Review Prey (2022)

Prekuel Konflik Predator yang berkepanjangan

“If it can bleed, we can kill it,” – Taabe (Prey)

 

Film yang menjadi streaming terlaris di Hulu ini menjadi tayangan unggulan di beberapa negara. ‘Prey’ juga tanyang di Disney+ Hotstar pada 5 Agustus 2022. Berdasar pada waralaba “Predator” dari 20th Century Fox, ini merupakan sebuah prekuel untuk film pertama ‘Predator’ di tahun 1996

‘Prey’ disutradarai oleh Dan Trachtenberg dan ditulis oleh Patrick Aison. Dibintangi oleh Amber Midthunder, Dakota Beavers, Michelle Thrush, Stormee Kipp, Julian Black Antelope, dan Dane DiLiegro. Menuangkan cerita berkisar pada Naru, seorang prajurit Comanche yang terampil, melindungi sukunya dari alien yang sangat berkembang yang memburu manusia untuk olahraga, bertarung melawan hutan belantara dan pedagang bulu untuk menjaga rakyatnya tetap aman.

Pengembangan film dimulai pada saat produksi ‘The Predator’ (2018), ketika produser John Davis didekati oleh Trachtenberg dan Aison, dengan konsep yang mereka kembangkan sejak 2016. Pada akhir 2020, judul film diturunkan menjadi film kelima dalam waralaba tersebut. Pembuatan film berlangsung di sekitar Calgary selama musim panas 2021, dengan skenario versi bahasa Inggris dan semua bahasa Comanche diambil.

‘Prey’ ditayangkan perdana di San Diego Comic-Con pada 21 Juli 2022. Film ini mendapat ulasan positif dari para kritikus, dengan pujian atas aksinya. Banyak kritikus menyebutnya waralaba Predator terbaik sejak film pertama.

Sinopsis

Seorang perempuan muda di Comanche, Naru (Amber Midthunder) juga ingin ikut berburu dengan para lelaki. Naru yang diajarkan menyembuhkan dan memasak, selalu tidak diterima di kelompok berburu, yang notabene harus seorang lelaki.

Kakaknya Taabe (Dakota Beavers) terus mendukung Naru dengan kemampuan berpikirnya yang maju untuk mempermudah perburuan. Suatu ketika, saat Naru berburu dengan anjingnya, Naru menemukan bukan hanya hewan buas yang membahayakan.

© 20th Century Studios

Naru mencoba memperingatkan Taabe dan kelompoknya untuk berhati-hati, karena bukan hanya hewan buas yang membahayakan di dalam hutan. Sosok misterius dengan teknologi berburu yang lebih mengerikan mengintai tak kasat mata.

The Predator (Dane DiLiegro) dari planet asing juga ikut berburu dengan teknologi yang lebih maju. Naru dan kelompoknya tidak mengetahui hal tersebut. Hal tersebut akhirnya dipercaya saat kelompok perburuan Taabe dihabisi oleh Predator.

Naru dan Taabe pun tak pulang karena menemui kelompok lain dengan senjata senapan. Nasib kelompok-kelompok ini juga ketakutan akan Predator yang tak kasat mata mengaggun kegiatan berburu mereka, bahkan mengancam nyawa semua manusia di sana.

Mulainya konflik misterius Predator dengan manusia

© 20th Century Studios

Pengenalan pendaratan sang predator di kala bumi masih primitif dan banyak kelompok berburu sangat tepat untuk sang “Predator”. Kelompok berburu Comanche dengan Naru sebagai pemeran dan fokus konflik utama sangat mewakilkan keresahan kelompok pedalaman hutan kala itu. Di mana para wanita bekerja untuk kebutuhan ringan, sedangkan para pria berjibaku dengan para hewan dan tantangan yang lebih mengerikan di alam liar.

Naru yang diperanan oleh Amber Midthunder, dibuat terampil dan memiliki kecerdasan yang mungkin lebih sedikit maju dibanding orang-orang di kelompoknya. Jiwa petualangan dan tantangan yang begitu besar, membawa kita akhirnya menemukan kejanggalan-kejanggalan dari sosok misterius Predator yang mendarat di Bumi.

