“Roh ghaib itu akan bisa tenang jika dikelilingi dengan unsur bambu dan tanah,” – Nenek (Menjelang Magrib).
Jelang ramadhan, film dengan genre horor semakin banyak dikeluarkan. Jika kemarin ada ‘Iblis dalam Kandungan’ kali ini ada film horor yang katanya diadaptasi dari kisah nyata dan dibintangi oleh penyanyi muda, Novia Bachmid, berjudul ‘Menjelang Magrib’.
Mengambil gaya penyajian yang berbeda dari biasanya, yakni teknik dokumenter, secara garis besar film ini mengisahkan tentang sekelompok mahasiswa jurusan psikologi yang sedang melakukan riset dengan membuat video dokumenter pada seorang wanita dengan gangguan jiwa bernama Nina.
Film ‘Menjelang Magrib’ dibuat karena terinspirasi dari kisah nyata tentang kasus pemasungan terhadap pasien dengan gangguan jiwa. Kemudian kisah tersebut diolah kembali dan menyajikannya dengan genre horor dan tambahan unsur budaya serta beberapa mitos lainnya.
Disutradarai oleh Helfi Kardit (‘Bangku Kosong’, ‘Lantai 13’) dan dibintangi oleh Annette Edoarda sebagai Talya, Novia Bachmid sebagai Nina, Jeffry Reksa sebagai Erlan dań Fajar Kurniawan sebagai Ahmad, ‘Menjelang Magrib’ sudah bisa disaksikan di bioskop sejak 31 Maret lalu.
Sinopsis
Kisah dimulai ketika tiga orang mahasiswa jurusan psikologi bernama Talya (Annette Edoarda), Erlan (Jeffry Reksa), dan Ahmad (Fajar Kurniawan) yang memutuskan untuk melakukan penelitian skripsi dengan membuat video dokumenter tentang seorang perempuan bernama Nina (Novia Bachmid).
Nina adalah pasien gangguan jiwa yang terpaksa dipasung menggunakan kayu di sebuah rumah pasung yang didalamnya terdapat bambu-bambu dan beralaskan tanah. Gangguan jiwa yang dialami Nina menyebabkan ia melakukan tindakan-tindakan aneh di luar nalar.
Gangguan perilakunya selalu mencul dan memburuk ketika menjelang magrib sehingga menyebabkannya harus dipasung di waktu-waktu tersebut.
Beberapa orang percaya bahwa perilaku Nina disebabkan oleh hal-hal mistis di luar logika. Sembari menjalankan penelitiannya, ketiga mahasiswa tersebut tanpa sadar masuk dalam situasi yang mengerikan dan berbahaya.
Teknik dokumenter yang bikin pusing
Film ini dibuka dengan kedatangan tiga orang mahawasiswa ke sebuah pedesaan untuk melakukan penelitian skripsi. Dari awal film ini dimulai, kita sudah disajikan dengan tampilan gambar yang benar-benar terlihat seperti dokumenter.
Kamera yang bergoyang, pengambilan sudut gambar yang tidak banyak, dan para pemain yang bersikap sebagaimana video dokumenter dibuat, yakni menatap kamera langsung. Sayangnya, teknik dokumenter yang digunakan dalam film ini terlihat tidak ada kesiapan yang matang.
Mungkin itu tujuan sutradara yang ingin memberikan gambaran sebagaimana video dokumenter dibuat, namun yang ditampilkan justru bikin mata pusing dan terlihat ngasal. Ada beberapa adegan yang seharusnya meletakkan kamera dengan tripod agar gambar yang disajikan bisa enak dilihat.
Karena adegannya hanya berbicara di depan kamera. Bukan ketika mereka lari-lari atau sedang melakukan investigasi berjalan. Justru adegan yang diambil dengan tripod hanya menyorot suasana rumah pasung saja, selebihnya diambil menggunakan tangan dan tampilan yang dihasilkan pun bergoyang layaknya orang nge-vlog.
Selain itu, yang amat mengganggu adalah titik fokus yang digunakan. Ngasal dan tidak diarahkan dengan benar, bikin sakit kepala dan malas melihat ke layar. Seharusnya, meskipun ini video dokumenter kan bisa diatur terlebih dahulu titik fokusnya.
Atau jika sekali dua kali memang tak masalah, tapi tampilan gambar tersebut benar-benar ada di sepanjang film. Dalam filmnya, yang membuat video dokumenter juga sudah masuk mahasiswa akhir, masa hal kecil seperti itu tidak diperhatikan dengan jelas.
Arah cerita terasa membingungkan
Melalui posternya terdapat tiga kata kunci yang menjelaskan isi cerita dalam film ini. Yakni budaya, mistis dan tahayul.
Apalagi dari segi sinopsis juga menekankan jika ‘Menjelang Magrib’ mengisahkan seorang perempuan dengan gangguan jiwa yang dianggap kesurupan dan pada akhirnya dikurung di rumah pasung ketika magrib tiba.
