“Yahya, kadang ada banyak hal yang harus tidak perlu diceritakan agar langkah lebih tenang,” – Tan (Perjalanan Pertama).
Rumah produksi Mahakarya Pictures dan D’Ayu Pictures berkolaborasi dalam sebuah film berjudul ‘Perjalanan Pertama’ yang dibintangi aktor lintas generasi dari kedua negara. Film drama ini membubuhkan sedikit unsur religi di dalamnya. Kehidupan seorang anak kecil tanpa orang tua dan dibesarkan hanya oleh kakeknya ini, menghadirkan kehangatan sekaligus rasa haru yang mendominasi film.
Mungkin menurut sebagian orang, kisah ini sudah banyak diceritakan dengan berbagai plot dan ending serupa. Namun, ceritanya akan sangat terasa dekat bagi orang-orang dengan kehidupan masa kecil seperti karakter Yahya (Muzakki Ramdhan) atau masa tua dengan rasa yang sama dengan Pak Tan (Ahmad Tarmimi Siregar) dalam film ini. Dengan audiens yang tepat, film ini mampu membawa penonton ke dalam perjalanan melintasi desa dan kota dengan pelajaran dan kisah yang menyentuh.
Sinopsis
Seorang kakek bernama Tan (Ahmad Tarmimi Siregar) hidup sebagai seorang pembuat cincin yang diam-diam memiliki bakat melukis. Ia bekerja di sebuah workshop sederhana di sebuah desa kecil. Cucunya, Yahya (Muzakki Ramdhan) yang masih SD, tinggal bersama Tan tanpa kedua orang tuanya.
Pertanyaan selalu muncul dalam kepala Yahya, “dimana dan siapa nama orang tuaku?” yang juga ia sering tanyakan kepada kakeknya. Namun, bukan kebenaran yang ia terima, tapi sebuah cerita karangan kakeknya tentang orang tuanya.
Seorang pemuda bernama Muchtar (Randy Pangalila) tiba tiba datang ke workshop dan meminta Tan untuk membuatkan ia mahar. Pertemuannya dengan Nurma (Adinda Thomas) ternyata membekas baginya, begitupun Nurma yang terlihat menyukai Muchtar. Perjalanan untuk mengirimkan mahar dilakukan sendiri oleh Tan dan Yahya. Dari perjalanan inilah Yahya dan kakeknya belajar banyak hal dan mengungkap fakta-fakta baru yang mengejutkan Yahya.
Hubungan hangat antara seorang kakek dan cucunya
Dalam film ini, hubungan Yahya dan Pak Tan menjadi pilar utama jalan cerita film. Dari mulai awal film, pengenalan para karakter sekaligus masuk ke dalam konflik antara sang kakek dan cucunya ini terbilang cukup baik. Chemistry antara keduanya mengalir dengan natural. Banyak adegan-adegan yang tampaknya tidak membutuhkan banyak dialog namun rasanya tersampaikan kepada penonton.
Konfliknya pun tidak begitu rumit. Hanya seorang anak kecil yang ingin tahu siapa nama ayah dan ibunya dan dimana mereka saat ini. Ia tidak pernah dikunjungi orang tuanya, ia hanya tahu ia hidup dengan kakeknya di sebuah desa kecil ini, tanpa tahu asal-usul kakeknya pula.
Pak Tan yang menyimpan cerita masa lalunya, berusaha untuk tidak membuat Yahya cemas dan memikirkannya. Oleh karena itu, ia tetap menjaga, walaupun hal ini berat bagi Pak Tan dan menyedihkan bagi Yahya.
Sikap Pak Tan menghadapi Yahya yang seringkali marah pun bisa dibilang benar dan cukup baik. Ia hanya akan diam, dengan sesekali merayu dengan nada bercanda. Hal-hal kecil inilah yang mungkin bagi sebagian orang menjadi momen mengharukan dan merindukan masa kecil. Yahya dan Pak Tan berhasil menggali memori penonton tentang kehidupan dan kenangan yang mungkin hampir terlupakan di masa lalu.
Menyimbolkan perjalanan hidup
‘Perjalanan Pertama’, menjadi kisah yang banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dan direfleksikan ke dalam kehidupan. Perjalanan yang Yahya dan Pak Tan lakukan dengan vespa tua merahnya, menjadi simbol sebuah perjalanan hidup. Dalam perjalanan mereka, banyak hal-hal yang tiba-tiba terjadi dengan abstrak yang mungkin mengurungkan tujuan awal mereka. Marah, senang, kecewa, dan emosi lainnya hadir dalam perjalanan tersebut, namun mereka tidak berhenti.
Tidak ada yang bisa diprediksi selama perjalanan, apa saja bisa terjadi, dan mau tidak mau kita harus terus menjalaninya hingga akhir dari tujuan kita dalam perjalanan tersebut terpenuhi. Banyak yang akan terungkap, baik atau buruk, sesuatu yang asing dan baru, bahkan hal-hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Pelajaran dari perjalanan Yahya dan Pak Tan ini sangat bisa dipetik dan bermakna bagi kehidupan.
Kurangnya cerita dari pemain pendukung
Dari bagaimana Muzakki Ramdhan dan Ahmad Tarmimi Siregar membangun chemistry, dalam film ini sebetulnya juga tersirat sebuah kisah cinta pada pandangan pertama yang terjadi antara Muchtar dan Nurma. Pertemuan mereka di workshop lukis dan sedikit perbincangan antara mereka mengenai pernikahan, ternyata membuat pertemuan ini membekas bagi keduanya.
Sayangnya, kisah cinta mereka hanya sebatas selingan di antara hiruk pikuk konflik yang terjadi pada Pak Tan dan Yahya di perjalanan mereka. Adegan mereka bersama hanya saat pertemuan pertama mereka saja, sisanya mereka berbincang via telefon dan pesan teks.
Kurangnya kisah maupun kata-kata antara mereka untuk mendukung ekspresi mereka ketika jatuh cinta di awal film, membuat kisah mereka hanya sebagai pemanis, dan permasalahan utama Pak Tan dan Yahya.
Kesimpulan
Film ‘Perjalanan Pertama’ menjadi film drama keluarga yang memiliki unsur religi cukup kental. Penggambaran karakter Yahya dan Tan sangat terlihat dengan chemistry yang kuat. Tidak hanya kisah antara seorang kakek dan cucunya, film ini juga menyuguhkan pesan moral tentang kehidupan dan keluarga yang cukup dalam.
Walaupun kisah pemain pendukung tidak begitu dalam diceritakan, namun ini bukan sebuah masalah besar. Sebab hanya menyaksikan kisah perjalanan Pak Tan dan Yahya saja, sudah terasa hangat dan manis. ‘Perjalanan Pertama’ bisa disaksikan mulai 14 Juli 2022 di seluruh bioskop di Indonesia.
Director: Arief Malinmudo
Cast: Muzakki Ramdhan, Ahmad Tarmimi Siregar, Adinda Thomas, Randy Pangalila
Duration: 111 minutes
Score: 6.8/10
WHERE TO WATCH
The Review
Perjalanan Pertama
Tan adalah seorang pekerja seni workshop souvenir di sebuah kampung yang hidup bersama cucunya, Yahya. Dibesarkan oleh kakeknya, Yahya selalu bertanya-tanya dimana orang tuanya. Sebuah perjalanan yang dilakukan Tan dan Yahya untuk mengantar lukisan akhirnya mengubah kehidupan mereka dan perlahan menjawab semua pertanyaan Yahya.