© 20th Century Studios

Kemunculan satu makhluk Predator yang mayoritas berburu tanpa terlihat sudah ada sejak awal laga, sehingga kita tidak begitu penasaran apa yang menghantui para Comanche. Namun, misteri dari cerita adalah, apa motif sang Predator untuk memilih tempat tersebut sebagai pendaratan pertama? Sisi superioritas dari satu makhluk saja sudah membuat kita menyimpan banyak pertanyaan.

Jika kalian melihat beberapa film Predator, mungkin akan lebih merasakan keganasan cara berburu Predator dengan berbagai situasi dan kondisi. Karena teknologi yang begitu maju, membuat prekuel ‘Prey’ ini begitu pas mengisi konflik sang Predator dengan manusia di Bumi.

Visual colorful ala Disney

© 20th Century Studios

Film thriller begitu kelam, menampilkan banyak tumpahan darah dan potongan tubuh ini seakan kontradiktif dengan visual yang penuh dengan panorama alam yang indah. Penyelesaian tone warna yang disuguhkan oleh Jeff Cutter selaku sinematografer cukup unik. Dari segi warna hijau pepohonan, hingga birunya awan, tampil begitu cerah tanpa nada suram yang mungkin akan mendukung kelamnya perburuan Predator yang kejam.

Tampilan megah seluruh hutan, lengkap dengan pohon-pohon besar, rawa-rawa, sungai, hingga tebing bebatuan. Semua tampil sangat sempurna untuk mendukung ‘Prey’ dari segi visual. Dengan pertumpahan darah sepanjang laga, interaksinya dengan lingkungan sekitar membangkitkan adrenalin kita saat-saat pertarungan dan perburuan.

© 20th Century Studios

Tampilan sang Predator yang lebih banyak dalam stealth mode atau tak terlihat secara penuh, tetap menyajikan ketegangan tersendiri. Mode penglihatan dari Predator pun juga kembali ada di film ini. Semua hal nostalgia tetap ditampilkan, bahkan kostum primitif sang Predator juga tampak tak secanggih film saat melawan Alien.

Penyegaran waralaba yang paling berhasil

Mungkin dari sekian banyak waralaba tahun 70-80an, mungkin ini adalah yang paling berhasil. Sayang sekali ‘Prey’ hanya rilis di platform streaming. Kemegahan dan keindahan film ini sangat cocok untuk tampil sempurna di layar lebar.

© 20th Century Studios

Ketegangan perburuan kelompok Comanche yang akan bersinggungan dengan perburuan solo Predator, akan lebih terasa. Visual yang sudah menjadi hal yang di tunggu, bagaimana sang Predator memulai keganasannya di muka Bumi

Kesimpulan

Konflik Predator yang berkepanjangan dalam beberapa film sebelumnya, dibuat begitu pas di permulaan prekuel ini. Pengenalan karakter Naru dari Amber Midthunder begitu pas mengisi keunggulan sang Predator yang superior dengan berbagai teknologinya.

© 20th Century Studios

Panorama alam yang terus menjadi latar film, begitu mempesona seakan menjadi tandingan visual grafis penuh darah yang ditumpahkan Predator. Keganasan Predator membelah tubuh-tubuh hewan dan manusia seakan di tone down oleh berbagai latar alam yang colorful.

Waralaba yang kebali hidup dalam sebuah prekuel kuat, dengan cerita baru sangat berhasil menyajikan usur baru dari misteriusitas Predator, namun tak lupa membawa banyak unsur nostalgia di film-film sebelumnya.

 

Director: Dan Trachtenberg

Cast: Amber Midthunder, Dakota Beavers, Michelle Thrush, Stormee Kipp, Julian Black Antelope, Dane DiLiegro

Duration: 100 minutes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Prey

7.6 Score

Konflik Predator yang berkepanjangan dalam beberapa film sebelumnya, dibuat begitu pas di permulaan prekuel ini. Pengenalan karakter Naru dari Amber Midthunder begitu pas mengisi keunggulan sang Predator yang superior dengan berbagai teknologinya.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version