Review Run Hide Fight (2022)

Teror Penembakan dan Kegilaan Para Muridnya di Sebuah SMA

“Do you ever think, people you heard giggling to you were happy?” – Zoe Hull (Run Hide Fight).

 

Apa jadinya jika ksi berdarah terjadi di sekolah menengah? Teror dan aksi penembakan yang mengintai banyak nyawa kemudian disaksikan melalui media sosial lewat fitur live-streaming.

Penuh dengan aksi menegangkan, ‘Run Hide Fight’ bercerita tentang aksi penembakan yang terjadi di sebuah sekolah. Film ini pertama kali rilis di sebuah ajang perfilman bergengsi Festival Film Venice pada 10 September 2020 dan menerima respon yang beragam dari para kritikus.

‘Run Hide Fight’ dibintangi Isabel May (‘Alexa & Katie’) berperan sebagai Zoe Hull, sementara Thomas Jane (‘The Expanse’, ‘Deep Blue Sea’) dan Radha Mitchell (‘High Art’, ‘Finding Neverland) berperan sebagai orang tuanya, Todd dan Jennifer Hull. Selain itu, Run Hide Fight dibintangi oleh Eli Brown, Olly Sholotan, Treat Williams, Barbara Crampton, Cyrus Arnold, dan banyak lagi bintang lainnya.

Sinopsis

Film ini bermula ketika seorang murid SMA, Zoe Hull tengah berjuang dengan rasa sedih atas kematian ibunya. Ia menutup diri dari orang-orang sekitar, termasuk sang Ayah, sahabat, dan guru-gurunya. Zoe Hull sendiri sebelumnya dikenal sebagai murid yang pintar dan bersahabat.

Ketika tengah menikmati waktu makan siang, Lewis, sahabat sekaligus orang yang disukai Zoe, terjebak dalam sebuah aksi teror yang dilakukan oleh empat murid SMA dari sekolah yang sama. Zoe yang sedang beruntung terhindar dari suasana mencekam tersebut, memutuskan kembali ke sekolah untuk memberi tahu setiap murid dan guru agar tidak pergi ke kantin dan segera keluar dari sekolah.

© The Daily Wire

Aksi tersebut menyita banyak perhatian akibat sang pemimpin, Tristan, meminta setiap murid untuk mengabarkan orang-orang terdekat dan polisi bahwa mereka sedang disandera. Selain itu, aksi teror ini juga menyita perhatian publik akibat permintaan Tristan untuk melakukan siaran langsung demi mendobrak popularitas sang pelaku aksi. Lantas, bagaimanakah nasib Zoe dan Lewis melewati itu semua?

‘Die Hard’ versi remaja labil

Ketika tiba-tiba sekelompok – sebenarnya empat orang, datang menabrak dinding kantin dan menyandera semua murid yang berada di tempat tersebut, suasana yang lebih terasa bukanlah menyeramkan, melainkan kebimbangan. Bimbang akan apa, mengapa, dan bagaimana bisa peristiwa ini terjadi di tengah kedamaian sekolah.

Murid pertama yang muncul seketika langsung menembaki anak-anak SMA lain tanpa pandang bulu. Kengerian langsung terasa namun tindakan tersebut masih memunculkan pertanyaan, apa yang sedang ia lakukan? Tiga murid lain kemudian keluar dan juga mulai menodongkan pistol ke arah siapapun. Sang pemimpin, Tristan, juga tiba-tiba menghunuskan pisaunya ke salah satu murid yang mencoba melawan. Rasa ngeri dimulai dari peristiwa-peristiwa tersebut. Cukup efektif, sebenarnya.

Keempat anak tersebut menyandera dan mengancam siapapun. Sementara itu sang tokoh utama, Zoe Hull, mencoba untuk menyelamatkan diri dan teman-temannya dengan keluar dari jalur keberuntungan.

© The Daily Wire

Berkat ilmu yang diberikan oleh sang ayah, dan kesedihan mendalam akibat kematian ibunya, Zoe mendadak jadi seorang pahlawan yang tak tahu arah. Mengandalkan insting untuk menyelamatkan diri dan setiap murid yang masih terjebak, ia kemudian berlarian mencari jalan keluar dan mencari bantuan.

Sayangnya, ‘Run Hide Fight’ terasa terlalu heroik bagi seorang murid SMA yang berusaha mencari jalan keluar sendirian tanpa adanya bantuan. Apakah Zoe sendiri berpikir untuk menghilangkan nyawanya sendiri dengan berbuat nekat? Tidak ada yang pernah tahu.

Memang jika dibandingkan dengan ‘Die Hard’, film ini masih sangat berbeda jauh. Mulai dari nuansa yang didapatkan dari film itu sendiri hingga para karakter yang masih tidak jelas fungsi dalam layar. Jika yang dilihat adegan penyanderaan, mungkin masih bisa dimiripkan oleh film tersebut. Namun, rasanya tidak ada detail yang bisa mengalahkan ‘Die Hard’ meski versi remaja labil mampu menandinginya.

