“Enishi adalah adik laki-laki Tomoe, istriku yang kubunuh dengan tanganku sendiri.” – Battosai.
‘Rurouni Kenshin: The Final’ akhirnya tayang juga di Indonesia, film live action dari samurai pengembara yang ditunggu oleh penggemarnya ini hanya tayang dalam layanan streaming Netflix. Rurouni Kenshin atau yang di Indonesia lebih populer dengan sebutan Samurai X diadaptasi dari manga berjudul sama karya Nobuhiro Watsuki.
Film fiksi yang berlatar belakang awal periode Meiji ini menceritakan samurai pengembara bernama Himura Kenshin yang sebelumnya terkenal sebagai pembunuh bayaran bernama Hitokiri Battosai (pendekar pedang pembunuh manusia). Setelah ia menyadari kesalahannya, Kenshin pergi mengembara ke seluruh Jepang untuk menawarkan bantuannya kepada orang-orang yang membutuhkannya sebagai penebus dosa-dosanya di masa lalu.
Setelah ancaman dan prahara pemberontakan yang dilakukan oleh mantan samurai dari Periode Edo, Makoto Shisio usai. Himura Kenshin akhirnya menemukan kebebasan dan kedamaian di era baru. Ia pun juga bisa berumah tangga dengan tenang dengan Kaoru.

Akan tetapi rupanya kedamaian itu tidak berlangsung lama, Kenshin dan kawan-kawannya dengan cepat menemukan diri menjadi target serangan dari suatu kelompok misterius yang tampaknya hanya mempunyai satu tujuan yaitu menghancurkan kehidupan Hitokiri Battosai dan semua yang berhubungan dengannya.
Film live action tentang Kenshin ini merupakan film keempat setelah film Rurouni Kenshin (2012), Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno (2014) dan Rurouni Kenshin: The Legend Ends (2014). Kisah terbaru dari samurai yang memiliki luka silang di pipinya ini diadaptasi dari manga Samurai X yang berjudul Jinchuu.
Walaupun materi ceritanya diambil manga tersebut, sutradara Keishi Ohtomo mengembangkan cerita yang berbeda dari komiknya tersebut dan boleh dikatakan merupakan cerita yang berdiri sendiri meski memiliki tema dan struktur dasar cerita yang sama.

Film ini berfokus pada “pertarungan penuh dendam” antara Kenshin dan Enishi Yukishiro yang notabene merupakan adik dari almarhum istrinya, Tomoe Yukishiro. Seperti yang pernah dikatakan oleh sang Battosai itu sendiri, “Enishi adalah adik laki-laki Tomoe, istriku yang kubunuh dengan tanganku sendiri.” Karena peristiwa tersebut Enishi memiliki dendam kesumat pada Himura Kenshin.
Sementara itu tokoh Enishi Yukishiro yang memiliki dendam sedemikian dalamnaya merupakan musuh Kenshin yang cukup fantasis, ia merupakan musuh yang benar-benar berbeda dari sekian banyak musuh atau lawan yang selama ini pernah dihadapi oleh Kenshin.
Ia tak hanya sekedar lebih muda, lebih cepat atau bahkan lebih kuat dari Battosai tetapi ia juga lebih pintar sekaligus penuh pengalaman dan terlatih. Dan yang menjadikan Enishi lebih berbahaya dari musuh-musuh sebelumnya, ia tidak mencari ketenaran karena dapat membunuh atau mengalahkan sang Battosai atau tidak memiliki rencana untuk mengambil alih negara dan mengganti ideologinya seperti Makoto Shisio.

Enishi hanya berfokus hanya pada satu hal. ia ingin Kenshin merasakan sakit sama seperti rasa sakit yang ia miliki, bahwa satu demi satu yang ia cintai direnggut darinya dan mengetahui bahwa tidak ada yang ia bisa lakukan untuk menghentikannya.
Dengan banyaknya karakter, film berjudul lengkap Saikyo no Teki Enishi/Saishusho The Final kehilangan hampir semua pengembangan karakter mereka, Kenshin yang tampil sebagai jago pedang yang dibebani dosa masa lalunya dan diperankan kembali oleh Takeru Satoh tidak terlihat secara emosional sebagai orang yang putus asa dan depresi bahkan ketika nyawa Kaoru terancam, ia hanya terlihat sebagai sosok tangguh tapi seakan melupakan ikatan emosionalnya dengan Kaoru Kamiya.
Sedangkan Kaoru pun di film ini tidak terlihat sebagai cewek tangguh layaknya di komik, ia terlihat sebagai orang yang menerima dengan pasrah kejadian yang sedang terjadi. Sementara itu kolega-kolega Kenshin, seperti Yahiko Myojin, Megumi Takani atau bahkan Sanosuke Sagara yang biasa menjadi “partner” Kenshin dalam urusan bertarung hanya sekedar tampil sebagai pelengkap komedi saja dan yang lainnya hanya terlihat sekilas dan seakan berlalu begitu saja.