Dari awal kita diperlihatkan aktivitas yang dilakukan Nina, mulai dari ia bermain disekitar rumah, pergi menyiram bambu-bambu di hutan, hingga saat ia harus dimasukkan ke dalam rumah pasung. Kalau kamu mengharapkan cerita detail tentang asal muasal mengapa Nina seperti itu, ya lupakan saja.
Neneknya hanya menjelaskan jika Nina melanggar aturan yang ditetapkan di desa tersebut, dengan melompati bambu yang melintang di jalanan.
Mereka percaya jika bambu itu merupakan tempat tinggal makhluk halus, dan kita sebagai manusia tidak diperbolehkan untuk melewatinya apalagi melompatinya.
Karena nantinya makhluk tersebut akan berpindah ke dalam tubuh kita. Cerita yang sedikit menarik, walaupun lagi dan lagi harus dipatahkan dengan realita yang ada.
Secara keseluruhan film ini tidak membahas lebih jauh soal tahayul yang ada di desa tersebut, tentang siapa saja yang pernah melanggar atau bagaimana agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
Kepercayaan mistis tentang roh ghaib yang bersemayang di tubuh Nina, yang harus diberikan tempat tinggal dengan unsur bambu dan tanah juga tidak dibahas dengan detail. Hanya menyentuh permukaan saja, sebaliknya para mahasiswa ini berfokus pada unsur kejiwaan dan kesehatan mental.
Dua arah cerita yang bersinggungan dan sama-sama tidak dibahas lebih jauh. Apalagi ketika mereka mengetahui jika arwah yang bersemayang di tubuh Nina adalah roh leluhur yang dulunya merupakan tabib.
Tapi, yang dibingungkan ialah mengapa roh itu memberikan teror terus menerus? Ketimbang memberikan pesan yang jelas tentang niat leluhur itu yang sebenarnya.
Lebih mengecewakannya adalah bagian akhir cerita yang sangat amat dipaksakan. Sayang sekali, karena banyak pesan yang ingin disampaikan malah membuat film ini tak mempunyai arah yang jelas.
Cuma sekadar memberikan tampilan menakutkan dari sosok Nina saja, selebihnya nihil.
Film ini tidak horor sama sekali, kejutan yang diberikan juga mudah ditebak sehingga penonton bisa mempersiapkan diri untuk menutup telinga atau memberikan ancang-ancang pada teman nonton yang gampang takut.
Daripada memasang genre horor, lebih baik film ini dilabeli sebagai drama saja, jauh lebih cocok.
Chemistry antar pemain terlihat hambar
Diisi oleh jajaran pemain yang mungkin saja belum memiliki pengalaman lebih, membuat chemistry dalam film ini sangat terasa hambar. Ketakutan yang ditampilkan sama sekali tidak terasa.
Malah terlihat seperti tidak terjadi apapun. Padahal saat itu, teman mereka sedang diteror secara langsung.
Setiap dialog yang digunakan juga tidak ada sisi emosionalnya, hampa, monoton, dan amat biasa saja. Ketika becanda pun, tawa yang ditampilkan terasa dipaksakan.
Sepertinya mereka harus lebih banyak mengobrol satu sama lain agar kedekatan yang tercipta bisa natural.
Menjadi debut dari penyanyi muda, Novia Bachmid, amat disayangkan jika karakter Nina tidak diberikan porsi yang lebih dalam dan besar.
Walaupun menggunakan teknik dokumenter, para mahasiswa ini hanya memberikan informasi tentang keadaan Nina melalui percakapan mereka. Tidak ditambah dengan tampilan Nina yang detail.
Padahal penampilan Nina sudah terlihat menakutkan, mulai dari tawanya, nada bicaranya, lirikan mata, hingga gestur tubuh pun berhasil diperankan dengan baik oleh Novia Bachmid.
Semoga melalui debutnya kali ini, ia bisa terus belajar untuk menambah kemampuannya dalam dunia akting dan diberikan porsi yang lebih besar lagi.
Kesimpulan
‘Menjelang Magrib’ tampil dengan gagal melalui teknik dokumenter yang digunakan, jika sang sutradara menampilkan dengan format yang biasa mungkin saja film ini berhasil memberikan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Tanpa ada gangguan teknis lainnya.
Menjadi debut dari Novia Bachmid, ia mampu memerankan sosok Nina yang merupakan perempuan dengan gangguan jiwa.
Selebihnya, para pemain yang terlibat hanya menampilkan akting yang hambar dan biasa saja. Tidak ada yang menonjol selain penampilan Nina.
Bagi Cilers yang tidak berani menonton film horor, maka jangan takut untuk menyaksikan film ini, karena dari segi tampilan sosok hantunya pun tidak menakutkan. Hanya penampilan Nina saja yang menyeramkan, sisanya biasa saja.
Director: Helfi Kardit
Casts: Annette Edoarda, Novia Bachmid, Jeffry Reksa, Fajar Kurniawan.
Duration: 102 minutes
Score: 3.8/10
WHERE TO WATCH
TBA
The Review
Menjelang Magrib
Menjelang Magrib terinspirasi dari kisah nyata, menceritakan tentang remaja perempuan yang di pasung karena memiliki gangguan jiwa yang ternyata berkembang menjadi sesuatu yang mistis.