Review My Best Friend Anne Frank (2021)

Kisah Pilu Persahabatan Anne Frank dan Hanneli Goslar Saat Pendudukan Rezim Nazi

“Saya pikir kamu harus melakukan apa yang membuat kamu bahagia” – Anne Frank (My Best Friend Anne Frank)

 

Anne Frank pergi tidak hanya meninggalkan catatan harian yang fenomenal. Mendiang Anne juga turut memberi kita sebuah pengalaman persahabatan yang mendalam. Diceritakan dari sudut pandang kawan baiknya, Hanneli “Hannah” Gosler, ‘My Best Friend Anne Frank’ adalah film Belanda yang mengisahkan perjuangan sepasang sahabat, Hannah dan Anne, menghadapi kekejaman Nazi di tanah Belanda.

‘My Best Friend Anne Frank’ merupakan adaptasi dari buku berjudul Memories of Anne Frank: Reflections of a Childhood Friend karya penulis Alison Leslie Gold. Hannah yang kini sudah menginjak usia 93 tahun, menceritakan kepada Alison bagaimana persahabatan beliau bersama Anne berlangsung di penghujung rezim Nazi, untuk kemudian dibukukan pada tahun 1997.

Film ini menjadi semacam pelengkap diari yang dibuat oleh Anne Frank semasa ia ditahan oleh Nazi. Disutradarai oleh pemenang Oscar, Ben Sombogaart, ‘My Best Friend Anne Frank’ dengan cukup sempurna memotret bagaimana pengorbanan seseorang untuk mempertahankan sebuah persahabatan.

Sinopsis

Ben Sombogaart memulai cerita ‘My Best Friend Anne Frank’ di tahun 1942, dimana Hannah Goslar (Josephine Arendsen) dan Anne Frank (Aiko Beemsterboer) terlihat sedang ledek-ledekan mengenai cowok yang akan mereka cium. Wajar, anak-anak yang baru memasuki awal-awal usia remaja memang mulai menunjukkan rasa penasarannya terhadap hal yang mereka anggap tabu. Dalam kasus ini, Hannah dan Anne termasuk ke dalam kategori tersebut.

© Netflix

Tanpa panjang lebar, film mulai lompat ke tiga tahun kemudian, yaitu 1945, dimana Hannah dan Anne sudah berada di kamp milik Nazi. Mengenakan pakaian yang serba lusuh, Hannah terpisah dari sahabatnya yang diletakkan di kamp yang berbeda. 

Tak lama setelah itu, ‘My Best Friend Anne Frank’ akan kembali ke tahun 1942 untuk menceritakan keberlangsungan hubungan Hannah dan Anne sebelum terpisah di tahun 1945. Sebagai seorang remaja, mereka akan dipertemukan dengan banyak hal yang melibatkan seksualitas, serta hobi-hobi baru yang selayaknya dilakukan oleh remaja berumur 14 tahun.

Wujud nyata sebuah persahabatan

Sampai akhir hayat, Hannah akan selalu menganggap Anne sebagai sahabat sejatinya. Seorang best friend yang senantiasa membantu satu sama lain apapun rintangan yang dihadapi.

Dalam satu adegan, Anne yang sedang digoda oleh seorang lelaki meminta Hannah untuk mengeluarkan dia dari situasi itu. Dengan lantang, Hannah membohongi lelaki itu dan mengatakan kalau Anne memiliki. Mereka pun berhasil kabur dari laki-laki tersebut dengan tawa menghiasi raut wajah mereka. Tidak lupa, Anne mengambil permen dari kantong sang cowok dan memberi ke Hannah.

Persahabatan sesempurna apapun tak mungkin akan selalu berada di atas. Pasti ada beberapa momen yang membuat mereka goyah, membuat hubungan mereka berada di titik terendah. 

Saat Anne yang diceritakan sudah mulai merambah hobi baru, yakni berdandan, Hannah merasa kalau ia telah ditinggalkan oleh Anne. Hannah yang masih berkutat dengan hobi bermain bola, menghampiri Anne yang sedang menghias dirinya dengan makeup. Hannah sulit masuk ke hobi Anne yang baru, salah satunya karena tanggung jawab yang ia emban, yaitu mengurusi adik kecilnya bernama Gabi.

© Netflix

Anne yang merasa sudah tidak relate lagi dengan Hannah, meninggalkan sahabatnya dan bergabung bersama teman barunya. 

Di sinilah yang akhirnya membuat cerita persahabatan mereka terasa sedikit janggal. Hannah dan Anne, tanpa berlama-lama, langsung diperlihatkan rujuk dan sudah akrab. 