Menariknya justru karakter-karakter sampingan, Misao dan Aoishi tampil mencuri perhatian dan mendapat porsi terlibat dalam pertarungan seru. Sebaliknya peran antagonis Enishi yang diperankan oleh Mackenyu Arata tampil cukup menonjol sebagai lawan Kenshin yang eksplosif dan penuh dinamika. Arata adalah putra dari aktor kawakan Sonny Chiba dan populer dalam perannya sebagai ‘Kamen Rider Dark Drive’ (2015).
Untuk adegan aksi dan laga film ini memiliki koreografi pertarungan yang tertata tidak hanya rapi tetapi juga fantastis, pertempuran yang berlangsung dipentaskan secara spektakuler terutama pertarungan antara Enishi dan Kenshin.
Adegan laga mereka berdua tidak hanya terlihat seru tapi juga seakan kontras memperlihatkan dua gaya dimensi pertarungan yang berbeda, dimana terlihat Enishi yang berotot lebih mengandalkan kekuatannya dibandingkan dengan Kenshin yang terlihat langsing tapi bertarung lewat kecepatan, kelincahan dan lebih tenang secara emosi.

Adegan-adegan laga yang menawan ini tampil begitu apik lewat “tangan dingin” Tanigaki Kenji yang berpengalaman bertahun-tahun menangani aksi-aksi dari Donnie Yen dan Jackie Chan di Hong Kong.
Film ini merupakan kisah tentang korban pribadi dari tindakan Himura Kenshin yang terjadi selama ia masih aktif sebagai pembantai. Bahwa ia menyebabkan banyak luka dan rasa sakit sebagai Battosai, hanya karena ia sekarang dia telah berhenti membunuh dan hanya menginginkan kehidupan yang damai bersama orang-orang yang ia cintai tidak berarti dosa-dosanya dihapus begitu saja.
Dan tentang bagaimana mengalahkan seseorang yang hanya berfokus menghancurkan segala seseatunya dalam kehidupan Kenshin? Di mana ia lebih unggul dan siap menanggung apa pun yang terjadi?
Secara keseluruhan film ini menyajikan perspektif baru dan segar dari Arc Jinchuu atau jika diterjemahkan artinya adalah penghakiman manusia (dimana dalam arc ini secara garis besarnya akan memberi penjelasan soal penyebab luka silang di pipi sang Battosai). Dan jika kita tidak setuju dengan ceritanya, adegan pertarungan yang ditampilkan dijamin tidak akan mengecewakan kita yang menontonnya.

Band Jepang yang sudah mendunia, One Ok Rock kembali dipercaya mengisi soundtrack dalam film ini setelah sebelumnya sempat berpartisipasi dalam soundtrack Rurouni Kenshin di tahun 2012. Turut ikut berkolaborasi adalah penyanyi solo asal Inggris, Ed Sheeran.
Kolaborasi mereka tertuang dalam lagu berjudul “Renegade”. Seperti pada film-film Kenshin sebelumnya, kelanjutan dari trilogi ini juga memperlihatkan latar belakang dan desain set produksi yang lumayan mendetail dan mempunyai visualisasi yang memanjakan mata yang menontonnya.
Lansekapnya tidak hanya sekedar meemberikan penglihatan tentang tata kota yang berubah tapi juga sekaligus memberikan gambaran akan perubahan dari gaya hidup dan tatanan sosial yang sedang mengalami perubahan dimana dalam kurun waktu itu masyarakat Jepang sedang mengalami transformasi dari akhir periode samurai ke zaman modern dimana peradaban barat juga mulai ikut masuk ke dalam kehidupan masyarakat Jepang di era tersebut.
Director: Keishi Ohtomo
Cast: Takeru Satoh, Mackenyu Arata, Emi Takei, Yosuke Eguchi, Munetaka Aoki, Yu Aoi, Yusuke Iseya, Tao Tsuchiya, Ryosuke Miura, Takuma Otoo
Duration: 139 minutes
Score: 6.9/10
The Review
‘Rurouni Kenshin: Final Chapter Part I - The Final’
Rurouni Kenshin: Final Chapter Part I - The Final menceritakan samurai pengembara bernama Himura Kenshin yang sebelumnya terkenal sebagai pembunuh bayaran bernama Hitokiri Battosai (pendekar pedang pembunuh manusia).Setelah ia menyadari kesalahannya, Kenshin pergi mengembara ke seluruh Jepang untuk menawarkan bantuannya kepada orang-orang yang membutuhkannya sebagai penebus dosa-dosanya di masa lalu.Setelah ancaman dan prahara pemberontakan yang dilakukan oleh mantan samurai dari Periode Edo, Makoto Shisio usai. Himura Kenshin akhirnya menemukan kebebasan dan kedamaian di era baru. Ia pun juga bisa berumah tangga dengan tenang dengan Kaoru.Akan tetapi rupanya kedamaian itu tidak berlangsung lama, Kenshin dan kawan-kawannya dengan cepat menemukan diri menjadi target serangan dari suatu kelompok misterius yang tampaknya hanya mempunyai satu tujuan yaitu menghancurkan kehidupan Hitokiri Battosai dan semua yang berhubungan dengannya.