Review The Bombardment (2021)

Malapetaka Timbul Ketika Serangan Bom Inggris Salah Sasaran dan Berimbas ke Sekolah di Prancis

“Suster Teresa? Apa Tuhan sedang menjatuhkan pensilnya? Mengapa sangat lama, apakah ini tandanya kita akan pergi ke surga?” – Rigmor (The Bombardment).

 

Netflix kembali merilis film terbaru yang mengangkat kisah nyata tentang perang di Denmark, dengan mengambil sudut pandang anak sekolah, para biarawati, pejuang kemerdekaan, tawanan muda dan penerbang yang menyerang.

‘The Bombardment’ atau dalam judul lain ‘The Shadow in My Eye’ secara garis besar mengisahkan tentang serangan yang diluncurkan Angkatan Udara Kerajaan Inggris di Markas Besar Gestapo, Kopenhagen, yang berhasil tetapi juga berakhir dengan tragedi yang fatal.

Karena mereka secara tidak sengaja menargetkan bom ke sekolah di Prancis juga, yang mengakibatkan lebih dari 120 korban, 86 di antaranya adalah anak-anak. Kejadian tersebut berlatar sekitar tanggal 21 Maret 1945.

Film ini berjalan di belakang statistik dan menceritakan kisah insiden yang menampilkan jika dalam pertempuran untuk perdamaian, warga sipil yang tak berdosa selalu membayar harga tertinggi dengan mengorbankan nyawa mereka. ‘The Bombardment’ sudah bisa disaksikan melalui layanan streaming Netflix.

Sinopsis

© Netflix

Film ini mengikuti kisah tentang beberapa penduduk Kopenhagen yang hidupnya berubah secara permanen ketika menjelang berakhirnya Perang Dunia II. Denmark tetap berada dibawah kuasa militer Nazi Jerman di kota Kopenhagen, meskipun kehidupan sehari-hari warga disana masih berlanjut dengan relatif normal.

Toko-toko masih beroperasi dan orang-orang pergi bekerja serta anak-anak bersekolah. Namun, Gestapo masih secara agresif memburu anggota gerakan perlawanan dengan bantuan dari orang Denmark lokal dikepolisian tambahan bernama HIPO, warga sekitar pun selalu menyerukan jika HIPO adalah penghianat.

Film ini dibuka ketika seorang anak laki-laki bernama Henry (Bertram Bisgaard Enevoldsen), sedang mengendarai sepedanya ketika tiba-tiba penerbang udara dari pesawat tempur melepas puluhan tembakan pada taksi lokal yang dikira sebagai mobil staf Jerman.

Melihat kejadian tersebut membuatnya mengalami trauma berat hingga menjadi bisu. Ibunya membawanya untuk tinggal bersama sang tante yang tinggal di Kopenhagen, yang memiliki seorang anak perempuan bernama Rigmor (Ester Birch).

© Netflix

Rigmor bersama temannya yang bernama Eva (Ella Josephine Lund Nilsson), saling membantu untuk memulihkan suara Henry. Mereka sering pergi ke sekolah bersama dan menikmati kegiatan sekolah dengan suka cita. Di sekolah, mereka bertemu dengan suster Teresa (Fanny Bornedal), yang membantu mereka dalam belajar.

Semuanya masih berjalan dengan seperti biasanya, hingga suatu ketika tiba-tiba ada pesawat tempur yang oleng dan menabrak sekolah mereka.

Tak hanya itu saja, berkat tabrakan tersebut membuat sinyal sesama pesawat tempur yang sedang bertugas untuk menyerang suatu shell house, terganggu dan menyebabkan kesalahan penyerangan yang mengakibatkan peristiwa paling fatal sepanjang sejarah.

Diangkat berdasarkan kisah nyata

© Netflix

Kisah dalam film ini didasarkan dari kejadian nyata yang telah terjadi ketika Perang Dunia II berlangsung. Pada tahun 1940, Jerman mulai menduduki Denmark. Selama waktu tersebut, pemerintah dan Raja Denmark hanya mengikuti perintah yang diberikan.

Sampai ketika Nazi Jerman menempatkan negara Denmark di bawah kuasa militer langsung pada tahun 1943. Kemudian di negara tersebut mengalami pengeboman besar-besaran yang terjadi setelah dua tahun masa penjajahan, yakni di tahun 1945.

Perlawanan para pejuang muda kala itu dilakukan untuk mengebom markas Gestapo di Aarhus. Mereka sudah mempersiapkan rencana dengan sematang mungkin, dan nama operasi tersebut adalah Operasi Kartago, yang mengakibatkan penghancuran markas Gestapo, pembebasan 18 tahanan, dan gangguan aktivitas Nazi.

Namun, sangat disayangkan ketika sedang menjalankan misi tersebut, sebuah pesawat tempur menabrak tiang dan menyebabkan menabraknya ke Sekolah Jeanne d’Arc. Kengerian tidak berhenti di situ. Beberapa pengebom lain di gelombang kedua dan ketiga keliru dan menargetkan sekolah sebagai target mereka.

