“Strange, isn’t it? To discover things you didn’t expect,” – Joris Fauvet.
Menjalani satu kehidupan menjadi seorang ibu bukan hal yang mudah, namun, film ‘Madeleine Collins’ menunjukkan bagaimana jika menjadi ibu untuk dua keluarga. Film ini adalah film drama yang dirilis tahun lalu yang disutradarai oleh Antoine Barrault. Film ini ditayangkan perdana di Venice Film Festival 2021.
Film ini diperankan oleh Virginie Efira sebagai Judith Fauvet, si tokoh utama, Bruno Salomon sebagai Melvil Fauvet, suami Judith, dan Quim Gutierrez sebagai Abdel Soriano.
Sinopsis
Seorang perempuan bernama Judith Fauvet (Virginie Efira) yang seorang penerjemah harus dalam dua keluarga berbeda. Suaminya, Melvil Fauvet, adalah seorang komposer dan musisi opera yang sukses. Ia memiliki dua anak laki-laki dengan Melvil. Judith beberapa hari sekali harus berbohong kepada mereka atas kepergiannya. Ia mengatakan bahwa ia harus keluar kota beberapa hari untuk undangan penerjemah yang ia terima, padahal ia pergi ke Swiss untuk bertemu dengan Abdel Soriano, seorang lelaki dengan satu anak perempuan kecil yang memanggilnya ibu.

Ia terus menjalani kehidupan ini, berganti kota berarti berganti nama. Di Perancis ia menjadi Judith Fauvet, ketika di Swiss ia menunjukkan kartu identitas dengan nama Margot Soriano. Terus berlanjut, keadaan ini kian membuatnya frustasi dan lelah, perlahan ia semakin kehilangan akalnya. Sebenarnya, apa yang terjadi pada hidup Judith? Keputusan apa yang akhirnya dipilih Judith?
Rahasia dan kebohongan yang menghancurkan
Pilihan hidup Judith yang seperti ini tidak serta merta menjadikannya aman dan tenang. Justru apa yang dilakukannya perlahan menghancurkan kehidupan bahkan mentalnya. Ia memutar cara agar masing-masing kehidupannya tertutupi dan tidak menimbulkan kecurigaan oleh suaminya dan anak-anaknya.

Si gadis kecil yang selalu menginginkan Judith ada disisinya setiap hari, membawa penonton masuk ke dalam haru yang sekaligus membingungkan. Bagaimanapun Judith harus memilih. Dua anak laki-lakinya di rumah juga sudah cukup besar, perhatian sang ibu yang berkurang membuat mereka penasaran dengan apa yang Judith lakukan di luar saat bekerja. Suaminya tidak begitu peduli, namun sang anak ternyata sesekali memata-matainya walaupun Judith selalu punya alasan yang masuk akal dan menenangkan anak-anaknya.
Kegelisahan dan kecemasan sepanjang film
Film ini memang penuh akan drama dan jalan cerita yang cukup rumit. Di awal, penonton dibuat berasumsi mengenai apa yang Judith lakukan, apa ia berselingkuh? Siapa suami aslinya, apa yang terjadi pada dirinya, dan lain-lain, sehingga Judith membuat sebuah persepsi ambigu.
Kehidupan Judith yang terlalu beresiko, membuat yang menonton juga merasakan kecemasan akan hal-hal yang mungkin akan terjadi pada Judith. Efira dengan gayanya, mampu menjadi Judith yang dituntut memiliki perubahan emosi yang cepat dan ketenangan saat menghadapi masalah.
Namun, dengan begini, penonton yang masih menebak-nebak tentang Judith Fauvet dan kehidupannya pun menjadi gelisah.

Hingga suatu malam yang berat membuat semuanya menjadi semakin jelas. Identitasnya, keluarganya, bahkan para anak yang membuatnya menjadi semakin ketakutan. Beberapa kali ia harus meminum obat untuk mengatasi kecemasannya.
Selain didukung dengan akting sang tokoh utama yang selalu muncul di setiap adegan, film ini juga memiliki skoring yang cukup menambah jantung penonton berdegup cepat ketika masuk ke dalam adegan-adegan yang menegangkan.
Permainan psikologis yang nyata
Judith memang memiliki niat yang baik pada awalnya, namun perasaan yang ia miliki malah semakin membunuhnya. Disini, ia tidak bisa memilih pada awalnya karena ia telah jatuh ditempat yang tidak seharusnya. Judith adalah korban keadaan yang memaksanya melakukan kebohongan dan malah menyiksanya.

Tekanan demi tekanan harus ia hadapi, dari keinginan Abdel untuk segera mengakhiri semuanya, pertemuan tidak sengaja oleh orang-orang yang ia kenal di kedua dunianya, bahkan bagaimana anak-anaknya mengkonfrontasinya secara langsung.
Namun, dari semua rencana dan jawaban yang Judith lontarkan, ia tidak bisa selalu menutupi rasa bingung dan cemas nya lebih lama.
Yang tidak diperlihatkan dalam film adalah bagaimana keadaan Adam dan Melvil ketika Judith tidak ada. Hal ini membuat cerita hanya berputar pada Judith dan fokus pada emosinya.
Ketika dihadapkan pada Abdel dan Melvil yang mencoba mencoba menjelaskan perasaan mereka, penonton tidak begitu disuguhkan dengan emosi yang meletup-letup maupun kesedihan atau keharuan yang besar.
Bahkan, ketika Judith harus menghadapi anak laki-lakinya dan gadis kecil Abdel, perasaan Judith terasa lebih dominan.
Kesimpulan

‘Madeleine Collins’ adalah film drama dengan premis yang mungkin biasa saja namun bisa memberikan sebuah gambaran psikologis tentang bagaimana tekanan dan rasa bersalah menumpuk dan menjadi sebuah rasa cemas yang parah.
Film ini hanya berfokus hanya pada Judith, sang tokoh utama, tanpa memberikan porsi yang sama kepada dua laki-laki yang ada disampingnya. Namun, hal ini tidak mengurangi esensi cerita.
Porsi alur yang cukup dengan akting Efira yang baik mampu menyampaikan emosi dan perasaan dalam film. Tidak ada pesan penting yang sepertinya ingin disampaikan dalam film, namun, satu hal yang bisa diambil mungkin tentang egoisme yang bisa perlahan membutakan.
Mungkin, kamu akan menemui ending yang kurang memuaskan, namun dengan ini, interpretasi penonton pada film akan semakin luas dan penilaian yang berbeda atas kondisi Judith. Apakah pilihannya tepat?
‘Madeleine Collins’ bisa disaksikan di aplikasi streaming online KlikFilm pada 23 April 2022.
Director: Antoine Barrault
Casts: Virginie Efira, Bruno Salomon, Quim Gutierrez, Jacqueline Bisset, François Rostain, Loïse Benguerel, Thomas Gioria, Valérie Donzelli
Duration: 102 minutes
Score: 7.0/10