Sebenarnya, Anne sendiri memang sudah ditunjukkan merasa tidak enak saat meninggalkan Hannah. Namun, momen mereka bersatu kembali terjadi begitu cepat. Menjadikan perpecahan Hannah dan Anne berlalu begitu saja, seakan ini tak menjadi sesuatu yang berarti.

Selain persahabatan, ‘My Best Friend Anne Frank’ beberapa kali merekam bagaimana kenakalan remaja di tahun 40-an tidak jauh berbeda dengan remaja masa kini. Hannah dan Anne sering sekali tak acuh akan perintah orang tua mereka.

Lalu, Anne di sini diceritakan sebagai bocah yang lebih berani meng-explore sisi remaja. Sedangkan, Hannah cenderung cari aman. Itu membuat Anne terlihat lebih badung dibanding Hannah.

Sahabat akan selalu mencari cara untuk bersatu

Pada saat film sudah sepenuhnya masuk di latar tahun 1945, ketahanan dari hubungan Anna dan Hannah mulai sepenuhnya teruji. Terpisah oleh dua kamp yang berbeda, Hannah sadar bahwa letak kamp Anna berada tidak jauh dari tempat ia menetap. 

Sadar karena ia terpisahkan saat situasi mereka berdua sedang renggang, Hannah mati-matian mencari cara agar abis bertemu dengan Anne. Ia bahkan sampai rela tidak ikut Ayahnya pergi dari kamp itu, hanya untuk bisa bersama Anne. Ketika Hannah dan Anne bertemu, ‘My Best Friend Anne Frank’ menjadi film yang penuh akan perasaan emosional. 

© Netflix

Anne yang posisinya sudah tidak karuan (baju sobek, rambut dicukur, muka kusam), kembali dipertemukan dengan sahabat baiknya. Hannah rela melakukan apapun, menerjang penjagaan yang ketat, agar bisa bersatu kembali dengan Anne.

Ketegangan dan sisi emosional dari ‘My Best Friend Anne Frank’ akhirnya muncul juga. Bisa dibilang, rangkaian adegan di akhir ini datangnya terlambat sehingga susah untuk bisa merasakan kesedihan luar biasa yang mengelilingi Hannah dan Anne. 

Beda tahun, beda warna

Di film ini, sutradara Ben Sombogaart menggunakan teknik alur maju mundur kala menceritakan persahabatan Hannah dan Anne. Saat menceritakan tahun 1942, semuanya serba ceria. Teknik coloring yang cerah dan warna warni, juga senyuman yang menghiasi Hannah dan Anne apabila mereka sedang bermain bersama. 

Meski beberapa kali diperlihatkan ketegangan dari masing-masing ayah mereka, Otto Frank dan Hans Goslar, perpaduan warna cerah di tahun 1942 masih sangat kuat, apalagi kalau Hannah dan Anne sedang bercanda dengan satu sama lain.

© Netflix

Ketika film memasuki tahun 1945, semuanya tiba-tiba sirna. Warna-warni Amsterdam pudar digantikan dengan warna gelap dan kelabu di kamp pergantian tempat Hannah ditahan. Ia harus rela tidur berdempetan di kasur tingkat yang kurang nyaman, mengganti ember kotoran manusia secara berkala, dan pemandangan pembunuhan yang kerap terjadi.

Untuk menutupi semua itu, Hannah menyanyikan lagu yang kemudian diikuti oleh penghuni kamp lainnya. Sebagai tawanan yang dijadikan objek pertukaran oleh Nazi, mereka juga sadar bahwa berpindah dari satu tempat ke tempat lain adalah sesuatu yang bisa datang begitu saja. Maka dari itu, ketika penjaga datang, mereka harus siap dengan koper di tangan apabila sewaktu-waktu gilirannya untuk ditukar telah tiba.

Kesimpulan

Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, ‘My Best Friend Anne Frank’ tetap memberi tontonan menarik mengenai persahabatan. Lebih tepatnya, kisah pilu dua orang sahabat yang terpaksa dipisahkan oleh keadaan. Hannah, seorang bocah Yahudi yang dibuat tangguh oleh keadaan, mencoba segala cara agar bisa bertemu lagi dengan sahabatnya, untuk yang terakhir kali.

 

Director: Ben Sombogaart

Duration: 103 minutes

Cast: Josephine Arendsen, Aiko Mila Beemsterboer, Roeland Fernhout

Score: 6.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

My Best Friend Anne Frank

6.6 Score

Berdasarkan persahabatan nyata antara Anne Frank dan Hannah Goslar, dari Amsterdam yang diduduki Nazi hingga reuni mengerikan mereka di kamp konsentrasi.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 6
  • Entertain 6
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version