© Netflix

Unsur religius menjadi penyeimbang cerita

Sekolah Putri Katolik, Jeanne d’Arc School, adalah tempat dimana para anak-anak bersekolah dan para biarawati yang bertugas untuk mengajar mereka semua. Suster Teresa (Fanny Bornedal) mengajar Rigmor, Henry, Eva dan teman-teman sekelas lainnya tentang cerita Tuhan.

Ia berkata jika waktu yang mereka jalani akan berbeda bagi Tuhan, karena satu hari untuk kita mungkin terasa sama dengan 100 tahun bagi Tuhan. Oleh sebab itu, kekacauan yang mereka alami kemungkinan disebabkan karena tuhan sedang mengambil pensilnya yang terjatuh. Jadi, membuat Tuhan tidak sempat menolong mereka.

Penonton harus lebih jeli untuk memperhatikan setiap detail yang disampaikan, karena ‘The Bombardment’ tidak akan menjelaskan semua permasalahan atau kaitan masalah satu dan lainnya dengan sebuah dialog. Sebaliknya, penonton diberikan kode secara non-verbal yang nantinya menjawab semua benang permasalahan yang ada.

© Netflix

Namun, kekacauan yang diakibatkan perang yang tak kunjung usai membuat Suster Teresa mempertanyakan imannya. Dia mencambuk dirinya sendiri secara pribadi, demi melihat apakah Tuhan akan memunculkan wujudnya dan menolongnya atau sebaliknya.

Fanny Bornedal dengan apik berhasil memerankan sosok Suster Teresa, yang kerap kali mempertanyakan keberadaan Tuhan atas kejadian yang sedang berlangsung. Dirinya juga sering melanggar aturan sebagai seorang biarawati dengan mencium seorang HIPO penghianat, di depan patung Yesus.

Tragedi memilukan yang menyayat hati

Akibat dari kesalahan target penyerangan menggunakan bom, menimbulkan kerusakan parah dan menyebabkan banyak korban jiwa khususnya anak-anak yang meninggal dunia. Orangtua mereka yang mendengar hal itu pun langsung berlarian untuk mendatangi sekolah tersebut.

© Netflix

Beberapa anak-anak di antaranya bahkan terjebak dalam reruntuhan bangunan dan terjepit di dalamnya. Tampilan betapa menegangkannya suasana di sekolah kala bom dijatuhkan, tergambar jelas dan berhasil menyampaikan sisi emosional yang menyayat hati penonton.

Bagaimana perjuangan para biarawati menyelamatkan anak-anak agar tidak terkena bom, justru membawa mereka pada kejadian yang memilukan. Eva dan Henry yang saat itu sedang izin ke toilet, berhasil selamat lebih dulu. Meskipun Henry memutuskan untuk kembali ke sekolah demi menyelamatkan sepupunya, Rigmor.

© Netflix

Ketakutan para anak-anak di sekolah, tersalurkan dengan emosi yang natural dan semuanya bertindak sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi kepada mereka. Pembawaan setiap anak dan pengambilan sudut kamera yang diletakan dengan tepat, mengantarkan perasaan memilukan yang disajikan para pemain.

Kesalahan yang berakibat dan berdampak sangat fatal, meninggalkan memori mendalam bagi para keluarga yang ditinggalkan. Anak mereka yang berangkat dengan senyuman hangat, keceriaan yang ada diwajah mereka, kini harus dipulangkan dalam wujud terbujur kaku dan penuh dengan debu reruntuhan.

Peristiwa ini akan terus menerus dikenang oleh seluruh dunia, perang yang terjadi banyak menimbulkan tragedi-tragedi memilukan yang sampai kapanpun tak pernah bisa dilupakan.

© Netflix
© Netflix

 

Kesimpulan

‘The Bombardment’ menyajikan kisah memilukan tentang tragedi salah serang yang berakibat fatal, baik bagi orangtua para anak yang meninggal maupun trauma mendalam bagi mereka yang selamat. Kehancuran gedung sekolah tersebut merupakan kejadian yang paling tidak bisa dilupakan karena korban utamanya adalah anak-anak.

Dengan dialog yang tak terlalu banyak, serta pengambilan sudut kamera yang mendetail, membuat sisi emosional dalam film ini terasa kental dan menyentuh hati. Bagaimana sang sutradara memberikan gambaran lain akibat perang yang berkepanjangan, dengan menggunakan sudut pandang anak sekolah.

 

Director: Ole Bornedal

Casts: Alex Høgh Andersen, Fanny Bornedal, Bertram Bisgaard, Alban Lendorf, Ester Birch

Duration: 107 minutes

Score: 7.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Bombardment

7.4 Score

Pada tanggal 21 Maret 1945, serangan Angkatan Udara Kerajaan Inggris di Markas Besar Gestapo di Kopenhagen berhasil, tetapi juga berakhir dengan tragedi yang fatal, karena mereka secara tidak sengaja menargetkan bom ke sekolah di Prancis juga, yang mengakibatkan lebih dari 120 korban, 86 di antaranya adalah anak-anak.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 8
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version