Review The 8th Night (2021)

Perjuangan Mencegah Dua Monster Bertemu untuk Melindungi Bumi

review the 8th night (2021)

© Netflix

“Penderitaan akan terus menghantuimu saat kau tak bisa melupakan masa lalu.” – Biksu Ha-jeong (The 8th Night).

Untuk debutnya sebagai sutradara sekaligus penulis skenario, Kim Tae-hyung mencoba menghadirkan film dengan nuansa baru yang memadupadankan genre horor-thriller dengan balutan eksorsisme berjudul ‘The 8th Night’. Film yang dibintangi oleh Lee Sung-min, Park hae-joon, Kim yoo-jung, dan Nam Da-reum ini sudah bisa disaksikan sejak Jumat kemarin, 2 Juli 2021, di platform Netflix.

‘The 8th Night’ dibuka dengan narasi dalam bahasa Sansekerta yang mengisahkan legenda pada 2500 tahun lalu mengenai perlawanan Sang Budha dengan monster yang ingin membuka gerbang neraka untuk menimbulkan penderitaan pada umat manusia.

Kemudian, Sang Budha mengambil mata Hitam dan mata Merah yang menjadi sumber kekuatan monster tersebut. Kedua mata itu dikurung dan dipisahkan, sang Merah berada di ujung barat, sedangkan sang Hitam di ujung timur. Kedua tempat tersebut dijaga oleh seorang cenayang dan biksu agar sang Merah dan sang Hitam tidak bertemu.

Konflik mulai muncul ketika seorang arkeolog bernama Kim Jun-chul (Choi Jin-ho) berhasil menemukan dan membebaskan sang Merah yang menjadi bukti adanya Legenda Sutra Intan. Namun, ia dituduh memanipulasi penemuannya.

© Netflix

Waktu terus bergulir hingga empat belas tahun berlalu. Dengan kemarahan yang bergelegak karena tidak ada satu pun yang memercayainya, Kim Jun-chul membangkitkan sang Merah tepat saat gerhana bulan. Sang Merah pun terbebas dan berusaha bertemu dengan sang Hitam melalui tujuh batu pijakan selama tujuh malam. Jika sang Merah dan sang Hitam bertemu pada malam kedelapan, maka bumi akan berubah menjadi neraka.

Biksu Ha-jeong (Lee Eol) yang mengetahui hal itu pun meminta seorang biksu muda, Cheong-suk (Nam Da-reum), untuk mencari biksu yang bisa mencegah sang Merah bertemu dengan sang Hitam. Dia adalah Park Jin-soo/Seon-hwa (Lee Sung-min) yang telah berhenti menjadi biksu dan bekerja sebagai kuli bangunan.

Cerita semakin seru karena kehadiran Kim Ho-tae (Park Hae-joon), seorang detektif yang berusaha menyelidiki kasus pembunuhan di sebuah motel yang menjadi titik awal dari kasus pembunuhan lainnya. Kasus pembunuhan tersebut dirasa janggal karena korban mengalami pembusukan hanya dalam waktu semalam sehingga menyulitkan proses investigasi. Namun, ternyata kasus tersebut memiliki keterkaitan dengan sang Merah yang menjadikan manusia sebagai baju pijakannya.

© Netflix

Saat Cheong-suk berhasil bertemu dengan Park Jin-soo, mereka saling bekerja sama untuk mencegah sang Merah kembali dengan sang Hitam. Satu-satunya cara untuk mencegah hal itu terjadi adalah dengan membunuh batu pijakan terakhir.

Cheong-suk cukup terkejut saat mengetahui bahwa batu pijakan terakhir adalah Ae-ran (Kim Yoo-jung), seorang gadis yang pernah menolongnya. Masalah semakin pelik karena Cheong-suk berusaha menyelamatkan Ae-ran dari Park Jin-soo dengan mengajaknya kabur ke kuil di Gunung Buk. Apalagi, Kim Ho-tae semakin jauh terlibat dalam masalah ini karena partnernya juga termasuk batu pijakan sang Merah.

Film berdurasi 115 menit ini memiliki alur yang bergerak cukup lambat dan memaksa penonton untuk tetap terjaga dari menit awal hingga pertengahan. Padahal, premis yang disuguhkan sudah sangat menarik. Kisah mengenai Legenda sang Merah dan sang Hitam serta pengenalan para tokoh terlalu banyak menguras waktu. Pun, ada beberapa adegan yang seharusnya bisa dipangkas, tetapi tetap dimasukkan seolah-olah untuk memperpanjang durasi.

© Netflix

Namun, ketegangan semakin meningkat saat Park Jin-soo melakukan ritual untuk memancing sang Merah yang sudah bersemayam dalam tubuh partner Kim Ho-tae. Bumbu-bumbu eksorsisme mulai dimunculkan pada adegan ini. Apalagi, Park Jin-soo merapalkan mantra dalam bahasa Sanskerta yang membuat suasana semakin mencekam. Pun, cerita semakin seru karena misteri-misteri yang dimunculkan di menit awal hingga pertengahan mulai terungkap satu per satu.

Sayangnya, penonton kembali dibuat kecewa dengan akhir cerita yang penyelesaiannya terlalu terburu-buru dan terlalu mendramatisasi. Padahal, ending-nya masih bisa dimaksimalkan lebih baik lagi. Mungkin, durasi menjadi salah satu faktor yang membuat Kim Tae-hyung tergesa-gesa untuk segera mengakhiri cerita.

Kendati mengusung genre horor, ‘The 8th Night’ tidak memberikan sentuhan jump scare yang mampu membangkitkan adrenalin penonton. Pun, riasan untuk karakter yang disemayami oleh sang Merah tak terlalu menyeramkan dan belum mampu membuat bulu kuduk berdiri. Sehingga, genre horor dalam film ini terkesan seperti tempelan saja.

© Netflix

Meski film ini tidak terlalu mengandalkan dialog dalam setiap adegan, tetapi para pemeran mampu menunjukkan performa akting yang tetap memukau melalui mimik, tindakan, dan tatapan sehingga emosi tetap tersampaikan dengan baik. Persiapan yang dilakukan oleh para pemeran sebelum membintangi film ini pun sangat totalitas. Bahkan, aktor veteran Lee Sung-min sampai belajar bahasa Sanskerta demi mendalami karakternya sebagai seorang biksu.

Sinematografi yang disajikan dalam ‘The 8th Night’ ini tidak terlalu wah, tetapi juga tidak terlalu buruk. Hanya saja, masih belum mampu menimbulkan decak kagum dari penonton. Sama halnya seperti film thriller lainnya, film ini juga didominasi dengan warna yang cenderung dark untuk menciptakan kesan suram.

Secara keseluruhan, ‘The 8th Night’ tetap seru untuk dinikmati karena menyuguhkan premis yang menarik, meski eksekusinya kurang maksimal dan tidak terlalu memuaskan. Namun, film ini masih layak dipertimbangkan untuk masuk ke lis tontonan kalian.

 

Director: Kim Tae-hyung

Cast: Lee Sung-min, Park Hae-joon, Kim Yoo-jung, Nam Da-reum, Choi Jin-ho, Lee Eol, Kim Dong-young, Park Se-hyun

Duration:  115 minutes

Score: 7.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

The 8th Night

7 Score

The 8th Night berkisah tentang mantan biksu dan biksu muda yang berusaha mencegah dua monster (sang Merah dan sang Hitam) agar tidak bertemu untuk melindungi bumi dari kehancuran.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version