baik dan konsisten.

Selain itu, para pemain yang membintangi film ini mampu menghadirkan kualitas akting yang sangat mempuni untuk membangun jalan cerita yang tak biasa ini. Meskipun dengan beberapa kekurangan di dalamnya, film ini layak masuk ke dalam daftar tontonan Cilers.

© EncoreFilmsInd

Bagi Cilers yang menyukai film horor klenik bersama misteri di dalam nya. Cineverse merekomendasikan film ini bagi kalian, kira-kira apakah yang sebenarnya terjadi pada Mink?

Apakah benar Mink yang akan melanjutkan garis keturunan perantara dewa Bayan itu? Sanggupkah Nim membantu Mink untuk menemukan jalan keluar bagi nya? Jangan lewatkan film ‘The Medium’ yang kini telah tayang di appletv plus.

Selamat menonton! Bagi penakut di harapkan untuk menyiapkan mental!

 

Director: Banjong Pisanthanakun

Cast: Sawanee Utooma, Yasaka Chaisorn, Sirani Yankittikan, Narilya Gulmongkolpech

Duration: 130 minutes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Medium

7.6 Score

The Medium berkisah tentang warisan seorang dukun yang merasuki sebuah keluarga di Isan, daerah terpencil di Thailand. Warga setempat yakin apabila roh jahat dapat hadir dan masuk ke dalam tubuh dukun pada upacara-upacara tertentu.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 6
  • Scoring 8
  • Story 8
Exit mobile version