Motif kurang kuat

Ketika aksi penembakan terjadi, penonton mungkin akan dibuat bingung dengan alasan-alasan mengapa keempat murid SMA bisa menjadi pelaku. Salah satu tokoh yang bisa terlihat jelas alasannya untuk melakukan hal tersebut, ialah Tristan dan Kip.

Meski begitu, tidak terlalu jelas motif sang pemimpin Tristan untuk melakukan aksi tersebut, ia menyebutkan tentang menjadi seorang algojo dan hakim bagi setiap orang yang bersalah. Sementara itu, ia juga terlihat seperti orang yang menginginkan ketenaran. Dengan acara siaran langsung yang ia minta agar semua orang di dunia tahu, sangat jelas bahwa yang Tristan inginkan adalah pengakuan dan popularitas. Apakah itu semua cukup menjadi alasan untuk melakukan aksi teror?

© The Daily Wire

Kip, sebagai salah satu pelaku juga mengungkapkan alasannya. Ia berkata bahwa selama ini ia ingin melakukan balas dendam terhadap masa lalunya dan kepada setiap murid dan guru yang selalu memperlakukannya dengan buruk. Kip yang merasa butuh pegangan bertemu dengan Tristan hingga akhirnya aksi ini terjadi.

Meski Kip selanjutnya merasa menyesal atas perbuatannya, motif para pelaku memang terlihat sangat tidak jelas. Entah apakah memang karena pelaku aksi adalah anak SMA atau sang sutradara kurang memperhatikan bagian ini. Maka dari itu, film ini lebih terlihat sebagai aksi pelarian baik dari korban maupun pelaku.

Bintang muda penuh potensi

Dalam hal ini, tidak perlu diragukan lagi akting sang bintang utama. Karakter Zoe yang dibuka ketika sedang latihan menembak dengan ayahnya membuat ia langsung terlihat sebagai perempuan tangguh dan keren. Bersamaan dengan kenyataan bahwa ia mengalami delusi selepas kepergian ibunya, penonton mungkin akan merasa kasihan atas tokoh yang tidak ingin dikasihani. Pengembangan karakter Zoe semakin lama semakin terlihat seiring dengan cara ia menyikapi berbagai masalah dan bagaimana ia mengaitkan peristiwa tersebut untuk mengoreksi kesalahan dirinya sendiri.

© The Daily Wire

Sementara itu, ada beberapa tokoh lain yang masih kurang dikembangkan dalam cerita ini, seperti Lewis, Anna, dan tidak lupa si penjaga sekolah. Untuk tokoh Lewis, memang tidak ada pengembangan berarti baginya selain hanya bersabar menghadapi kelakuan Zoe hingga Tristan. Adapun Anna, menjadi sosok pemarah yang tidak jelas penyebabnya lalu melampiaskan kepada orang-orang sekitar.

Sementara peran penjaga sekolah, mungkin untuk menjelaskan bahwa peristiwa tersebut menakutkan baginya namun tidak cukup menegangkan bagi para penonton.

Kesimpulan

‘Run Hide Fight’ adalah sebuah film dengan pembukaan yang menjanjikan di awal, sinematografi yang cukup baik dengan karakter-karakter yang tidak datang untuk dikasihani. Ketegangan sempat terasa ketika adanya adegan-adegan awal aksi teror yang memakan korban jiwa. Sayangnya, semakin lama ditunggu, tidak ada klimaks dalam cerita selain bagaimana sang sutradara pelan-pelan melepaskan para sandera dari genggaman aksi teror.

© The Daily Wire

Meski begitu, film ini cukup mencerminkan bagaimana kelabilan anak SMA dengan pemikiran dan rasa bencinya terhadap orang-orang di sekitar mereka. Seakan tidak pantas untuk diperlakukan sebagaimana yang mereka rasakan, aksi teror ini dianggap mampu melampiaskan segala amarah yang telah mereka pendam selama ini. 

‘Run Hide Fight’ sendiri telah hadir di bioskop-bioskop kesayangan Indonesia, mulai hari ini. 

 

Director: Kyle Rankin

Cast: Isabel May, Thomas Jane, Radha Mitchell, Olly Sholotan, Eli Brown, Treat Williams, Cyrus Arnold, Britton Sear, Catherine Davis, Barbara Crampton

Duration: 109 minutes

Score: 6.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

Run Hide Fight

6 Score

Film ini bermula ketika seorang murid SMA, Zoe Hull tengah berjuang dengan rasa sedih atas kematian ibunya. Ketika tengah menikmati waktu makan siang, Zoe terjebak dalam sebuah aksi teror yang dilakukan oleh empat murid SMA dari sekolah yang sama. Lebih beruntung dibandingkan yang lain, ia mencoba menyelamatkan sahabat sekaligus semua orang yang masih terjebak.

Review Breakdown

  • Acting 6.5
  • Cinematography 7
  • Entertain 6
  • Scoring 5.5
  • Story 5
Exit mobile version